Diperankan dengan apik oleh Eddie Redmayner yang juga memerankan Fantastic Beast and Where to Find Them, di Fantastic Beasts: The Chrimes of Grindelwald, Newt memang menarik untuk diulik. Dalam hal apa? Dalam hal pandangan politiknya. Kok bisa?
1. Memilih Asyik dengan Dunianya
Mencari, menemukan dan merawat hewan-hewan magic memang hobi yang mengasyikkan, meskipun hidup dalam bahaya. Ngeri-ngeri sedap. Ada orang seperti Newt yang sibuk dengan dirinya sendiri. Dia seolah-olah tidak peduli terjadinya perang terus-menerus antara yang jahat dan yang baik, antara yin dan yang, antara hitam dan putih.
Di kalangan surveyor, bisa saja orang semacam ini dimasukkan floating mass yang jumlahnya cukup besar. Yang penting bisa hidup tenang cukup sudah.
2. Non-Blok yang Membentuk Blok Sendiri
Gerakan Non-Blok yang memisahkan diri dari Blok Barat dan Blok Timur ternyata membentuk blok sendiri, bahkan memiliki anggota lebih dari 100 negara. Demikian juga dengan Newt. Meskipun tidak ikut kelompok Dumbledore maupun Grindelwald, dia mempunyai komunitas sendiri yang tidak ikut arus siapa pun. Jumlahnya tidak bisa disepelekan.
Sebagai anggota non-blok, Newt mentah-mentah menolah saat diminta untuk bergabung dengan kementerian sihir. Posisinya segera saja diambil alih oleh opportunist sejati yang ada di mana-mana. Namanya saja pemain cadangan orang ini memiliki kemampuan di bawah Newt dan bisa jadi punya hidden agenda yang berbahaya. Orang seperti Newt bisa saja menganggap politik itu kotor sehingga tidak mau masuk ke dalamnya. Dampaknya, justru orang buruk yang mendudukinya persis seperti yang dikatakan oleh Prof. Dr. Frans Magnis Suseno, SJ, Pemilu itu bukan untuk memilih yang terbaik, tetapi untuk mencegah yang terburuk berkuasa.
3. Rasa Aman Semu yang Justru Berbahaya
Semut bisa saja acuh tak acuh terhadap orang yang sedang berkelahi di atasnya. Namun, jika terinjak, baru dia menggigit. Orang seperti Newt bisa saja berpandangan bahwa dirinya aman karena tidak berpisah kepada mereka yang sedang bertikai. Benarkah? Salah besar!
Jika orang-orang jahatmeskipun jumlahnya sedikitbisa saja sangat vokal dan akhirnya nakal serta bertindak brutal. Baru ketika dirinya terusik, orang-orang seperti Newt sadar dengan mata mendelik. Sayangnnya, kesadaran ini seringkali datang terlambat.
Saya ingat kisah Ester di Benteng Susan. Ketika Mordekai datang untuk meminta bantuan karena bangsa Yahudi mau di-genocide oleh Haman, Ester memilih untuk tidak ikut campur. Apa yang dikatakan kerabatnya itu? Ini: Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu.
Jika kita memilih seperti Newt di Indonesia dan Ester di Benteng Susan, bisa saja kita binasa karena ulah Grendelwald atau Voldemort. Silent majority bisa dibungkam dan dibinasakan oleh orang-orang jahat bersuara lantang dan bertindak garang jika kita memilih menutup mata dengan tangan terlipat menghadapi sikon bangsa yang memanas.
Penulis Pelukis Kehidupan di Kanvas Jiwa