Dinamika yang terjadi pada koalisi politik kelompok oposisi mulai menunjukkan arah yang brutal. Penyataan-pernyataan petinggi partai oposisi yang saling serang menunjukkan antar partai belum terjadi kesepahaman. Detik-detik menjelang batas waktu akhir pendaftaran capres-cawapres yang harusnya tercapai kristalisasi justru menjadi perpecahan dan manuver yang melemahkan.
Munculnya isu bahwa Sandi akan menjadi cawapres Prabowo dengan mengeluarkan mahar 500 Milyar masing-masing untuk PKS dan PAN menunjukkan betapa kejamnya politik Pilpres 2019 ini. Tentu isu tersebut tidak muncul begitu saja, bahkan hingga muncul statement yang mendeskreditkan salah satu petinggi partai dengan jendral kardus.
Situasi yang panas dan brutal pada kelompok oposisi ini menunjukkan bahwa Joko Widodo terlalu kuat untuk dilawan, dan kelompok oposisi masih lemah dan tidak percaya diri untuk bertanding dalam Pilpres 2019. Komposisi oposisi petahana yang masih sangat cair menjelang detik-detik akhir juga menandakan bahwa oposisi tidak mempunya calon kuat untuk menandingin Joko Widodo. Penetapan capres dan cawapres pada kelompok oposisi lebih tampak pada kepentingan logistik daripada politik.
Kelompok oposisi terlalu cemas dan resah menghadapi petahana. Berbagai survei yang menunjukkan elektabilitas yang tinggi pada petahana tentu saja wajar disikapi dengan kecemasan kelompok oposisi. Kecemasan inilah yang akhirnya memunculkan manuver dan gerakan yang brutal saling menyerang antar partai sesama koalisi.
Situasi pada detik-detik terakhir ini sangat menguntungkan Joko Widodo. Koalisi yang cukup kuat, kecuali potensi keluarnya PKB membentuk poros ketiga, membuat Joko Widodo bisa lebih fokus untuk menentukan calon pendampingnya. Meskipun ada dinamika terkait ormas agama yang menginginkan cawapres dari kelompoknya, Joko Widodo relatif lebih kuat untuk secara bebas menentukan siapa pendampingnya.
Pilpres 2019 akan memasuki babak baru, yaitu pendaftaran capres-cawapres dari masing-masing koalisi. Tentu saja banyak pihak berharap bahwa capres-cawapres yang maju adalah kader-kader terbaik yang benar-benar ingin mengabdikan diri untuk bangsa dan negara. Jika masih berkutat dan tidak bisa lepas dari kepentingan kelompok atau identitasnya maka tidak perlu terkejut jika yang dilakukan adalah hal-hal yang jauh dari harapan, termasuk menggunakan cara-cara brutal dalam mencapai tujuan.
Pengamat Intelijen, Mahasiswa Doktoral Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia.