SERIKATNEWS.COM – Setiap perayaan hari besar agama, ada tradisi yang menarik dilakukan Forum Lintas Iman (FLI), di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Mereka yang terdiri dari pemeluk berbagai agama mendatangi tempat ibadah untuk menyampaikan ucapan selamat perayaan hari keagamaan. Demikian pula saat perayaan Natal 2018 ini, para anggota FLI mendatangi gereja.
FLI mendatangi Gereja Santo Petrus Kanisius, Wonosari, pada Senin (24/12/2018), untuk mengucapkan selamat perayaan Natal kepada umat Kristiani yang usai melakukan misa malam Natal.
Sedangkan pada hari Selasa (25/12/2018), FLI menggelar pentas teater sebelum kebaktian Natal di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Wonosari. Para pemain merupakan gabungan dari pemuda FLI dan pihak gereja.
Menurut sutradara teater, Gondol Sumargiyo, pementasan ini bercerita tentang kisah seorang ibu yang akan melahirkan.
Keluarga besarnya memiliki pandangan tentang lokasi melahirkan, mereka berdebat tentang lokasi mana ibu itu harus melahirkan.
Setiap orang dalam keluarga tersebut berasumsi tentang rumah sakit yang baik untuk melahirkan.
“Kisah singkatnya tentang perdebatan keluarga yang berdebat karena rumah sakit. Padahal yang terpenting bayi yang dilahirkan, dan ibunya harus selamat,” kata Gondol seusai pentas, Selasa (25/12/2018).
“Intinya menyederhanakan persoalan, saat ini orang berpikir tentang identitas padahal yang terpenting kerukunan,” lanjutnya.
Uniknya, mereka yang terlibat dalam teater ini dengan latar belakang berbagai agama, diiringi dengan paduan suara dari GKI dan Hadroh.
Menurut Gondol, sempat ada pro dan kontra terkait pementasan ini, Namun, dirinya bersama FLI ingin terus menyuarakan kerukunan sampai batasan yang sewajarnya.
“Ada pro dan kontra (pementasan teater di Gereja) itu biasa, tetapi saya beruntung ditemani orang luar biasa dari FLI,” kata Gondol.
“Dibandingkan pementasan hari Santri (yang juga melibatkan lintas Iman), pementasan hari ini memang lebih banyak tantangan. Karena hari ini tentang Pancasila, dan itu berat,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua FLI Gunungkidul Aminudin Aziz mengatakan, tradisi mendatangi rumah ibadah saat perayaan hari besar agama itu sudah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir.
“Sebenarnya kegiatan rutin dari FLI, setiap tahun saat hari besar agama, kami berkunjung ke Masjid, Gereja, Pura, dan Wihara secara bergatian,” ujarnya.
“Tahun ini kebetulan pas hari Natal kami mengedepankan teman muda yang tergabung FLI dan sekolah kebinekaan, bersilaturahim ke gereja,” ujar Aminudin.
Menurutnya, hal ini dilakukan sebagai dorongan kepada generasi muda agar tumbuh rasa persaudaraan sejak dini.
“Jangan wariskan kebencian, jangan wariskan intoleransi, jangan wariskan kebencian satu yang lain kepada penerus kita. Sebenarnya pesan itu yang kami sampaikan. Oleh sebab itu, hari ini kita lebih banyak melibatkan teman muda dari FLI,” paparnya.
Mengenai pro dan kontra, ia menilainya sebagai sebuah hal yang wajar. Meski demikian, yang harus dikedepankan adalah menghargai perbedaan dan pendapat yang berbeda.
Perwakilan GKJ, Pendeta Dwi Wahyu Prasetyo mengatakan, kehidupan dan toleransi antar umat beragama harus dijaga dan dirawat. Hal ini juga bagian dari komitmen menjalankan nilai-nilai Pancasila.
“Kita lebih sering senang bertikai, berseteru, dan melupakan ada kehidupan yang harus kita rawat, kita jaga. Sesama warga negara, kita semua berideologikan Pancasila. Kita memiliki konsensus yang sama untuk terus membangun dan merawat bumi Indonesia,” ujar Dwi.
Ia mengapresiasi peran serta masyarakat sekitar dalam perayaan Natal. Meski berada di tengah-tengah masyarakat yang beragam, mereka bahu membahu untuk ikut menyukseskan kelancaran perayaan Natal.
Divisi Advokasi FLI FX Endro Tri Guntoro, mengatakan, dengan banyaknya generasi muda yang ikut terlibat dalam kegiatan ini, menumbuhkan keyakinan bahwa masa depan toleransi di Gunungkidul terus akan lebih baik.
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.