Tombak – tombak sudah menghancurkan atap rumah, ibuku
Derit jerit dan sakit akan bilur yang sudah membau dan membusuk di dalam pelapah pisang
Bintang – bintang tunduk pada pundaknya
Jabatan dan rayuan untuk menusuk kertas putih yang terpampang figura parasnya
Ibu pertiwi sedang hamil tua
Bapak bangsa lagi menderita
Anak – anak kecil di cerca oleh media dan dia buta
Para pemuda kini sudah lupa dan tak lagi berkarya
Penguasa sudah mengibarkan sayap busuknya
Dewan saat ini memperkosa kebebasan rakyatnya sendiri
Para dewa – dewa, mereka sibuk menulis wacana
Sehingga para tokoh agama, mengeluarkan ketorannya untuk mencaci
Kata kata keadilan barat daya itu
Seperti lukisan lukisan sejarah
Yang di pampang di musium yang sudah terpaku
Antara kutub dan pembalut
sudah saatnya mencairkan air maupun darah yang sudah berlarut – larut
Ayahku tercinta
Jangan kau pandangkan luka
Karena nasib sebuah bangsa yang sudah tak seperti dulu kala
Tertawalah dengan penuh cinta
Walaupun keadilan sudah di perkosa oleh pangkat berbintang para penguasa
Aku katakan kepadamu wahai bapak bangsaku
Walaupun aku bergelut dengan lumut dan membisu dalam kabut
Aku ingin menyampaikan sebuah kisah perjuangan yang sudah hilang dan usang
Benderamu dulu berkibar di atas cakrawala dan di dalam lautan
Namun untuk waktu ini
Bendera itu sudah robek tersayat jabatan dan kekuasaan
Pohon beringin itu sudah tumbang dalam tangisan
Yang kita sayangkan
Sebagai pemuda perjuangan
Hanya bisa menatap angin dalam kehampaan
Dan perjuangan hanyalah sebuah lukisan