A million girls would kill for this job and million more would kill for the wardrobe!
~ The Devil Wears Prada
Paris adalah impian anak-anak mode kayak aku. Magang di Runway Magazine selama setahun, lulus kuliah di Komunikasi UI dan sekarang bekerja di majalah Vogue Indonesia. A million girls would kill for this job and million more would kill for the wardrobe! Sebagai asisten editor in chief yang mendampingi ke mana-mana aku selalu tampil layaknya model. Asyiknya, tak satupun pakaian itu aku beli karena semuanya merupakan “sumbangan” dari para sponsor yang bisa langsung aku simpan di walk-in closet apartemenku!
Dua minggu lagi pagelaran fashion terbesar sejagat raya. Ya, Paris Fashion Week! Saat yang paling ditunggu para pecinta mode dunia. Acara ini biasanya dihadiri para designer kondang pemilik rumah mode, editor mode, stylist, model, artis film, penyanyi, semua penggila fashion dunia yang akan menjadi orang-orang pertama yang melihat trend fashion tahun depan. Dalam bahasa Prancis disebutnya Semaine des Créateurs de Mode. Lihat terjemahannya di Google agar pengucapannya benar.
Carrousel du Louvre, sebuah mal mewah yang tinggal loncat saja dari Museum Louvre, lokasi syuting film The Da Vinci Code akan menjadi tempat berlangsungnya Paris Fashion Week. Kota Paris menjadi penutup ajang yang sangat bergengsi itu, sebelumnya berlangsung di London, New York, dan Milan. Orang-orang fashion menyebutnya The Big Four. Vogue Indonesia tak pernah absen mengirimkan staff untuk hadir. Dan tahun ini? Ahhh aku masih tak percaya, tahun ini aku yang ditunjuk untuk berangkat ke Paris.
Paris Oh La La Paris. Aku senang tak ketulungan meski sedikit heran tiba-tiba beberapa teman bersikap aneh begitu tahu aku akan ke sana. Jealous? Maybe. I have told you, girls would kill for this!
“Nggak mungkinlah, Sayang, masak gitu aja jealous sih,” kata Michael ketika aku menginap di rumahnya. Well, nama aslinya Ucok. Aku panggil Michael karena dia selalu berpikiran baik terhadap semua orang seperti seorang malaikat, kecuali sama aku. Huh, dalam kondisi pelukan setengah telanjang begini saja tetap nggak belain aku.
“Kamu mau bawa buku apa saja buat dibaca di pesawat?” sambungnya sambil berjalan menuju kamar mandi.
“Aku lupa siapa penulisnya, buku itu menceritakan tentang asal mula diadakannya Paris Fashion Week. Kamu harus baca, Nas. Bagaimana ketika Perang Dunia Kedua terjadi dan Nazi menduduki Kota Paris hingga industri fashion dunia waktu itu turut merasakan imbasnya. Amerika dulu hanya bisa menjiplak buatan Prancis. Dan karena diduduki tentara Nazi semua kegiatan industri fashion di seluruh pelosok Prancis lumpuh. Wait, Anastia Kusamawardani, kamu belum pernah dengar? Tunggu, nanti aku lanjutkan ceritanya,” repetnya penuh semangat.
Aku hanya bisa menatap Michael penuh kekaguman. Bukan karena ceritanya tentang Perang Dunia Kedua, bukan karena ia sebut nama lengkapku, bukan juga tentang posturnya yang tegap bersender di kosen pintu kamar mandi dengan hanya mengenakan celana boxer. Tetapi karena ia satu-satunya orang yang bahagia aku akan ke Paris.
“Mau aku lanjutin ceritanya atau …,” tiba-tiba Michael sudah duduk di tepi ranjang. Memijit jari-jari kakiku dan aku tak bisa memikirkan yang lain selain meraih tubuhnya, kembali ke dalam selimut.
Chanel, Dior, Givenchy, Oscar de la Renta, Saint Laurent sudah masuk koper sejak seminggu lalu. Siapa yang belum yah? Oh Diane, Diane, hampir kelupaan. Tak mungkin aku tak memakai over slag dress DVF selama di Paris. I love her! Sepatu, sepatu, ahh sneakers Gucci yang tebal, nyaman buat jalan-jalan dan ngopi cantik di Champs-Élysées setelah kerjaan selesai nanti. They say, Paris is best explored on foot! Oh sempat lari nggak yah? Jogging di sepanjang Sungai Seine kayaknya harus nih.
Hmm apalagi yah?
“Mbak Nas … maskernya saya lepas yaaa. Mau minum apa habis ini?”
Ah sialan, hanya mimpi. Bangun dari facial bed Martha Tilaar Salon dengan muka kuyu, buru-buru ke stasiun Cikini ngejar KRL jam 4 biar nggak desak-desakan. Oalaaah Paris, Paris, mimpi yang entah kapan akan terjadi. Yang nyata hanya Ucok, maksudku Michael, mantan pacar yang putuskan aku tanpa bilang apa-apa.
Penulis adalah News Presenter BeritaSatuTV dan Tenaga Ahli DPR RI, Jakarta
Mahasiswi Program Doktor Ilmu Kriminologi UI
Baru-baru ini meluncurkan buku Kumpulan Cerpen; Apple Strudel
Chat Nastiti untuk informasi lebih lanjut melalui Twitter/Instagram @nastitislestari