Oleh : Saiful Huda Ems (SHE)
Entah karena sebagai bentuk keputusasaan situasi negara yang tak kunjung berubah menjadi lebih baik atau karena sebab yang lainnya, di era awal reformasi 1998, berbagai pertemuan pemuda atau mahasiswa Indonesia selalu mendengungkan ide cut one generation atau potong satu generasi tua atau lama, yang dianggap tidak mampu membenahi situasi negara bahkan yang ada mereka dianggap sebagai biang keladi dari berbagai persoalan bangsa atau negara itu sendiri.
Sepintas ide ini nampak emosional yang tercetus dari kalangan pemuda, dimana masih mengalir panas darah muda dalam dirinya. Akan tetapi jangan lupa selain pemuda didominasi oleh darah mudanya, dalam diri pemudalah benih-benih intelektualitas itu tumbuh subur dan segar. Mereka relatif mampu berpikir jernih karena belum terkontaminasi oleh kepentingan politik kekuasaan apapun, tidak seperti generasi di atasnya yang penuh kepentingan.
Lemparan ide revolusioner dari generasi muda yang tak mendapatkan sambutan ini akhirnya menemukan kebenarannya, manakala tokoh-tokoh lama masih mendominasi pentas politik nasional, baik mereka yang berada di dalam maupun yang diluar sistem, dan mereka nampak tidak bisa merubah situasi apapun bahkan yang ada hanya bisa menciptakan kegaduhan negara.
Tengoklah dengan apa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh lama yang saat ini memimpin partai atau kelompok-kelompok oposisi, juga mereka yang sempat masuk ke deretan elite kekuasaan namun kemudian dipecat oleh Presiden Jokowi karena tidak berprestasi apa-apa dan hanya biaa membuat kegaduhan saja.
Di sisi yang lainnya generasi muda atau baru telah memberikan peranannya yang cukup signifikan dalam memperbaiki keadaan, sebutlah misalnya Jokowi, Ahok, Djarot Saiful Hidayat, Susi Pujiastuti, Arcandra Tahar, Ignasius Jonan, Deddy Mulyadi, Tri Rismaharini, Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo dll. Mereka semua merupakan generasi baru yang tampil di pentas politik setelah melalui saringan pergolakan politik pasca reformasi 1998, dan mereka sukses!
Inilah yang disebut dengan generasi milenial, sebuah generasi baru yang belum terkontaminasi oleh politik kekuasaan dari generasi yang berada di atasnya ! Jadi generasi baru bukanlah dilihat dari sisi usia bilogisnya, melainkan dari sisi usia karier politiknya. Dan inilah yang dahulu kami maksudkan dengan tampilnya generasi baru dengan memotong generasi lama.
Generasi milenial yang seperti penulis jelaskan di atas adalah tipe generasi yang mengedepankan kerja daripada bicara, generasi yang lebih tertarik pada pencapaian prestasi pembangunan daripada tertarik untuk menciptakan kerusuhan, generasi yang lebih menyukai konsolidasi demokrasi untuk memperoleh partisipasi rakyat daripada memilih memobilisasi rakyat untuk membuat seluruh rancangan pembangunan sekarat, generasi yang lebih menyukai melindungi seluruh asset bangsa dan negara daripada merampok atau menghancurkannya.
Karena itu tantangan terbesar dari generasi ini adalah bagaimana mengembalikan masyarakat pada nalar sehatnya setelah sekian puluh tahun bangsa ini hidup dalam masa pembodohannya, bagaimana merevolusi mental masyarakat setelah sekian puluh tahun bangsa ini hidup dalam masa ketertinggalan dan kungkungan berbagai kebijaksanaan negara yang tak membebaskan hingga lambat laun dianggap sebagai suatu kewajaran, serta bagaimana bangsa ini kembali pada jati dirinya yang dahulu hidup harmonis dalam ketinggian toleransi kehidupan beragama dan kepercayaannya, hingga tak ada yang merasa pemeluk agama atau keturunan suatu suku dan ras lebih tinggi dan mulia daripada yang lainnya.
Generasi milenial Indonesia, adalah generasi yang setia pada ideologi negara dan tunduk pada konstitusi negara tanpa sedikitpun berusaha menggantikannya dengan ideologi politik yang berbahaya lainnya. Dan yang terakhir inilah yang menjadi tantangan terbesar dari Generasi Milenial Indonesia itu, yakni bagaimana generasi ini bisa membendung dan melawan massifnya serangan ideologi Wahabi Takfiri yang terbukti telah merasuki jutaan anak-anak bangsa ini dan yang sudah berhasil memporak porandakan beberapa negara melalui Pasukan ISIS-nya.
*Advokat dan Penulis.
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.