DEBAT keempat Pemilihan Presiden 2024, Minggu (21/1/2024) malam, tidak terlihat seperti debat kenegaraan. Debat kemarin terlihat jadi ambyar dan kurang bermutu, seperti anak kecil. Pasalnya, ada yang meledek nyinyir yang menunjukkan sifat ketidakdewasaan, bukan sikap kenegaraan.
Di awal debat terlihat bahwa 01 dan 03 menyerang 02 dengan intens, menyinggung kegagalan food estate, dan ketidakadilan kepemilikan lahan. Disebut para oligarki punya lahan jutaan hektar, sementara jutaan petani hanya punya lahan tidak sampai setengah hektar. Ditambah masalah deforestasi, penggundulan hutan habis-habisan, dan hutan dibabat oleh rezim Jokowi untuk diberikan kepada oligarki.
Kemudian di awal serangan tersebut, Gibran memberikan jawaban normatif dengan pengulangan hilirisasi yang dianggap sukses oleh incumbent. Selain itu, banyak memberikan visi misi 02 yang hanya merupakan kelanjutan program Jokowi selama 9 tahun terakhir. Dalam artian, sejauh ini tidak ada tawaran baru untuk Indonesia ke depan.
Namun, realisasi program visi misi yang indah di lidah tersebut faktanya sekarang tidak sesuai dengan visi misi kampanye dahulu. Sebut saja seperti impor pangan yang meningkat, ketergantungan asing meningkat, dan hutang meningkat.
Jadi, kalau kita ilustrasikan debat tersebut seperti permainan bola. Hanya bermain di tengah lapangan oper sana oper sini, dan saling ambil bola. Tidak ada satu pun bola ditendang ke arah gawang. Skornya masih nol alias tidak ada goal yang tercipta.
Beberapa kali para cawapres memang mencoba menendang bola ke arah gawang, tetapi melenceng jauh. Bahkan, ada tendangannya yang tidak sampai alias kurang punya power. Jawaban yang disampaikan tidak taktikal, terlihat hanya seperti janji kampanye. Misalnya, dijanjikan akan memberikan pupuk murah, tapi mereka tidak tahu bagaimana caranya.
Faktanya sudah empat presiden, hal ini hanya sebagai wacana tentang urusan pupuk murah dan pupuk tersedia yang sekarang lebih parah lagi. Pupuk langka, mafia di mana-mana, tengkulak di mana-mana, petani punya hutang ada lebih 70%. Ini fakta selama 9 tahun ini pastinya tidak banyak petani yang kaya raya. Petani masih hidup gitu-gitu aja dan masih jauh dari kata sejahtera.
Kemudian di babak akhir, cawapres 02 Gibran ngegas ke Cak Imin dan ngeledek ke Prof. Mahfud. Hal itu dibalas dengan sebuah komentar Mahfud yang tidak mau meneruskan debat dengan Gibran. Sebab, menurut Prof. Mahfud, Gibran meledek dirinya secara tidak sopan dan tidak akademis. Di posisi ini, Mahfud di atas angin setidaknya secara postur.
Secara jawaban, selain tingkah 02 yang tidak tepat kepada dua seniornya, kali ini Gibran banyak offside. Niatnya mungkin adalah agresif menjawab serangan ke Prabowo yang sebelumnya diserang habis-habisan. Karena itu, pada ksempatan debat kali ini Gibran memilih menyerang dulu keduanya, tapi sayang banyak offside-nya.
Apa pun itu, pasti bagian dari strategi timses masing-masing. Tentunya kita tidak mengomentari siapa yang menang dan siapa yang menguasai masalah dalam debat. Yang kita tahu acara debat 100% tidak akan mengubah para swing voters jadi pemilih salah satu paslon. Pastinya tidak akan membuat mereka yang sudah punya keputusan memilih salah satu paslon pindah ke paslon yang lainnya.
Wartawan Serikat News Kabupaten Cirebon
Menyukai ini:
Suka Memuat...