Di Kampung Ini Ada Tradisi “Huweh-Huweh” Setiap Malam 21 Ramadhan
Penulis: Serikat News
Jumat, 16 Juni 2017 - 13:54 WIB
Sumber: Lunpia.com
Serikatnews.com – Ada tradisi unik di perkampungan Yudamenggala, Demak, Jawa Tengah yang dinamakan “Huweh-Huweh”. Tujuan tradisi tersebut untuk mengeratkan rasa sosial di masyarakat.
Warga Kampung Yudamenggala, Aida Hidayah mengatakan, tradisi itu konon dipelopori oleh Sunan Kalijaga yang makamnya ada di sekitar kampung itu. “Proses “Huweh-Huweh”-nya seperti ini. Jadi setiap rumah diharuskan menyiapkan satu macam makanan. Makanan berupa jajanan dari yang ringan seperti permen, snack sampai yang berat, seperti bihun/mie goreng, rujak, jus buah, jajanan pasar, dan sebagainya,” ujarnya kepada Serikatnews.om pada Jumat (16/6).
Aida melanjutkan, terkadang ada juga yang menyiapkan balon atau bunga plastik buatan sendiri. Menurutnya, adanya benda-benda tersebut merupakan produk ijtihadi kontemporer yang peminatnya sudah barang tentu anak-anak.
Dia menjelaskan, tradisi tersebut dilaksanakan setiap tanggal selikuran (21) bulan Ramadhan dan berlangsung setelah magrib. Pada malam itu, kata dia, semua keluarga menyiapkan meja kecil di depan rumah dan meletakkan makanan mereka.
“Seorang anggota keluarga duduk menunggui makanan tersebut. Anggota yang lain membawa nampan berisi makanan milik mereka dan siap untuk menukar dengan yang lainnya,” ujar Aida.
Mereka datang dari satu rumah ke rumah lainnya alias door to door, menukar dengan makanan yang lainnya. Untuk awal, biasanya tidak pilah-pilih.
Menurut perempuan yang juga dosen di UIN Sunan Kalijaga ini, bila makanan milik sendiri habis, barulah memilih-milih makanan mana yang mau dibuang alias ditukar dengan yang lain, yang lebih menarik.
Dia menerangkan, bila di jalan bertemu dengan temannya, ada juga yang saling menunjukkan hasil perolehannya yang intinya saling bertukar informasi tempat makanan yang enak. “Kalau sudah fix makanan yang dibawa menarik untuk disantap, mereka pun pulang. Acara selesai menjelang isya’ dan keluarga siap untuk pesta makanan,” tutur ibu satu anak ini.
Diketahui, Yudamenggala merupakan kampung yang lumayan besar dibanding yang lain. Konon katanya, dulu merupakab perkampungan panglima perang kerajaan Demak. Jalan perkampungannya memanjang, bila ditempuh dengan berjalan kaki sampai ujung pasti lelah.
Yang juga unik dan bikin lebih seru, kata Aida, sepanjang kegiatan berlangsung, ada satu lagu yang dinyanyikan di mushola di tengah-tangah kampung, contohnya “Weh Huweh Sariban Membleh-membleh”, diucapkan berkali-kali dengan nada khas.
“Kadang diganti dengan nama orang di kampung saya, misalnya “Weh Huweh Lek Tarno Membleh-membleh,” kata Aida. (Arif K Fadholy)
PROBOLINGGO – Seorang Tiktokers perempuan asal Kabupaten Probolinggo didampingi anggota LIRA Probolinggo mendatangi Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Probolinggo,
JAKARTA – Direktorat Pengendalian Aplikasi Informatika, Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika), Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) menutup dan menurunkan sebanyak
JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa pemerintah saat ini menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama, dengan alokasi APBN terbesar sepanjang
PROBOLINGGO – Hasil hitung cepat Pilkada Kabupaten Probolinggo hari ini memberikan gambaran sementara yang belum sesuai dengan harapan pasangan calon nomor