“Peran dan keterlibatan kaum santri dalam dunia politik bukan fenomena baru. Pasalnya, akar historis keterlibatan kaum santri dalam kancah perpolitikan telah dimulai sejak era pra-kemerdekaan,”.
Penulis : Ilyasin Yusuf
Kiprah kaum santri pada zaman dahulu kala, misalnya, KH Hasyim Asy’ari mengumandangkan Resolusi Jihad sebagai perlawanan kaum santri dalam mengusir penjajah atau ketika KH Abdul Wahid Hasyim, putra KH Hasyim Asy’ari, menjadi bagian dari BPUPKI untuk merumuskan platform kemerdekaan Indonesia.
Bahkan, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), putra KH Abdul Wahid Hasyim, berhasil menorehkan namanya sebagai presiden pertama dari kalangan santri. Berawal dari Gus Dur, maka akan tercatat beberapa tokoh penting yang memiliki latar belakang pesantren yang mewarnai proses perubahan sosial politik Indonesia di era reformasi.
Jika ditelusuri lebih lanjut, tentu kita akan menemukan peranan santri dalam tingkatan yang lain, misalnya menjadi menteri, birokrat, anggota dewan dan ada juga yang menjabat sebagai pemerintah daerah. Ini menandakan peran santri dalam politik Indonesia memiliki dampak yang signifikan dalam pembentukan kebijakan dan pengambilan keputusan politik.
Tentu ini menjadi hal yang harus diakui bersama bahwa santri masih memainkan peran yang signifikan di kancah politik sampai saat ini. Begitupun juga menjelang kontestasi politik pada tahun 2024 nanti.
Sudah menjadi rahasia umum, para kekuatan politik acap kali melakukan kunjungan politik ke pesantren sebagai upaya untuk memenangkan dukungan politik. Partai politik dan politisi sering kali menyadari bahwa pesantren memiliki jaringan dan basis pemilih yang kuat.
Dengan berinteraksi aktif dengan santri dan tokoh pesantren, mereka berharap dapat memperoleh dukungan dalam pemilihan umum. Lebih dari itu, upaya lain yang dilakukan oleh para kekuatan politik yaitu dengan menggaet tokoh santri untuk membangun kerjasama dalam menjalankan kepemimpinan sudah menjadi strategi politik yang umum di Indonesia.
Keterlibatan santri dalam perpolitikan Indonesia tentu tidak selalu dipandang etis. Mengingat santri merupakan produk pesantren yang memiliki otoritas moral dan referensi keagamaan yang kuat. Tetapi yang perlu kita renungkan adalah bahwa santri bukanlah entitas yang harus dipandang sebelah mata.
Dalam ranah konstruk sosial, tentu masih banyak masyarakat yang berpandangan demikian. Padahal melalui sejarah dan realitas saat ini santri masih memiliki peran yang substansial dalam membangun peradaban bangsa.
Tentunya ini tidak lepas dengan prinsip yang dianut oleh kaum santri yaitu konsep Al-muhafadhah ala al-qadim as-shalih wa al-akhdu bi al-jadidi al-ashlah yang berarti menjaga tradisi lama yang baik dan mengadopsi tradisi baru yang lebih baik.
Dalam tradisi pesantren, prinsip ini adalah identitas yang harus dipegang santri dalam membangun masyarakat yang berperadaban. Dengan prinsip ini, seorang santri dididik untuk menjadi sensitif terhadap isu-isu sekitarnya.
Hal inilah yang membuat santri sebagai pioner perubahan terdepan, baik melalui kiprah politik maupun yang lain. Santri telah terbukti memiliki potensi besar dalam mempengaruhi dan membentuk kebijakan politik yang adil dan berkeadilan. (*)
Wartawan Serikat News Probolinggo
Menyukai ini:
Suka Memuat...