SERIKATNEWS.COM – Uzbekistan berusaha untuk menarik diri dari investasi asing, negara dengan sumber daya melimpah ini berharap reformasi pemerintah akan membantu merevolusi model ekonominya. Pemerintah Uzbekistan akan beralih fokus pada diversifikasi produksi pertanian serta pengembangan ekspor mineral dan minyak bumi, kapasitas serta manufaktur.
Negara bagian Asia Tengah ini memiliki simpanan emas terbesar keempat di dunia dan juga kaya akan tembaga dan uranium. Tidak hanya itu, produksi kapas juga tetap menjadi kontributor utama, meskipun industri tanaman komersial negara ini telah menjadi sasaran boikot global atas tuduhan kerja paksa.
Mantan negara Soviet ini memperoleh kemerdekaan dari Moskow pada tahun 1991, beberapa tahun terakhir mendeklarasikan diri ingin pindah dari ekonomi pemerintah ke ekonomi berbasis pasar.
Shavkat Mirziyoyev, presiden Uzbekistan menjabat sejak 2016, menjadi pendorong utama di balik upaya pembaruan ekonomi. Peta jalan reformasi ini telah diumumkan sejak November 2018, dan menguraikan lima tujuan kebijakan: (a) untuk menjaga stabilitas makroekonomi, (b) untuk mempercepat transisi dari ekonomi yang dipimpin negara ke sistem yang didorong oleh pasar, (c) untuk meningkatkan layanan sosial, (d) untuk memperkuat peran pemerintah dalam ekonomi pasar, (e) dan untuk menjaga stabilitas lingkungan.
Ipek de Vilder, analis di pialang perbatasan yang berfokus pada pasar Auerbach Grayson, mengatakan kepada CNBC bahwa reformasi semacam itu akan membuat Uzbekistan sebanding dengan Polandia pada awal 1990-an dan Rumania pada tahun 2000, di mana pasar mendorong reformasi dengan pertumbuhan PDB yang kuat dan jaringan pipa yang baik justru meningkatkan peluang investasi bagi asing.
Seperti perusahaan Mitra pialang domestik Auerbach Grayson, Avesta Investment Group, yang telah melirik Qyzylqumsement pabrik semen berkapasitas 3,5 juta ton, sebagai contoh dari stok cairan yang menarik minat para investor. Perusahaan adalah 86% milik negara, dengan 35% untuk privatisasi.
Menurut Agathe Demarais, direktur peramalan global di Economist Intelligence Unit, penawaran obligasi senilai $1 miliar baru-baru ini diterima dengan baik oleh para investor, tetapi tidak banyak dari rencana strategi pembangunan pemerintah yang dilaksanakan.
“Lebih realistis, karena transisi ke ekonomi yang berorientasi pasar merupakan prospek yang jauh, mengingat adanya ketergantungan sistemik pada negara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Demarais, Senin (5/8/2019). (Nafisa/BERITABARU)
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.
Menyukai ini:
Suka Memuat...