Oleh: Muhammad Khairul Kayyis (Mahasiswa Instika prodi Pendidikan Bahasa Arab)
KETIKA membaca Kontekstualisasi Islam Terhadap Negara Pancasila (13/7) karya Abbdurrahman, penulis sangat terkesima. Saat itu, penulis juga membayangkan bagimana Pancasila dibentuk oleh BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Menurut mereka inilah jalan keluar untuk menjadi sebuah negara republik dengan ideologi tanpa mendiskreditkan kelompok lain. Namun, benarkah ideologi Pancasila memang mereka aplikasikan dengan baik, lebih kepada mereka yang selalu mengganggap kerelevansiannya sama dengan keyakinannya?
Pertama, analisis yang dipakai oleh Abdurrahman tak ubahnya adalah legitimasi lama. Jadi, antara Islam dan Pancasila memiliki instrumen serupa. Mari kita buka kembali sejarah peradaban Islam di masa dinasti yang menjadi alasan agama dalam politik, alias politisasi agama yang mendominasi. Ini berbanding apabila Pancasila diambil makna teksnya saja.
Maka, kasus di atas dikecam secara anarkis oleh Karl Marx, bahwasanya agama adalah candu. Melalui pembelaan terhadap rakyat kecil, minoritas atau, lebih serasi sesuai istilah yang dipakainya ialah antara proletar dan borjouis. Anggap saja, hamba borjouis mereka penegak hukum (subjek) dan proletar mereka masyarakat sebagai objeknya. Karl Marx memiliki pandangan, apabila agama sebagai tunggangan pihak atas, maka ucapan atau bahkan tindakannya lebih mengkrucut menghilangkan rasa memberontak karena telah dininabobokkan oleh doktrin agama.
Analisis kedua, perihal fitrah manusia yang beragama. Tentu, jangankan Islam, bahkan seluruh agama selainnya tidak ada satu legalitas bahkan dukungan untuk melakukan tidak kebiadaban. Maka dari itu, pengantar tulisan Abdurrahman untuk menyuguhkan relevansi Pancasila dan Islam sangat klise dan tiada cara lain kecuali memetik persamaan secara universal dalam lingkup agama.
Teks Pancasila dan Semi Sekular
Sungguh menarik terlebih dahulu kita ingat berbagai runutan sejarah Pancasila sebagai ideologi Indonesia. Di zaman Orde Baru, Pancasila terlihat lebih seksi dikarenakan semua organisasi di Indonesia harus berasas Pancasila tanpa terkecuali. Hal ini menitikberatkan bahwa ideologi tunggal yang digunakan Indonesia dianggap memiliki performa untuk merangkul masyarakat jamak sebagai keharusan komunal. Namun lemahnya, imbas dari keadaan yang demikian menyegel kebebasan berekspresi yang seharusnya ditanggapi secara objektif dan ilmiah.
Berbagai kasus yang menghiasi pemberitaan media di lingkup nasional, sering terjadi tindak kriminal, kekerasan atas nama agama, serta tindak kejahatan jabatan. Beraneka ragam kasus tersebut ialah kurangnya perenungan baru antara Pancasila dan agama. Justru demikian telah mencederai sila pertama, karena Tuhan Yang Esa mengajarkan untuk memberikan jawaban baru perihal kebenaran yang tunggal. Sila kedua, kemanusiaan, selain tindakan korupsi, kriminalitas kasus tersebut telah merusak tatanan universal peradaban. Persatuan Indonesia, tak lain untuk menanggulangi perpecahan bangsa, akan tetapi ini dikotori oleh propaganda dari pihak berbeda disebabkan tingkat minoritas sebagai objek. Sila keempat dan kelima merupakan sub poin secara sistem kenegaraan, dan kasus di atas telah menjadi karikaturnya.
Bagaimana jalan baru Pancasila di era saat ini? Antara teks dan konteks perlu dibedah pribadi sebagai evaluasi panjang. Di pelajaran sekolah pendidikan Pancasila hanya sekelebat pajangan teori, dan selebihnya tiadanya dialektika dan cenderung mengalami kestatisan. Tak jarang Pancasila diartikan sebagai ‘penerimaan terhadap perbedaan’, ‘keharmonisan’ dan ‘tindak berkeadilan’. Lemahnya dari sistem seperti ini ialah tiada konstruk berpikir perspektif agama, apalagi bagi hantu sekular, membedakan antara agama dan budaya (negara). Takaran untuk menerima perbedaan sering tidak proporsional; pihak minoritas sering tiada di draft prioritas, dan untuk menjalin keharmonisan dan keadilan tak lebih di sepak ruang kecil, dianggapnya hal paling urgen yaitu untuk diri sendiri.
Seterusnya Pancasila akan mendapatkan tantangan baru selanjutnya dan perlu kiranya memberikan jawaban untuk dehumanisasi dan kefatalan tindakan akibat politisasi agama.
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.