Aku bilang kau cantik, kau bilang aku menghina.
Aku bilang dadaku berdebar-debar lihat wajahmu, kau bilang aku mungkin jantungan.
Aku bilang senyumanmu menawan, kau bilang mataku lagi belekan.
Aku bilang kau mirip artis Asti Ananta, kau bilang aku ngerayu gombal.
Akhirnya aku diam tak bicara apa-apa padamu, dan tiba-tiba kau datang memanggil-manggilku dengan suara yang membuat bulu kudukku berdiri merinding.
Eeee…ternyata kamu Kuntilanak !…
Aku lari menjerit-jerit ketakutan diantara pohon-pohon yang berwarna-warni di tepi jalan, aku sembunyi ketakutan tapi mataku malah kecolok daunnya.
Dalam hati aku berkata,”Jangkrik ! Ini pohon apa sih kok daunnya keras banget?!”.
Lalu tiba-tiba kau muncul lagi di belakangku dan berkata:
“Mas SHE, aku bukan Kuntilanak ! Aku ini perempuan, manusia biasa yang selalu kau gandrungi. Itu pohon palsu proyek Rp. 8,1 Milyar dari Anies-Sandi yang kemarin minum serapan air tinja”.
Aku terkejut dan tertawa:” Haaaa??? Qiqiqiqqq”…
Dan kau tiba-tiba berkata padaku lagi: “Ini benar Mas SHE atau Genderuwo?”…
Akupun membalas,” Aku memang Genderuwo di kawasan hatimu yang hening dan sepi. Jadilah kau pacarku dan mari kita sama-sama bergentayangan di Jakarta”.
Sejak hari itu arwah perjuangan cinta kami bergentayangan di Jakarta. Anies-Sandipun ketakutan hingga mencabut kembali pohon-pohon palsunya yang memakan biaya 8,1 Milyar.
Di atas Monas seekor Burung Gagak berkicau, katanya:”Seng dadi Kuntilanak dan Genderuwo itu bukan kalian Mbak, Mas…tapi Anies dan Sandi sampai air tinja yang diserappun diminumnya”
Profesi: Advokat KAI (Kongres Advokat Indonesia). dan Penulis, Serta Pemerhati Politik
Menyukai ini:
Suka Memuat...