Oleh: Achmad Aulinsya Rival
Kemanusiaan merupakan salah satu hal yang diperlukan dalam menjalani kehidupan manusia. Seperti dalam sila kedua pancasila yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Bagaimana kita bisa memahami dan toleransi antar individu maupun kelompok dalam masyarakat, tidak berperilaku sewenang – wenang, dan peka terhadap keadaan sosial. Semua itu merupakan beberapa contoh proses untuk mencapai rasa kemanusiaan. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh presiden indonesia ke empat, KH. Abdurahman Wahid atau kerap disapa Gusdur, beliau lebih mementingkan rasa kemanusiaan sampai harus rela turun dari jabatannya sebagai presiden.
Realita saat ini, rasa kemanusiaan hilang karena sebuah komoditas. Seperti halnya pembangunan bandara di kulonprogo. Hampir semua rumah di dua desa diratakan dengan tanah. Seperti yang terkutip di sebuah media, General Manager PT. Angkasa Pura I ,Agus Pandu Purnama menyatakan bahwa penggusuran masih kurang 4% dari total 587 hektar tanah calon NYIA (New yogyakarta international aitport). Rumah dan lahan warga tergusur paksa oleh PT. Angkasa Pura I dengan alat – alat berat dan membawa aparat. Sebagian warga tidak setuju dengan adanya konsinyasi dari pihak PT. Angkasa Pura I. Seperti halnya yang dialami salah satu warga yaitu Bapak Hermanto. Dia sebenarnya tidak menyetujui konsinyasi dari pihak AP I namun akhirnya sanggar yang berisi patung dan lukisan yang berharga itu di robohkan.
Tidak hanya itu, 15 aktivis ditangkap oleh aparat dengan cara kekerasan karena danggap menjadi provokator yang menghalangi proses jalannya pembangunan bandara NYIA melalui jaringan solidaritas. Koordinator pantauan lapangan, Horonemus Heron mengecam tindakan polisi dalam mengamankan para aktivis ini. Heron dan beberapa aliansi sudah berada di wilayah ini sejak 27 November 2017. Menurutnya para mahsiswa ini tidah harus izin pada pihak kepolisian karena melalui RT dan PWPP-KP saja sudah cukup untuk hal perizinan.
Alasan para aliansi menolak pembangunan bandara ini karena lahan yang digunakan merupakan lahan yang produktif dan jika ada masyarakat yang menolak harus dihormati . Memang ganti rugi sudah ada. Bahkan ganti rugi yang didapatkan yang tidak sebanding. Tapi di masa depan masyarakat akan bagaimana? Mau bekerja dimana mereka? Belum lagi pasti ada ikatan sejarah dari tanah tersebut. Dan masih banyak alasan lain yang jelas adanya dalam penolakan bandara.
Tindakan yang dilakukan PT. Angkasa Pura dengan memutuskan saluran listrik, memobilisasi aparat negara, melakukan penggusuran paksa dengan alat berat, dan penangkapan aktivis dengan cara kekerasan merupakan pelanggaran HAM dan tidak menjunjung tinggi rasa kemanusiaan.
Itu hanya salah satu masalah yang terjadi di negeri ini, masih banyak lagi masalah – masalah di luar sana yang terkait dengan kemanusiaan. Hanya demi keuntungan dan kekuasaan mereka telah hilang kemanusiaanya.
*Penulis Adalah Mahasiswa Progam Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.
Menyukai ini:
Suka Memuat...