Penulis: Serikat News
Minggu, 29 Oktober 2017 - 19:30 WIB
Ilustrasi Foto: mediamataair.com
Oleh: Hilful Fudhul
Muncul paham radikalisme Islam mulai menampakkan ancamannya ditengah-tengah kehidupan berbangsa, bernegara serta beragama di Indonesia. Bentuk ancaman itu ditandai dengan maraknya gerakan intoleransi di masyarakat kita. Ini juga menandai bahwa pemahaman agama yang mengandung nilai dan tradisi luruh bangsa Indonesia yang mulai luntur, perbedaan suku, agama, ras dan bahasa menjadi masalah bagi persatuan bangsa.
Terorisme menjadi marak terjadi dengan adanya pembom-an yang terjadi diberbagai negara sempat mengancam dunia beberapa tahun ini. Serta jiwa nasionalisme yang kini mulai luntur adalah ancaman serius bukan saja bagi bangsa Indonesia akan tetapi juga negara-negara lain seperti di Timur Tengah. Sejarah Indonesia mencatat ada beberapa daerah yang ingin memisahkan diri dengan Indonesia seperti adanya Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sebagai pelajaran sejarah yang tidak perlu lagi terulang di bangsa kita. Sudah cukup menjadi pelajaran bagi bangsa dengan Timur Leste memisahkan diri dengan Indonesia.
Hari ini, bangsa yang memiliki generasi muda perlu menanamkan jiwa nasionalisme, mengajarkan pentingnya mencintai bangsa Indonesia sebagai satu kesatuan. Hal ini pernah ditunjukkan oleh pemuda sekitar pada tanggal 27-28 Oktober 1928 muncul konggres pemuda yang ke II, konggres ini melahari akan seruan pentingnya persatuan dan penegasaan diri sebagai sebuah bangsa yang ditunjukkan pemuda melalui peristiwa yang kita kenal dengan Sumpah Pemuda.
Ikrar bertanah air satu tanah air Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia dan berbahasa satu bahasa Indonesia yang ditunjukkan pemuda saat itu bermakna bahwa perbedaan suku, bahasa, agama, bahasa dapat disatukan dalam hadirnya Indonesia sebagai bangsa dan negara. Semangat ini yang harus kita ajarkan bagi pemuda saat ini. Dengan hadirnya pemahaman agama yang meniadakan nilai-nilai kemanusiaan akan menjadi masalah bagi Indonesia ke depan serta minimnya pengajaran penting nasionalisme bagi keberlanjutan bangsa juga akan menjadi masalah dikemudian hari.
Gerakan Islam Radikal ini menyerang pemuda-pemudi bangsa dengan mengambil kampus sebagai jalur untuk menyebarkan paham yang tidak tepat ini bagi bangsa Indonesia. seruan dari orasi Bung Karno yaitu “ Berikan Aku Sepuluh Pemuda, Maka Akan-Ku Guncangkan Dunia” perlu dimaknai bersama, bahwa pemuda sebagai generasi yang akan memimpin masa depan bangsa Indonesia memerlukan penerus yang memiliki pandangan luas, berpikir kreatif serta memiliki inovasi.
Bangsa Indonesia memerlukan pemuda yang memiliki visi ke depan dan memahami geopolitik sebagai dasar untuk membawa bangsa ke kancah Internasional. Pentingnya memahami geopolitik ini juga pernah disampaikan oleh Dwi Winarno sebagai mantan kordinator kaderisasi PB-PMII, geopolitik akan mengantarkan bangsa Indonesia bersikap atas perkembangan dunia hari ini. Pemahaman geopolitik ini pernah ditunjukkan oleh pemuda Indonesia sejak zaman penjajahan, kita tahu Soekarno, Hatta, Syahrir dan generasinya memiliki pemahaman geopol sehingga mampu membaca peta perpolitikan dunia untuk kemudian dapat disikapi oleh Indonesia sebagai bangsa.
Saatnya pemuda menjadi garda terdepan untuk menjaga keutuhan bangsa Indonesia baik dari ancaman Islam radikal dengan pemahaman Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh umat maupun dari paham-paham yang dapat memecah belah persatuan bangsa. Sebab pesan persatuan didalam sumpah pemuda menjadi sangat relevan melihat persoalan bangsa Indonesia yang sedang terganggu oleh kasus rasis, gerakan khilafah dan ini dapat memecah persatuan bangsa yang diperjuangkan oleh para pahlawan kita. Dengan semangat sumpah pemuda kita perlu membawa bangsa ini kepada arah yang lebih maju.
DALAM era digital yang berkembang pesat, industri ekspedisi menghadapi tantangan dan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dengan pertumbuhan bisnis
PILKADA merupakan momentum krusial dalam sistem demokrasi Indonesia. Masyarakat memiliki kesempatan untuk memilih pemimpin lokal yang akan mempengaruhi arah dan
Oleh: Mauzun Visioner (Pegiat Literasi) PEMILIHAN Gubernur Jawa Timur sedang mencuri perhatian publik. Pasalnya, Pilgub kali ini menampilkan tiga figur
FIGUR kyai masih menarik untuk dilibatkan atau terlibat pada kontestasi pilkada 2024. Pernyataan tersebut setidaknya sesuai dengan kondisi proses pilkada