Penulis: Serikat News
Sabtu, 9 September 2017 - 14:07 WIB
Foto: Dok, Pribadi
Oleh: Wahyu M
Siang ini, sebagaimana “best quote” di dalam lirik dangdut koplo “Bojo Galak”, saya mengikutinya. Adapun best quote tersebut adalah seperti ini, “kuat dilakoni, nek ra kuat ditinggal ngopi. Tetep cinta senajan bojoku galak” (Pendhoza/Via Vallen/Nella Kharisma, 2017). Sekalipun itu sudah menjadi tradisi sehari-hari saya bersama teman-teman, ngopi.
Tanpa saya sadari, gerakan sosial saya itu (baca; ngopi), berlangsung di antara wujud nyata dari skenario besar konspirasi global, komunisme simbolik.
Ada simbol komunisme terselip (atau lebih tepatnya diselipkan) di antara lekuk indah mesin dan perangkat kendaraan saya. Ini jelas bukan kebetulan. Simbol tersebut, saya kira sengaja diciptakan dan disosialisasikan secara terstruktur, sistematis dan masif.
Saya berfikir, terdapat dua kemungkin atas realitas sosial tersebut. Bahkan lebih. Pertama, sekali lagi itu adalah upaya untuk membangkitkan kembali ideologi dan kekuatan komunisme melalui politik simbol. Kedua, itu adalah pesan nyata, yang untuk sementara ini, sebagai langkah awal, disampaikan khusus hanya kepada para petani gurem. Itu terlihat pada hanya simbol arit saja yang dipakai, belum melibatkan palu secara aktif-partisipatoris.
Hal tersebut tentu sangat bisa dimaklumi. Pada titik ini komunisme masih cukup konsisten baik dalam hal malihat masalah utama kebangsaan, maupun pada wilayah potensi basis politik. Itu seperti kita ketahui bersama, bahwa politik tidak dapat dipisahkan dari ekonomi. Orang kaya boleh mengunakan kekuasaan kapitalnya di dalam politik, namun tetap, siapa yang dianggap berpihak dan mampu mewakili kepentingan segmentasi pemilih terbesar, itulah yang akan menjadi idola.
Pertanyaannya, mengapa tidak disimbolkan saja secara utuh? Belajar dari pengalaman logo kecil hologramik pada uang kertas yang secara detil, ciamik dan memukau telah dibongkar oleh salah satu putra terbaik tanah air beberapa waktu yang lalu, elit komunisme mengambil siasat baru.
Sesungguhnya, pucuk di kekuasaan komunisme paham betul bahwa cepat atau lambat politik simbol ini akan kembali terbongkar. Hebatnya mereka, mereka sudah dapat menebak apa yang akan dilakukan oleh lawan-lawan mereka. Bahwa lawan bukan akan menyerang mereka, namun perusahaan pabrikan motor tersebut. Melakukan demo besar berjilid-jilid terhadapnya dan menghancurkan setiap kendaraan yang mengandung anasir-anasir komunisme. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, lawan akan mempersiapkan kain putih besar untuk “ngrukupi” seluruh dealer yang diyakini sebagai agen komunisme. Revolusioner.
Saya memprediksi, komunisme akan terus berupaya untuk bangkit. Jika sebelumnya politik simbol pada uang kertas, hari ini politik simbol melalui onderdil kendaraan bermotor. Berikutnya, bisa saja melalui peralatan dapur dan kosmetik. Simbol bahkan akan diselipkan pada puisi, lirik-lirik lagu, atau surat cinta yang tidak selalu harus untuk Starla.
Jika kita jeli, sesungguhnya, komunisme sudah memiliki sendiri pembenci legendarisnya. Ia yang akan selalu berusaha untuk menghancurkannya setiap akan hidup dan berkembang. Lawan utama sepanjang masa dari komunisme tersebut, juga adalah musuh bebuyutan kita. Kapitalisme. Kebenaran relatifnya adalah, hari ini kita sedang berada di tengah Perang Segitiga. Jika selama ini kita berpikir hanya cinta saja yang ber-Segitiga, itu artinya, selain kurang ngopi, kulit kepala kita berminyak dan jarang kramas.
Atas kondisi dan gejala simbolik sub-geopolitik tersebut, saya menarik kesimpulan bahwa masyarakat Indonesia dan segenap elemen kekuatan bangsa yang lain harus lebih waspada. Karena kejahatan datang bukan hanya dari niat si pelaku. Kejahatan juga datang dari peluang yang kita ciptakan. Itu! (dengan gaya Pak Mario tidak Teguh yang pernah spektakuler itu).
*Penulis Adalah Kawulo Alit, Penikmat Ubi, Kopi dan Wayang ulit.
DALAM era digital yang berkembang pesat, industri ekspedisi menghadapi tantangan dan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dengan pertumbuhan bisnis
PILKADA merupakan momentum krusial dalam sistem demokrasi Indonesia. Masyarakat memiliki kesempatan untuk memilih pemimpin lokal yang akan mempengaruhi arah dan
Oleh: Mauzun Visioner (Pegiat Literasi) PEMILIHAN Gubernur Jawa Timur sedang mencuri perhatian publik. Pasalnya, Pilgub kali ini menampilkan tiga figur
FIGUR kyai masih menarik untuk dilibatkan atau terlibat pada kontestasi pilkada 2024. Pernyataan tersebut setidaknya sesuai dengan kondisi proses pilkada