SERIKATNEWS.COM – Indonesia bersiap menghadapi kelaziman hidup baru atau biasa dikenal new normal pada kondisi pandemi Covid-19. Kelaziman hidup baru itu diharapkan akan kembali menggerakkan kegiatan perekonomian yang laju pertumbuhannya sempat terpuruk di kuartal I-2020, yaitu hanya 2,97%.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai hal itu tergantung terhadap kesiapan Indonesia untuk hidup berdampingan dengan virus korona yang hingga kini belum ada vaksinnya.
“Memang kalau dilihat dari sudut pandang ekonomi, kegiatan lockdown yang terus-menerus ini tentu akan ada dampak buruknya bagi ekonomi sehingga mau tidak mau pemerintah harus mengambil jalan tengah. Dan menurut saya jalan tengah yang di-propose pemerintah saat ini adalah dengan mewacanakan untuk melonggarkan dalam hal ini PSBB,” kata Yusuf, dikutip dari Detik, Rabu (27/5/2020).
Yang perlu diperhatikan, jika Indonesia ternyata tidak siap menghadapi new normal, yang ada bukan memperbaiki ekonomi negara, melainkan menjadi pemicu gelombang kedua Covid-19. Bahkan negara yang berhasil menerapkan kehidupan normal baru pun tetap terkena gelombang kedua.
Menurutnya, kegiatan normal baru di tengah pandemi virus korona ibarat dua mata uang, ada potensi untuk meningkatkan perekonomian, tapi risikonya adalah peningkatan kasus positif virus korona.
Jika pemerintah berhasil memberlakukan new normal tanpa melahirkan kasus baru positif virus korona, Indonesia bisa keluar dari ancaman pertumbuhan ekonomi negatif sepanjang 2020.
“Kalau kita melihat dari tren kuartal 1 yang tumbuh 2%, kemudian kuartal 2 ini kan memang ada kemungkinan dia lebih rendah dibandingkan kuartal 1. Menurut saya potensinya berada di kisaran maksimal kalau hitungan kami itu di 2%,” katanya.
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.
Menyukai ini:
Suka Memuat...