Karena terlalu banyak mengkonsumsi berita-berita hoax, penuh fitnah, hasutan yang sarat kebencian menjadikannya bodoh, keras kepala, ekstrim dan pendengki. Tak ada yang dapat menyadarkannya kecuali bencana dahsyat, yang akan melenyapkan seluruh kebanggaannya selama ini.
Ulama-ulama hebat, kaum cendekiawan hebat bahkan kejadian alampun sudah mengingatkannya, tapi bagi hati yang penuh dengki, pikiran-pikiran kotor yang susah dibersihkan lagi tak kan pernah mau menerimanya. Mereka akan malah terus mencari-cari kesalahan dari para pengingatnya, dan menyumpah serapahinya sebagai orang-orang sesat, kafir atau jika bukan itu ya akan dituduhnya syi’ah, kaum liberal atau komunis.
Orang-orang dungu, penipu namun berjubah dipuja-puja. Orang-orang yang hanya fasih mengucapkan: ana, antum, akhi, ukhti tapi masih dangkal ilmunya dibanding ulama-ulama pendahulunya yang masih konsisten menjaga negara dan bhineka tunggal ika, disembah-sembah dan dianggap tak pernah bersalah meski terbukti dengan nyata mereka telah melakukan tindak pidana.
Jika hukum ditegakkan untuk kalangan mereka, mereka bilang itu kriminalisasi. Jika hukum ditegakkan untuk selain mereka, mereka bilang itu sudah seharusnya. Jika mereka melecehkan agama lain mereka bilang itu perintah agama hingga harus dianggap sebagai kewajaran, namun jika orang lain sedikit saja kepleset membicarakan tentang agamanya yang dirasa ganjal, mereka menuduh itu penistaan agama dan harus dipenjara.
Siapa sesungguhnya kalian-kalian ini? Darimana sesungguhnya kalian-kalian ini? Pikiran-pikiran apa yang sesungguhnya telah meracuni kalian-kalian ini, hingga kalian yang dahulu bangga dengan bendera merah putih namun sekarang kalian jadi benci. Dahulu kalian bangga dengan para ulama-ulama atau kyai, hingga tangannya kalian ciumi, sisa minuman kopinya setelah ngaji kalian berebut cicipi karena ingin dapat berkah hidup dari ulama atau Pak Kyai, tapi kenapa sekarang kalian tak menghormatinya lagi dan lebih memilih ustadz-ustadz selebriti yang hanya bisa muncul di tv-tv tapi tak bisa mengaji.
Kalian lebih percaya pada mereka yang menjadi tenar bukan karena ketinggian ilmu agamanya namun karena dukungan dana dari para promotornya, daripada kalian percaya pada para ulama-ulama sepuh yang sudah teruji menjaga pancasila, persatuan dan kesatuan Indonesia di sepanjang hidupnya. Kalian lebih percaya pada mereka yang baru seumur jagung memasuki dan mempelajari ilmu agama kalian, daripada mempercayai para kyai yang berpuluh tahun malang melintang mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu keagamaan dan kenegaraan yang kalian perdebatkan.
Kami setia pada NKRI dan bangga pada Pancasila serta Bhineka Tunggal Ika, namun kalian malah setia pada Daulah Khilafah dan bangga pada simbol-simbol yang menjauhkan jiwa kalian dengan Kearifan dan Kewelas asihan Tuhan. Kalian ini sesungguhnya siapa? Mengapa kalian menjadi haus darah? Mengapa kalian tidak lagi bangga menjadi bagian dari Muslim Nusantara, melainkan bangga menjadi Satpam Aqidah yang sangat sulit sekali menerima kemajemukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
Profesi: Advokat KAI (Kongres Advokat Indonesia). dan Penulis, Serta Pemerhati Politik
Menyukai ini:
Suka Memuat...