Oleh: Mahrus Ali (Wakil Ketua LKN DPP PKB)
PKB genap berusia 27 tahun. Kemeriahan perayaannya baru saja dinikmati seluruh kader. Sebuah umur yang kalau manusia sudah bisa mikir nikah dan cicilan rumah, tetapi PKB tetap akan memilih fokus mikirin masa depan bangsa. Usia ini bukan sekadar angka, tapi simbol kedewasaan yang tetap ditempeli jiwa muda.
PKB seperti anak muda yang penuh semangat, tapi juga tahu kapan harus serius. Dari dulu enggak pernah bosan bicara soal persatuan, keadilan, dan kebangsaan enggak pakai drama Korea, enggak pakai gosip murahan. Politik boleh serius, tapi PKB paham, serius bukan berarti cemberut, seperti yang selalu diajarkan oleh ketua umumnya Muhaimin Iskandar.
Sejak lahir tahun 1998, PKB sudah kenyang makan asam garam demokrasi. Kalau dihitung-hitung, PKB ini sudah melewati tiga kali lebih banyak ujian dibanding mahasiswa tingkat akhir yang skripsinya ditolak dosen. Reformasi, pemilu, dinamika politik, semuanya sudah dilewati dengan gaya santuy, tapi berprinsip. Bedanya, kalau anak muda 27 tahun kadang bingung mau ikut tren atau enggak, PKB justru jadi tren itu sendiri “politik religius yang ramah, nasionalis yang asik, dan pastinya tanpa menggadaikan idealisme.”
Di usia 27 ini, PKB tidak hanya harus eksis, tapi juga harus memberi manfaat lebih besar. PKB sadar, tantangan ke depan bukan main-main seperti konten medsos pokoknya viral, ada AI yang siap merebut pekerjaan, ada generasi rebahan yang harus dirangkul, dan ada politik uang yang masih saja menggoda. Tapi PKB punya cara sendiri, bukan pakai kata-kata manis doang, tapi dengan kerja nyata dan ide-ide segar. Karena PKB tahu, kalau politik cuma diisi janji manis, itu sama saja kayak mantan yang bilang “aku berubah,” tapi ujung-ujungnya menyakiti lagi.
Riang gembira PKB bukan berarti enggak serius, tapi tahu kapan harus senyum di tengah ketegangan politik. Bayangkan saja, kalau politik selalu tegang, kita semua bakal stres sebelum pemilu dimulai. PKB hadir untuk memecah ketegangan itu dengan sikap inklusif dan merangkul semua golongan. Kalau partai lain sibuk saling serang, PKB memilih saling rangkul karena PKB percaya, bangsa ini bukan hanya butuh pemimpin pintar, tapi juga pemimpin yang bikin rakyat merasa aman dan nyaman.
Ulang tahun ke-27 ini bukan cuma soal tiup lilin dan potong tumpeng, tapi tentang meniup semangat baru untuk Indonesia yang lebih baik. PKB ingin tetap menjadi partai yang nggak cuma pandai bicara, tapi juga pandai mendengar. Tidak seperti orang yang ngetik di grup WA tapi nggak pernah baca balasan. Dengan semangat baru ini, PKB siap menghadapi tantangan zaman, dari dunia nyata sampai dunia maya, dari urusan dapur sampai urusan digital, dan dari urusan lingkungan sampai urusan pertambangan.
Kalau ada yang tanya, “PKB mau kado apa di ulang tahun ini?” Jawabannya simpel: kasih kepercayaan untuk menang di tahun 2029, jangan kasih drama. Kasih doa supaya PKB tetap istiqamah, jangan kasih kepalsuan biar negara tenteram. Karena PKB percaya, politik itu ibarat kopi “harus pahit biar berisi, tapi tetap bisa dinikmati dengan senyuman.”
Jadi, selamat ulang tahun, PKB! Tetap riang, tetap gembira, dan jangan pernah berhenti jadi pelangi di langit politik Indonesia yang kadang mendung, kadang cerah, tapi selalu butuh warna-warni.
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.
Menyukai ini:
Suka Memuat...