BUDAYA organisasi dalam setiap lembaga mencerminkan bagaimana keadaan organisasi tersebut. Khususnya pesantren, sebuah lembaga pendidikan formal dan non formal yang tertua di Indonesia yang menekankan ilmu dan nilai-nilai yang bersifat religius.
Nilai-nilai budaya organisasi di pondok pesantren diharap mampu mengatasi persoalan yang timbul akibat arus pekembangan zaman yang semakin canggih akan teknologi. Sehingga pondok pesantren tetap eksis di tengah-tengah tatanan masyarakat.
Peran pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan tata nilai islami berkaitan dengan lingkungan. Santri laki-laki maupun perempuan memiliki wawasan ramah lingkungan melalui budaya organisasi yang ada di pesantren.
Namun sejauh ini, budaya organisasi di pesantren dalam mendorong santri putri terlibat dalam pengelolaan lingkungan terkendala oleh adanya semacam pembagian wilayah bagi santri putri dan putra dalam pengelolaan lingkungan sebagai akibat pembakuan peran di pesantren.
Mengadopsi Emma yang menggambarkan kostruksi sosial gender di pesantren, artikel ini melihat persoalan lingkungan dalam pesantren dapat dianalisis melalui muatan pesan-pesan ramah lingkungan yang beredar dalam proses sosialisasi yang berlangsung di pesantren. Pembentukan budaya organisasi dalam pesantren yang peduli lingkungan, mendapat sumber dari ajaran Islam sebagai tata nilai. Santri putra maupun santri putri diharapkan memiliki kesadaran yang sama dalam perilaku ramah lingkungan.
Nilai-nilai atau seruan untuk melestarikan lingkungan hidup banyak sekali ditemukan baik dalam Alquran, Hadits, ataupun dalam kitab-kitab fikih. Misalnya dalam kitab Ihyaul Mawat.
Dalam implementasinya, konsep ini bisa diwujudkan dengan bercocok tanam. Baik berupa persawahan, pertambakan, atau perkebunan yang berkaitan dengan persoalan ekologi yang banyak dipraktikkan oleh pesantren.
Pondok pesantren memiliki bentuk nyata akan kecintaan terhadap lingkungan yang disebut dengan ro’an atau kerja bakti. Kerja bakti bersih lingkungan ini biasanya berupa kegiatan membersihkan kamar, kamar mandi, mushola, dan lingkungan sekitar pesantren secara rutin dilakukan oleh para santri yang biasanya dilaksanakan setiap seminggu sekali sesuai dengan bagian apa yang akan dibersihkan. Selain ro’an yang dilakukan seminggu sekali, pesantren juga melakukan piket harian yang tugasnya membersihkan kamar dan area depan kamar.
Seperti di pondok pesantren krapyak Ali Maksum, juga melakukan kegiatan bersih lingkungan yaitu ro’an. Selain ro’an, pondok pesantren krapyak juga melakukan kegiatan ngaji resik-resik, yang mana setiap satu kali pertemuan dalam satu minggu, guru ngaji meminta santrinya untuk membersihkan area asrama masing-masing, dengan tujuan agar tetap terjaga kebersihannya. Berbagai cara dilakukan, seperti menyapu halaman, membersihkan area tempat pengambilan catering, dan membuag sampah.
Model klasik pendidikan Islam berbasis ekologis ini, penerapannya dilakukan dengan pembiasaan tradisi yang dibangun sejak dahulu, misalnya tradisi ro’an. Sebagai kegiatan yang sudah terjadwal oleh lembaga, maka kegiatan ini belum sepenuhnya menjadi internalisasi kesadaran personal pada setiap santri.
Penanaman kesadaran dan kecintaan terhadap lingkungan hidup bagi santri perlu diintensifkan baik dalam bentuk, muatan dan intensitas waktu sehingga menjadi watak pribadi. Misalnya, dengan melakukan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup seperti pemilihan sampah, pembuatan pupuk kompos, pembuatan biopori, penggunaan lampu hemat listrik dan lainnya.
Unsur budaya organisasi pesantren yang telah dimanfaatkan dalam peningkatan kesadaran ekologi bagi santri dilakukan melalui perwujudan verbal dan perwujudan perilaku. Perwujudan verbal dilakukan melalui penguatan nilai-nilai ekologi baik dalam kurikulum melalui penerjemahan materi fikih kedalam ekologi menuju fiqh al bi’ah.
Sementara itu, perwujudan perilaku terlihat dalam kegiatan pengelolaan lingkungan seperti budaya kerja bakti, pemilihan sampah, ngaji resik-resik, pembuatan kompos dan lainnya.
Mahasiswa Prodi Manajemen Dakwah
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta