SERIKATNEWS.COM – Akhir-akhir ini problematika kehidupan berbangsa dan bernegara sampai pada posisi mengkhawatirkan. Akibat berkembanganya kapitalisme bersifat individualistik yang eksistensinya dapat mengancam keberagaaman kebangsaan Indonesia.
DIALOGUE Asyik (Aktualisasi Syiar Kebangsaan) hadir, dari para aktivis memotret keadaan bangsa dan negara dewasa ini. Daud Gerung bersama NU to Line Chanel bersepakat, membuat siaran podcast yang nanti akan ditayangkan secara terus menerus. Harapanya agar dapat mewadahi generasi milenial di Indonesia.
Podcast berlangsung selama 60 menit. Forum tanya jawab ini membahas seputar tema: “Membangun Indonesia Kembali; Sebagai Rumah Bersama Seluruh Komponen Bangsa”, dan dipandu Annisa Rahma Zein, pada Minggu (28/2/2021).
Pada forum perdana Dialogue Asyik, Daud Gerung memberikan jawaban-jawaban lugas tentang wawasan kebangsaan. Selama satu jam berbicara dengan metode syiar yang mudah diterima generasi milenial.
“Syiar Kebangsaan ini bukan gagasan baru, tetapi sudah ada dari awal terbentuknya bangsa dan negara, telah diskusikan para Founding Fathers. Tinggal bagaimana kita bersama-sama mengaktualisasinya di kehidupan sehari-hari,” ujar Daud.
Mantan Ketua PMII DKI Jakarta priode 2017-2019 ini mengungkapkan ada tiga fase Syiar Kebangsaan oleh Founding Fathers. Pertama, terjadi pada 28 Oktober 1928 atau Sumpah Pemuda, Proklamasi 17 Agustus 1945 dan Penetapan Pancasila sebagai Ideologi Bangsa. Contohnya dalam peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, forum itu bukan diinisiasi oleh partai-politik, melainkan para komunitas-komunitas kultural, seperti Jong Java, Jong Sumateranen, Jong Ambon, Jong Borneo yang hadir dalam Gedung yang berlokasi sekarang di Jl Kramat Raya No.106.
“Itu menandakan bangsa kita sudah memiliki kultural dan semangatnya menjaga toleransi. Sejak awal berdirinya Indonesia tidak saling menegasikan,” tegas Daud.
Daud Gerung juga mengatakan telah terjadi krisis kebangsaan dialami pemuda, diawali oleh fase peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru dan Reformasi. Bangsa kehilangan arah dari nilai kultural, sekarang ini seakan-akan sedang menegasikan satu sama lain.
Lanjutnya, dalam forum-forum pergerakan ia mengungkapkan metode aktualisasi Syiar Kebangsaan yang sesuai dengan simpul-simpul gerakan, akan dimulai dari dalam dunia kampus. Bagi Daud Gerung, kampus banyak elemen didalamnya, banyak ideologi, tempat berdiskusi seperti kedai kopi pergerakan dinilai tepat untuk menumbuhkan kembali rasa nasionalisme kebangsaan di Genarasi Milenial.
Terakhir, dalam forum itu Daud Gerung berbicara konteks keislaman sebagai agama mayoritas di Indonesia. Baginya masih ada kesenjangan antara pemahaman Alquran dan pemahaman Hadist, menjadi mudah disusupi oleh mereka yang berpaham radikalis, seperti gerakan Wahabi.
“Wahabisme dan gerakan-gerakan radikalis terorisme tersebut akan saya counter! Dari kampus maupun masyarakat umum dari pemahaman keagamaan yang ekstrim tersebut,” tegasnya.
Daud Gerung kemudian mengajak agar generasi milenial memahami konsep beragama ini secara santai atau santuy asyik-asyik saja. Jangan sedikit-sedikit membid’ah dan mengharamkan, Tuhan saja maha asyik, manusia juga dong harus asyik. (*)
Bertugas sebagai Reporter Serikat News