PROBOLINGGO – Desa Kedung Rejoso, Kecamatan Kotaanyar, Kabupaten Probolinggo, kini menjadi pusat perhatian berkat inovasi pertanian berkelanjutan yang diperkenalkan oleh Universitas Brawijaya (UB) melalui program Doktor Mengabdi. Program ini membawa terobosan baru berupa sistem drip irigasi yang dirancang untuk memanfaatkan lahan pekarangan rumah dengan lebih produktif dan efisien.
Dipimpin oleh Prof. Nuhfil Hanani, tim Doktor Mengabdi menggandeng Kelompok Tani Daun Mas 1 sebagai mitra utama dalam pelaksanaan program ini. Fokus utamanya adalah budidaya cabai, yang dikenal sebagai komoditas bernilai ekonomis tinggi, untuk mendukung ketahanan pangan sekaligus menambah pendapatan keluarga.
“Desa Kedung Rejoso memiliki potensi besar dalam budidaya cabai. Dengan sistem drip irigasi, kami ingin membantu masyarakat mengatasi keterbatasan air sekaligus meningkatkan produktivitas hasil pertanian,” ujar Prof. Nuhfil.
Teknologi yang Membawa Harapan Baru
Sistem drip irigasi memungkinkan penggunaan air secara lebih efisien, terutama di daerah yang menghadapi tantangan pasokan air. Selain itu, program ini memberikan pelatihan intensif kepada petani agar mereka memahami cara memanfaatkan teknologi ini secara mandiri dan berkelanjutan.
Moh. Shadiqur Rahman, Ph.D salah satu anggota tim pengabdian, menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam keberhasilan program ini. “Teknologi seperti drip irigasi adalah investasi jangka panjang. Dengan pendampingan yang tepat, kami yakin masyarakat dapat mengoptimalkan teknologi ini untuk mendukung ketahanan pangan dan meningkatkan taraf hidup mereka,” ujarnya.
Program ini juga menarik perhatian petani milenial sekaligus pemuda desa yang melihatnya sebagai peluang untuk berinovasi di sektor pertanian. Moh. Fatahillah, menyebut program ini sebagai langkah awal untuk mendorong generasi muda terjun ke dunia pertanian modern.
“Saya sangat terinspirasi dengan program ini. Teknologi drip irigasi memberi kami cara baru untuk memanfaatkan lahan pekarangan dengan lebih efisien. Ini sangat membantu kami, terutama untuk generasi muda yang ingin mandiri dan produktif,” ungkap Fatahillah.
Dampak Jangka Panjang untuk Ketahanan Pangan
Program ini tidak hanya berhenti pada pelatihan teknis. Tim Doktor Mengabdi juga memberikan pendampingan secara menyeluruh kepada masyarakat untuk memastikan keberlanjutan sistem yang telah diterapkan.
“Kami ingin menciptakan perubahan yang nyata. Dengan inovasi ini, masyarakat tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri, tetapi juga memiliki potensi untuk menjadikannya sumber penghasilan tambahan,” tambah Prof. Nuhfil.
Menuju Desa Mandiri dan Berdaya Saing
Program Doktor Mengabdi Universitas Brawijaya menjadi contoh bagaimana kolaborasi antara perguruan tinggi dan masyarakat mampu menghasilkan solusi berkelanjutan. Dengan semangat inovasi dan pemberdayaan, Desa Kedung Rejoso diharapkan menjadi pelopor dalam menciptakan ketahanan pangan berbasis teknologi sederhana yang dapat diadopsi oleh desa-desa lain di Indonesia.
“Teknologi sederhana dengan dampak besar, itulah yang kami bawa melalui program ini. Kami ingin Desa Kedung Rejoso menjadi model bagaimana inovasi kecil dapat membawa perubahan besar bagi masyarakat,” pungkas Prof. Nuhfil.
Dengan antusiasme generasi muda dan dukungan penuh masyarakat, Desa Kedung Rejoso bersiap mencetak cerita sukses baru dalam sektor pertanian berkelanjutan. Ini bukan sekadar inovasi teknologi, tetapi juga awal dari perjalanan menuju kemandirian dan kesejahteraan desa.
Jurnalis Serikat News Sumenep, Jawa Timur
Menyukai ini:
Suka Memuat...