Padahal, petani sangat terpukul akibat pandemi Covid-19. Sebab, produksi dan permintaan sayur-sayuran, pangan, dan palawija menurun dari sebelumnya lima ton menjadi dua ton per hari.
Permintaan pasar menurun akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB yang diberlakukan pemerintah daerah. “Sehingga kegiatan ekonomi terutama di Pasar Rangkasbitung dibatasi sampai pukul 22.00 WIB,” kata Ruhyana seperti dikutip dari Tempo.
Oleh karena itulah, penyaluran bantuan terhadap petani sangat diharapkan dan usaha pertanian tetap menjadikan andalan ekonomi masyarakat. “Kami bersama petani, saat panen sekarang itu tidak banyak meraup keuntungan, karena harga gabah masih rendah,” imbuhnya.
Menurutnya, bantuan yang didambakan petani di tengah pandemi Covid-19 itu untuk sapras, di antaranya benih, penyaluran pupuk subsidi tepat waktu, dan pembangunan jaringan irigasi. Selain itu, juga bantuan alsintan di antaranya penggilingan, traktor dan kendaraan combine harvester.
Sedangkan bantuan permodalan antara lain melalui Program Bantuan Permodalan Usaha Mikro atau BPUM sebesar Rp2,4 juta. Bantuan itu diharapkan bisa direalisasikan saat melaksanakan gerakan percepatan tanam pada Mei-Juni mendatang.
Hal senada dikemukakan Samian, seorang petani Blok Rangkasbitung Timur, Kabupaten Lebak. Dia mengatakan selama ini tidak menerima dana Bantuan Langsung Tunai atau BLT maupun program sembako untuk Keluarga Penerima Manfaat atau KPM. “Kami minta bantuan itu bisa direalisasikan sehingga usaha pertanian tetap berlanjut guna meningkatkan kesejahteraan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Irwan mengatakan bahwa pihaknya tengah mengajukan bantuan untuk meningkatkan usaha pertanian kepada Kementerian Pertanian. Namun, bantuan yang akan direalisasikan berupa benih bersertifikat unggul sebanyak 650 kilogram untuk areal seluas 50 hektare. “Kami menyalurkan bantuan benih itu saat petani memasuki gerakan percepatan tanam,” ungkapnya. (*)