Tema Debat keempat Pilpres 2019 yakni ideologi, pemerintahan, pertahanan dan keamanan serta hubungan internasional sangat menarik, namun sayangnya masih sama seperti debat-debat sebelumnya, masih normatif dan belum menjangkau penyelesaian permasalahan yang substantif.
Terkait tema ideologi terdapat benang merah adanya komitmen yang sama dari kedua calon presiden, baik Joko Widodo maupun Prabowo Subianto, keduanya sepakat bahwa ideologi Pancasila sudah final. Pentingnya implementasi sejak dini bisa dimulai dari pendidikan paling bawah.
Jelas, sebagai dasar negara Pancasila diyakini sebagai fundamen yang akan mempengaruhi segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Adapun kelima aspek yang bisa dimaksud antara lain: politik, ekonomi, sosial budaya, ketahanan nasional serta pendidikan dan teknologi.
Ancaman Ideologi Transnasional
Namun, fenomena sekarang memang masih sangat dinamis. Perkembangan ideologi Transnasional ditengarai dapat mengancam demokrasi kita. Seperti kita tahu, sepanjang peristiwa sejarah mengisi kemerdekaan Republik Indonesia, bangsa kita tidak bisa terhindar adanya kelompok radikal yang bermaksud mengubah sistem pemerintahan dari ideologi Pancasila, seperti pemberontakan DI/TII.
Maka, momen Pilpres 2019 bisa saja ditunggangi kelompok transnasional untuk mengubah ideologi Pancasila. Pergerakannya pun sudah mulai menyasar generasi muda (milenial) dengan dalih sistem pemerintahan yang mulai tidak cocok. Sementara, di era revolusi industri 4.0 ini segala sistem sudah menuntut adanya digitalisasi di segala aspek kehidupan masyarakat. Masyarakat sudah terbiasa menggunakan aplikasi berbasis teknologi dengan dalih memudahkan masyarakat.
Maraknya penggunaan internet di Indonesia menjadi modal penetrasi ideologi transnasional untuk memengaruhi psikologi masyarakat kita saat ini, terutama generasi milenial. Maka, jika tidak hati-hati dalam memanfaatkan teknologi bisa saja peluang tumbuh suburnya ideologi transnasional menggeser nilai-nilai luhur Kebhinekaan Pancasila.
Kemudian soal pertahanan dan keamanan, sebagai negara maritim jelas pemerintah perlu memperkuat sistem pertahanan nasional dengan teknologi terkini untuk menghindari serangan negara luar yang hendak memasuki teritori Indonesia. Dengan modernisasi alutsista akan menunjukkan wibawa Indonesia sebagai negara kuat yang berdaulat dan tidak tunduk atau lemah dengan bangsa asing.
Peran Strategis Di Forum Internasional
Menyangkut peran aktif Indonesia di forum internasional justru masih kurang mendapat perhatian lebih dari kedua Capres. Banyak yang terlewatkan bahwa potensi Indonesia di dalam forum internasional sebut saja anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, Konferensi Asia Afrika (KAA), dan Perkumpulan Negara Kawasan Asia Tenggara (ASEAN) semestinya perlu diberikan ruang untuk melancarkan misi perdamaian dunia melalui jalan diplomasi.
Dalam pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa peran Indonesia untuk turut aktif menciptakan perdamaian dan menjaga ketertiban dunia. Sebagai negara terbesar keempat di dunia semestinya merepresentasikan diri sebagai lokomotif pembangunan bagi negara berkembang dan tertinggal.
Hal ini diperkuat oleh karena sejak tahun 1955 Indonesia telah menginisiasi pertemuan Konferensi Asia Afrika di Bandung, yang salah satu pencapaiannya ialah menjadi tonggak kemerdekaan bagi bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Sehingga pemerintahan ke depan perlu memaksimalkan kembali segala peran Indonesia untuk tampil di skala internasional dengan menghimpun potensi sumber daya manusia yang dimiliki melalui peningkatan mutu dan daya saing untuk dapat memperbaiki tatanan dunia baru.
Dengan memperkuat kembali solidaritas bangsa Asia dan Afrika, adanya perang dagang AS-Tiongkok ini bukanlah jadi hambatan untuk memperbaiki pembangunan bagi negara berkembang. Era digital memang memungkinkan untuk terwujudnya kolaborasi yang diperuntukkan sebesar-besarnya keberpihakan pada masyarakat miskin. Alat produksi tak lagi hanya dimiliki oleh pemodal besar. Sehingga keuntungan ekonomi semestinya bisa dinikmati langsung oleh para pelaku industri kecil dan menengah.
Patut digaris bawahi, ideologi Pancasila yang pernah disampaikan oleh Sukarno di hadapan forum internasional sidang umum PBB, sudah bukan lagi hanya dijadikan slogan atau pajangan semata. Namun, nilai-nilai perjuangan itu seharusnya bisa memengaruhi masyarakat internasional dalam menyelesaikan permasalahan sosial yang ada kini dan mendatang.
Indonesia Controlling Community
Menyukai ini:
Suka Memuat...