Penulis: Serikat News
Selasa, 11 Juli 2017 - 13:02 WIB
Sumber Foto Yerry Tawalujan
Oleh: Yerry Tawalujan
“Dalam mengepung musuh, selalu sediakan jalan baginya untuk meloloskan diri”, _Sun Tzu_
Empat abad sebelum masehi Sun Tzu sudah mengajarkan ilmu perang yang masih relevan dan banyak dipakai hingga kini.
Ketika musuh dalam keadaan kalah tidak berdaya sekalipun, hindari keinginan mendapatkan kemenangan mutlak. Sediakan opsi jalan keluar untuk meloloskan diri bagi musuh yang telah terkepung.
Sebab musuh yang telah terkepung dan sadar tidak bisa melarikan diri berpotensi menjadi lawan yang sangat berbahaya. Pilihannya adalah berjuang sampai mati. Mati bersama dengan sebanyak mungkin pihak lawan.
Dalam berorganisasi, ada saatnya terjadi konflik dan tercipta “situasi perang” baik di internal organisasi atapun antar sesama organisasi yang berkompetisi.
Biasanya dalam situasi “perang” yang panas, ada saja kelompok “garis keras” dengan nafsu “membunuh” dan “membinasakan” dari kedua belah pihak yang berseteru. “Basmi dan binasakan”, begitu kira-kira semboyan perjuangan pihak fanatis di masing-masing kubu. Pemikiran radikalis sejati. Yang dipikirkan adalah menang dan kalah.
Sun Tzu mengingatkan para “panglima perang” untuk menyediakan jalan keluar bagi musuh untuk meloloskan diri. Jangan menang mutlak. Sediakan opsi untuk negosiasi. Buka pintu untuk rekonsiliasi dengan prinsip win-win solution.
Pepatah Jawa layak diteladani. _Sugih tanpa bandha, digdaya tanpa aji, nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake._ Kaya tanpa harta, sakti tanpa ilmu pusaka, menyerang tanpa pasukan dan menang tanpa merendahkan.
Petuah Minahasa juga wajib diresapi. _”Matombol-tombolan, masawang-sawangan, maesa-esaan, maleos-leosan”_. Saling menopang, saling menolong, saling seiya-sekata dan saling menyayangi. Inilah falsafah hidup orang Manado yang patut patut diacungi jempol. Semboyan Sam Ratulangie _”Sitou tumou, tumou tou”_, manusia hidup untuk menghidupi orang lain, seharusnya menjadi pedoman hidup dan pedoman berorganisasi dari masyarakat diluar komunitas Minahasa juga.
Jika strategi perang Sun Tzu, falsafah Jawa dan petuah Minahasa dipakai sebagai platform berorganisasi dan berpolitik, maka akan tercipta budaya organisasi dan budaya politik yang santun dan beretika.
*Penulis adalah Ketua Umum Forum Kita Semua Bersaudara, Ketua Umum Komunitas Masyarakat Pendukung Kebenaran dan Keadilan (KOMPAK).
DALAM era digital yang berkembang pesat, industri ekspedisi menghadapi tantangan dan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dengan pertumbuhan bisnis
PILKADA merupakan momentum krusial dalam sistem demokrasi Indonesia. Masyarakat memiliki kesempatan untuk memilih pemimpin lokal yang akan mempengaruhi arah dan
Oleh: Mauzun Visioner (Pegiat Literasi) PEMILIHAN Gubernur Jawa Timur sedang mencuri perhatian publik. Pasalnya, Pilgub kali ini menampilkan tiga figur
FIGUR kyai masih menarik untuk dilibatkan atau terlibat pada kontestasi pilkada 2024. Pernyataan tersebut setidaknya sesuai dengan kondisi proses pilkada