Tolak ukur negara maju dapat dilihat dari bagaimana perkembangan suatu peradaban bangsanya bisa berpikir ke depan (visioner). Terciptanya sebuah peradaban baru tentu bermula dari kesadaran berpikir masyarakatnya untuk selalu menyesuaikan perkembangan jaman agar kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.
Hal ini tentu yang diharapkan dari sebuah perubahan besar itu ialah adanya sebuah inovasi yang selaras dengan perkembangan jaman di masa mendatang.
Inovasi yang dimaksud bisa saja berupa teknis, sistem, atau perubahan cara berpikir masyarakat yang tentu saja diatur oleh aparat negara. Tanpa peran pemerintah, niscaya sebuah inovasi tidak akan terwujud.
Sudah cukup banyak narasi tentang revolusi industri keempat menjadi topik pembahasan berbagai media. Pemerintah pun cukup tanggap dan responsif mengikuti perkembangan jaman tersebut. Secara tidak langsung, masyarakat awam perlahan mulai memaknai mengapa kepengurusan administrasi pemerintahan saat ini mulai banyak menggunakan aplikasi sistem berbasis online.
Hal ini bukan semata karena jaringan internet sudah mulai tersebar disetiap daerah bahkan sampai ke titik-titik pedesaan. Namun karena gaya hidup masyarakat kita yang sudah ketergantungan dengan ketersediaan gadget seperti ponsel (smartphone).
Dipenghujung tahun 2018, pemberitaan media banyak menyoroti kemampuan Pesawat luar angkasa milik Cina, Chang’e yang baru saja membuat sejarah baru tentang pendaratan disisi terjauh bulan.
Perubahan besar yang dilakukan oleh negeri Tirai Bambu ini seolah menunjukkan bahwa modernisasi masyarakat Cina benar-benar terwujud. Jika dalam dekade sebelumnya Cina lebih menutup diri dari pergaulan bangsa modern lainnya.
Cina telah membuktikan dirinya sebagai negara raksasa yang tentu saja visioner tak kalah dengan bangsa barat lainnya, setelah sebelumnya astronot Amerika Serikat dan Uni Soviet yang mendarat di bulan. Ambisi besar yang ditorehkan Badan Antariksa Nasional Cina tersebut selayaknya menjadi perhatian kita bersama. Mungkin bagi masyarakat kita, mendaratkan astronot ke bulan adalah suatu hal yang sia-sia.
Tapi, ingatlah bahwa revolusi industri keempat akan terus diisi oleh kecerdasan buatan. Teknologi terbarukan akan selalu dibutuhkan oleh masyarakat sesuai perkembangan jamannya.
Ketika bangsa lain sudah mampu menerjemahkan visi dan misi ke tahap perlombaan antariksa, Indonesia yang semestinya tidak kalah secara kuantitas dan kualitas sumber dayanya harusnya juga mulai mendebatkan bagaimana mengisi revolusi industri keempat bukan hanya sekedar bahan ilusi – aksi tanpa wacana.
Semoga resolusi 2019 ini, seiring pencapaian bonus demografi Indonesia di masa mendatang, bangsa kita tak lagi meributkan soal perebutan kekuasaan yang nihil prestasi dan sibuk menyebarkan hoaks.
Indonesia Controlling Community