Sendu
Aku yang kembali sendu menelusuri jalan berliku
Simfoninya kisahkan rasa yang menggebu
Tapi, yang kupahami hanyalah cerita pilu
Asa yang kembali terhempas dunia yang bisu
Rasa yang mulai pudar tenggelam dalam lautan yang biru
Begitu sulit kuarungi samudera membelenggu
Harapku hanya ingin menepi dalam sesaknya napas yang menderu
Lagi-lagi bayang fatamorgana mengurungku
Terjebak dalam ilusi yang semu
Bahkan, untuk bernapas pun aku tak mampu
Bukittinggi, 7 Juni 2023
Kisahku
Jalan yang kupilih adalah takdirku
Setiap kisahnya adalah untaian semu
Tak bisa diduga atau berakhir sesuai harapku
Tikungan dan jalan berliku menjadi penguat yang kutuju
Jika air mata harus tertumpah lalu hadirkan sendu
Maka, biarkan hari ini kumenuliskan kisahku
Kutuang semua emosi yang biru
Kurangkai diksi bertintakan rindu
Ayah, bertahun sudah kepergianmu
Kini, kisahku tak lagi seperti dulu
Menelusuri lorong jalan yang berliku, berharap seberkas cahaya menghampiriku
Ayah, kubutuh dekapanmu meyakinkan langkah yang kutuju
Bertahun sudah kepergianmu
Kisahku makin berliku
Jalan bercabang di depanku
Manakah yang harus kutuju
Bukittinggi, 7 Juni 2023
Manusia Saat Ini
Maka, benarlah falsafah alam
Manusia senantiasa hidup berdampingan suka dukanya mewarnai perjalanan
Maka, benarlah Allah menciptakan berpasangan
Agar manusia senantiasa bersyukur dalam perbedaan
Hadirnya adalah pilihan dalam beribu keindahan yang datang
Bersamanya adalah perjalanan yang harus dipertanggungjawabkan
Haruskah manusia lari lalu mati dalam kebodohan
Atau melempar noda dan berkisah seolah itu adalah kebenaran
Bukankah manusia sebaik-baik penciptaan
Mereka dianugerahi akal dan pikiran
Ilmu pengetahuan dan agama yang menjadi pondasi keyakinan
Lalu, di manakah agama yang kau yakini?
Jika bahagiamu tak pernah disyukuri
Lalu, mengapa dukamu kau sebar bak polusi?
Ahhh… konyolnya manusia saat ini
Memekik karena telah menyakiti
Bukittinggi, 7 Juni 2023
Pancasila Adalah Kita
Putra-putri bangsa duduk bersama menyatukan asa
Siapa yang tak kenal Putra Sang Fajar Soekarno namanya
Narasinya yang menggetarkan dunia
Bicara tentang falsafah negara bukti dalamnya asmaraloka
Ideologi yang kokoh menjadi akar bangsa
Pancasila adalah kita
Bhineka Tunggal Ika adalah bingkainya
Walau kami berbeda kita satu bangsa
Lima dasar yang menghujam dalam dada
Teruntai indah dalam karakter pancasila
Pandangannya adalah jiwa kita
Walau tak mudah menyatukan semua
Dari Sabang sampai Merauke mendeklarasikannya
Wahai Soekarno dan Hatta
Lihatlah pijar juangmu menyulutkan cinta
Budaya, agama, suku, dan bahasa bukanlah penghalangnya
Pancasila merangkulnya
Wahai Indonesia, falsafahmu merah merona
Membara dalam sanubari rakyatnya
Patriotisme ungkapkan rasa cinta
Bukan sekedar kata
Atau ungkapan yang merayu, lalu lupa
Memaknainya adalah harga diri bangsa
Kami berbeda dan kami merdeka
Pancasila mengaturnya agar tetap berwibawa
Bukittinggi, 7 Juni 2023
Lahir di Cirebon Jawa Barat. Saat ini berprofesi sebagai seorang guru dan dosen di Bukittinggi, Sumatera Barat. Telah menulis puluhan antologi dan delapan buku tunggal. Bersama global writters telah menulis antologi internasional puisi, pantun, dan gurindam. Aktif menulis untuk media cetak dan online di Indonesia dan Malaysia. Kisah kepenulisan dan karyanya dapat dilihat dalam buku Direktori Penulis Indonesia 2023 dan Jurnal DoeaJiwa Malaysia edisi Februari 2024. Silakan sapa penulis melalui Fb: Fiana Winata, Instagram: @ofiegw atau email: nofieanagw@gmail.com.
Menyukai ini:
Suka Memuat...