Akhir-akhir ini kita sering sekali mendengar istilah Generasi Milenial dalam perbincangan sehari-hari. Dari yang hanya sekedar bercandaan hingga perbincangan serius dalam forum-forum diskusi. Kenapa baru sekarang istilah ini menjadi popular di kalangan masyarakat kita? Tentunya dengan merebaknya social media di tahun 2017 ini serta menjamurnya e-commerce berakibat pula pada pergeseran nilai dan perubahan gaya hidup. Perubahan ini diikuti dengan baik oleh sekelompok usia yang sering kita sebut dengan “Generasi Milenial” ini.
Berbicara mengenai generasi milenial atau yang istilah umum lainnya adalah Generasi Y, istilah ini lekat dikatakan untuk generasi yang lahir di atas tahun 1980-an hingga 1994. Mereka disebut milenial karena satu-satunya generasi yang pernah melewati milenium kedua. Di tahun 2017 ini, generasi millennial adalah mereka yang berada di antara usia 20-34.
Dan di Indonesia sendiri, menurut data statistik, penduduk dengan kelompok usia 15-39 tahun berjumlah sekitar 84,75 juta dari total penduduk Indonesia yang sejumlah 258 juta. Atau sekitar 32% penduduk Indonesia adalah kelompok usia produktif yang merupakan generasi milenials, dan itu akan semakin meningkat di tahun-tahun mendatang. Sehingga generasi milenials ini merupakan potensi dan asset yang besar bagi kemajuan bangsa ini.
Yang sangat mencolok dari generasi millennial ini dibanding generasi sebelumnya adalah soal penggunaan teknologi dan pengaruh budaya pop-nya dalam kehidupannya sehari-hari. Kehidupan generasi Milenial saat ini tidak bisa dilepaskan dari kemajuan teknologi terutama internet dan gadget. Konsumsi internet penduduk kelompok usia 15 34 tahun ini juga jauh lebih tinggi dibanding dengan kelompok penduduk yang usianya lebih tua (generasi sebelumnya). Hari-hari generasi ini disibukkan dengan penggunaan berbagai aplikasi yang membantu semua lini kehidupan dari yang tersimple hingga software-software rumit untuk pengolahan data dalam tingkat penggunaan yang lebih tinggi.
Dan oleh generasi sebelumnya, generasi milenial ini sering dianggap generasi yang hanya bisa hura-hura dan sibuk dengan dunia-nya sendiri. Merekapun dianggap memiliki jiwa social yang rendah, kurang empati, kurang sopan dan dianggap tidak memiliki nilai-nilai budaya ketimuran yang masih dianut oleh sebagian besar dari generasi sebelumnya. bahkan ada saja anggapan bahwa generasi milenial ini adalah generasi yang memiliki rasa nasionalisme yang rendah. Pandangan negative tersebut memang tidak dapat dibantah, namun dapat dipatahkan dengan pembuktian oleh munculnya banyak tokoh muda inspiratif dari generasi milenial ini yang sepak terjangnya dalam industry kreatif tidak dapat diragukan lagi, sebut saja Andi Taru dengan Educa Studio, Tony Susanto dengan Natek Studio, Natali Ardianto dengan Tiket.com dan Achmad Zaky dengan BukaLapak-nya.
Generasi milenial ini diprediksi oleh banyak pihak bahwa nanti pada tahun 2020 akan memenuhi semua lini kehidupan bangsa indonesia. Mereka sudah pasti akan bersaing dengan generasinya sendiri, tidak hanya bersaing dengan generasi sebelumnya. Mereka dituntut untuk selalu kreatif, inovatif dan solutif supaya tidak tergilas perkembangan zaman.
Ke depan generasi milenials merupakan agen perubahan bangsa ini ke arah Indonesia yang lebih baik. Saat ini banyaknya tokoh muda dari generasi milenials yang menjadi inspirator bagi kawan-kawannya di berbagai bidang selain di bidang industry kreatif tadi. Di dunia politik contohnya, generasi milenial memiliki wakil yang duduk di legislative antara lain Andika Pandu Puragabaya, Moreno suprapto, Verna Gladies Merry Inkiriwang, Putih Sari, Karolin Margret Natasa, Ade Rezki Pratama, Prananda Surya Paloh, Delia Pratiwi Sitepu, Ari Yunita, Dwi Aroem Hadiatie, Andi Fauziah Pujiwatie Hatta dan lain lain.
Para anggota legislative ini merupakan salah satu contoh keberhasilan generasi milenial yang oleh banyak pihak terpersepsikan sebagai generasi cuek dan apatis. Mereka adalah anak muda yang ikut serta dan aktif dalam pembangunan bangsa, mereka tidak hanya duduk diam sambil memainkan gadgetnya tanpa berbuat apa apa untuk Negara dan bangsanya. Mereka menjadi wakil rakyat seperti saat ini bukan tanpa perjuangan dan usaha. Sejak jauh hari sudah mereka lakukan banyak hal untuk organisasi dan masyarakat, pengabdian yang tulus dan ikhlas serta tanpa kenal lelah. Hal ini terbantukan oleh tingkat kepercayaan masyarakat kepada para pemuda dari generasi milenial yang terpersepsikan bersih dan idealis, jauh lebih tinggi dari tingkat kepercayaan masyrakat kepada generasi yang lebih tua yang sudah banyak muncul dalam berbagai kasus korupsi akhir-akhir ini yang merusak citra legislator di mata masyarakat.
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh generasi milenials saat ini, adalah adanya budaya negatif yang hidup dalam masyarakat kita ketika kemunculan kaum muda hanya dipandang sebelah mata dalam arti kurangnya kepercayaan kepada mereka oleh generasi sebelumnya untuk melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan. Generasi milenials terkesan dihambat oleh generasi sebelumnya untuk melibatkan diri secara aktif dalam proses berorganisasi. Merekapun dibenturkan dengan isyu rentang waktu pengalaman politik yang masih muda, pendek bahkan prematur. Sedangkan dapat kita lihat generasi tua sekarang banyak yang tidak dapat membaca perkembangan zaman yang terus berubah dan dinamis, sehingga tidak jarang visi dan misi yang diusung kurang tepat atau tidak progresif sehingga proses pembangunan jalan di tempat.
Saat ini, pemudalah yang mampu membuat terobosan baru, langkah inovatif dan solusi dari berbagai permasalahan bangsa ini, dibantu dengan penggunaan teknologi yang tepat guna dan bermanfaat. Kini kita mempunyai harapan besar untuk Indonesia jauh lebih baik dan maju di masa yang akan datang. Indonesia yang bersih dan professional.
*Penulis Adalah Anggota Dept Pengembangan Sumber Daya Manusia DPP Golkar. dan Wabendum AMPI,
Wakil Ketua Komisi Tetap Industri Penunjang Migas, KADIN.
Menyukai ini:
Suka Memuat...