SERIKATNEWS.COM – Ada yang tengah menggandrungi sebagian banyak orang, terutama di Eropa, utamanya penyuka musik keras. Tak sedikit dari mereka datang dari kejauhan untuk menikmati konser musik band bergenre Tanz-Metal asal Jerman, Rammstein.
Riff-riff dua gitaris Richard Kruspe dan Paul Landers serta distorsi keybord Christian Lorenz, didukung betotan bass Oliver Riedl dan kombinasi pukulan drum Christoph Schneider berhasil mereduksi kegaharan suara mesin pada lagu-lagu yang dibawakannya. Citra bunyi mesin produksi abad 18, secara kentara melekat menjadi karakter pembawaan musik Rammstein dengan dukungan suara khas bariton vokalis Till Liendmann.
Begitu juga, tampak ornamen tank dan berbagai mesin berat terpampang pada dekorasi panggung konsernya. Semakin menambah kesan kuat Rammstein sebagai si pengusung deru “mesin”. Musiknya progresif, dan lirik lagunya banyak digubah dari puisi bercorak penyair Jerman lama.
Rammstein seperti seniman yang bertolak dari spirit revolusi industri awal. Deru mesin yang menggairahkan, mengajak maju cepat sekaligus menghibur.
Ide “Mesin” dari komposisi musik Rammstein inilah yang mungkin mengilhami pelatih Liverpool, Jurgen Kloop untuk mentranformasi nilai-nilai yang identik ke dalam dasar visi permainannya di sepak bola. Isyarat itu pernah ia ungkapkan. Ia menyebut lagu-lagu dari band rock Rammstein, saat ditanya para wartawan tentang musik favoritnya.
“Mesin” yang kemudian menginspirasi Rammstein pada musik, selanjutnya diadaptasi Jurgen Klopp pada sepak bola. Mesin yang keras, solid, sistematis, dan memiliki orientasi produktifitas yang cepat.
Jurgen Klopp datang ke markas Liverpool, Anfield pada tanggal 8 Oktober 2015 dengan membubuhkan tanda tangan kontrak sebagai manajer tim. Ia dipercaya sebagai pengatur tak-tik lapangan The Reds setelah memungkasi karier yang baik bersama klub Borrusia Dortmund.
Sejak awal, kehadiran Klopp di Liverpool sangat signifikan. Kendati didebut awalnya bersama the Kopites hanya mampu bermain imbang melawan tuan rumah Tottenham Houtspurs. Namun pada perkembangannya semakin terlihat. Perlahan tapi pasti, Liverpool seperti “mesin” produksi gol dalam pertandingan-pertandingan yang dihelatnya. Yang paling monumental, catatan tidak terkalahkan terpanjang 18 pertandingan, dari Oktober 2017 hingga Januari 2018. Lompatan yang dahsyat.
Belakangan, rasa penasaran publik terjawab soal latar filosofi permainan Klopp. Lelaki kelahiran Stuttgart, Jerman ini menggunakan frequensi musik metal untuk standar ritme permainan yang disiapkannya menghadapi tim lawan. Karena itu juga, ingatan pengamat sepak bola tertuju pada band metal senegara Kloop, Rammstein.
Tentu kita bisa merasakan betapa derasnya laju musik metal. Tak berlebihan jika menyaksikan Liverpool bertanding serasa menonton konser Rammstein yang penuh kesan cadas.
“Kami tim dengan penguasaan bola, tapi tidak ada satu pun yang menyadarinya karena gambaran saya mengenai pressing dan counter pressing. Ketika saya muda, saya menyebut hal itu seperti ‘heavy metal football’. Saya tidak tahu lagi mengapa saya mengatakannya seperti itu,” kata Klopp di Liverpool Echo kepada wartawan.
Membesut Liverpool, Klopp menjawab segalanya. Menjuarai piala Eropa, juara Piala Champions, juara piala dunia antar klub, dan yang paling meyakinkan dengan menyudahi puasa gelar selama 30 tahun dengan menjuarai Liga Inggris atau English Primer League (EPL).
Pandit Bola dan Pembaca Buku