Belakangan ini fenomena gerakan massa yang terhimpun oleh jejaring online berupa media sosial sudah tak dapat dihindari lagi. Pemberitaan diberbagai peristiwa masyarakat pun dengan sendirinya akan menjadi viral. Salah satunya ialah gerakan demonstrasi “rompi kuning” di Perancis.
Gerakan ini merupakan bentuk solidaritas warga Perancis yang memprotes kebijakan pemerintah Emmanuel Macron yang dianggap tidak mempedulikan kemampuan finansial rakyatnya sampai ke lapisan bawah.
Gerakan protes yang telah dimulai sejak 17 November dengan jumlah massa aksi lebih dari 270 ribu orang di berbagai tempat yang berbeda di seluruh penjuru Perancis ini semakin menjadi karena masyarakat benar-benar tidak puas atas perlakuan pemerintahan Macron.
Gerakan ini mulanya sebagai bentuk kekecewaan masyarakat untuk memprotes kebijakan Macron mengenai peningkatan pajak bahan bakar kendaraan. Warga Perancis menganggap kenaikan pajak tersebut akan mempersulit daya beli masyarakat.
Sampai pekan ketiga, massa mulai mendesak agar Presiden Perancis, Emmanuel Macron, segera mengundurkan diri dari jabatannya karena dianggap tidak mampu memenuhi janji-janji kampanyenya. Demonstrasi “rompi kuning” Perancis ini disebut juga sebagai aksi massa terbesar sejak 10 dekade yang terjadi di Perancis. Yang cukup menarik adalah bagaimana perkembangan teknologi saat ini telah benar-benar merubah cara berpikir manusia.
Antusias warga Perancis yang tergabung dalam demo rompi kuning tersebut merupakan wujud kesadaran rakyat, sampai mereka bersedia melakukan aksi demonstrasi turun ke jalan, pemogokan massal, dan berbentuk aksi solidaritas menggunakan rompi kuning tanpa mempunyai koordinator. Ini merupakan bagian dari massa aksi di era baru yang cukup mudah dilakukan oleh masyarakat melalui jejaring online seperti media sosial saat ini.
Dibawah kepemimpinan Emmanuel Macron, Perancis sedang mengalami transisi perubahan yang diharapkan mampu keluar dari krisis ekonomi zona Eropa.
Simpati rakyat Perancis awalnya terkesan dengan beberapa janji kampanye Macron, salah satu Presiden termuda saat Pemilihan Presiden Perancis 2017 lalu.
Gaya politik Macron yang terbilang enerjik, sering disamakan dengan gaya kepemimpinan Barrack Obama, sehingga memberikan persepsi positif bagi warga Perancis yang sedang krisis, bahwa mereka akan memiliki harapan untuk kehidupan Perancis yang lebih baik.
Dampak dari krisis ekonomi global tahun 2008, inilah yang menyebabkan berbagai negara dunia, termasuk Perancis segera membutuhkan penanganan khusus terhadap perbaikan kondisi finansial di negara tersebut.
Dibawah kendali Macron, Perancis pun mulai melaksanakan reformasi ekonomi. Banyak pengamat ekonomi menganalisis apa yang sedang terjadi di Perancis saat ini, tidak menutup kemungkinan akan terjadi di bebeapa negara lain. Krisis ekonomi dan politik yang tidak sehat sebagai pemicu bentuk protes masyarakat untuk membuatnya memenuhi kebutuhan hidup.
Disisi yang lain, sebagai pemimpin Perancis, Macron berdalih atas kebijakan apa yang hendak dibuatnya ialah untuk mendorong warga Perancis beralih menggunakan bahan bakar energi terbarukan sebagai pengganti energi fosil.
Banyak klaim bahwa demo rompi kuning ini juga menjadi gerakan massa anti kapitalisme. Namun, masih belum bias dibuktikan, apakah demonstrasi ini sebagai perwujudan kehendak masyarakat yang benar-benar anti kapitalisme atau makar pemerintahan.
Terlepas dari hal itu, barisan oposisi pemerintah menyerukan adanya pembubaran parlemen dan menyarankan segera digelarnya pemilu dini. Dan beberapa politisi lainnya menawarkan agar pemerintah Perancis mengadakan referendum mengenai kebijakan pajak dan lingkungan.
Peristiwa rompi kuning, secara tidak langsung menjadi penanda bahwa revolusi digital sedang terjadi. Manifestasi aksi protes masyarakat dipicu oleh memburuknya kondisi ekonomi global dan menuntut adanya keadilan sosial.
Indonesia Controlling Community