Tiba-tiba Surat Keterangan Tidak Mampu muncul di permukaan. Penyebabnya ada ortu murid sekolah yeng mamanfaatkan surat sakti itu agar bisa masuk ke sekolah negeri dengan murah, bahkan gratis. Ternyata pemegang SKTM ada yang dari kalangan mampu. Temuan di lapangan membuktikan bahwa ada pemakai SKTM yang memiliki dua rumah dan dua mobil, salah satunya masih baru kinyis-kinyis.
Sandiwara yang tidak enak dilihat ini sebenarnya sudah berlangsung lama. Hanya belakangan ini saja menjadi heboh karena ada gubernur yang turun langsung ke lapangan. Dia kagetatau pura-pura kaget siapa yang tahusaat mendapatkan data faktual yang berbeda dengan yang dilaporkan anak buahnya. Asal Bapak Senang berubaha menjadi Bapak Tiba-Tiba Meriang dan meradang.
Fenomena SKTM yang dimanipulasi merupakan pucuk gunung es. Berapa banyak anak orang mampu yang justru diterima bahkan mendapatkan beasiswa sedangkan anak yang sungguh-sungguh membutuhkan malah tidak mendapatkan haknya karena praktik-praktik busuk di lapangan.
Fakta yang memprihatinkan ini mengingatkan saya pada obrolan dengan beberapa pendidik. Ketika mendaftarkan anaknya masuk sekolah, ada ortu yang berpakaian sangat sederhana dan bersandal jepit. Namun, begitu diterima ternyata yang mengantar anak itu sopir pribadi dengan mobil mewah, ujar seorang pendidik yang saya sudah lupa namanya.
Agar tidak kecolongan seperti itu, saya menyuruh staf untuk mengecek langsung ke lapangan. Ada ortu yang minta keringanan uang masuk ternyata memiliki show room mobil, ujar pendidik lainnya.
Penyalahgunaan SKTM ini mengingatkan saya pada ucapan bijak Salomo: Ada orang yang berlagak kaya, tetapi tidak mempunyai apa-apa, ada pula yang berpura-pura miskin, tetapi hartanya banyak.
Manusia jenis pertama diwakili dengan mereka yang memburu barang branded meskipun KW. Untuk membeli yang asli tidak mampu, KW di Mangga Dua pun oke. Kalau mau yang lebih murah lagi datang saja ke Mangga Tiga atau Mangga Empat he, he, he.
Manusia jenis kedua diwakili oleh mereka yang mau ngemplang pajak dan yang itu tadi, menyalahgunakan SKTM.
Indonesia memang sedang dilanda banyak kepalsuan. Ada saja calon pejabat publik yang melakukan pencitraan. Artinya, bukan susu namun mengaku susu kental dan murni. Anehnya, setelah beberapa saat, ada yang meralat bahwa susu itu memang mengandung susu. Lha, siapa yang bilang mengandung tuba? Lebih lucu lagi kalau ada yang berkata susu kental manis ternyata memang manis. Wkwkwk.
Bukankan citra memang harus diikuti dengan karya nyata dan berkesinambungan? Jika hanya sementara dan untuk konsumsi kampanye, jangan salahkan rakyat yang banyak golput dan memenangkan kotak kosong.
Mari kembali menjadi kita. Bukan kita plus dan kita minus. Be Yourself yang banyak terpampang di T.Shirt anak-anak zaman now seharusnya bukan sekadar kostum, melainkan benar-benar merasuk ke tulang sumsum. Udah, tidak usah tersenyum sendiri, nanti malah dimasukkan ke asylum.
Penulis Pelukis Kehidupan di Kanvas Jiwa