KH. Ma’ruf Amin menyampaikan rencana serta konsep ekonomi “Arus Baru” ekonomi Indonesia setelah dipilih oleh Jokowi sebagai pendampingnya di pilpres 2019. Arus baru ekonomi Indonesia yang dilounching oleh Sang Kiai adalah bertujuan untuk memberdayakan ekonomi umat (bangsa atau rakyat).
Bagaimana konseptualisasi arus baru ekonomi Indonesia itu ? KH. Ma’ruf menjelalas arus baru ekonomi itu karena arus lama berupa ekonomi konglomerasi dinilai gagal membangun kesejahteraan bangsa. Ekonomi konglomerasi yang dibangun semenjak Orde Baru berkuasa dinilai telah gagal mengembangkan ekonomi rakyat Indonesia (ekonomi umat), karena teori trickle down effeck tidak berefek pada kehidupan ekonomi rakyat kecil. Bahkan sistem itu menimbulkan ketidakadilan, yang kaya semakin kaya dan kelompok miskin semakin miskin.
Dalam arus baru ekonomi Indonesia, misalnya menjalankan program redistribusi asset dan kemitraan antara konglemerat, kegiatan ekonomi masyarakat, dan kegiatan ekonomi koperasi. Kemitraan itu dijalankan dari hulu sampai ke hilirnya. Tujuannya adalah untuk menguatkan kelompok ekonomi masyarakat lemah (kecil) menjadi kekuatan ekonomi nasional.
Ekonomi konglemerat yang selama ini mendominasi ekonomi nasional tidak akan dihentikan, tetapi mereka yang menguasai ekonomi harus membangun sinergitas dengan kegiatan-kegiatan ekomoni yang dijalankan oleh masyarakat (terutama masyarakat kecil) dan koperasi. KH. Ma;ruf Amin menekankan bahwa ekonomi rakyat yang masih lemah dikembangkan untuk menjadi kuat, begitupun dengan sektor kegiatan ekonomi melalui koperasi. Sementara konglomerat menjadi mitra sinergitas bagi pengembangan ekonomi kelompok lemah dan ekonomi koperasi. Sehingga dalam arus ekonomi baru itu terjalin sinergitas yang kuat antara ekonomi kelompok konglomerat, ekonomi masyarakat dan koperasi. Negara dapat bertindak dan bekerja sebagai jembatan antara kelompok kaya dan kelompok miskin.
Dengam pengembangan kimitraan secara sinergis antara ekonomi konglomerat, ekonomi masyarakat (termasuk didalamnya ekonomi pesantren), dan koperasi, KH. Ma’ruf Amin sangat optimis bangsa Indonesia akan mampu keluar dari ketergantungan pada impor dari luar negari, terutama impor pangan.
Selama sinergitas yang kuat antara ekonomi masyarakat, koperasi, dan ekonomi konglemerat itu terjalin terus, Indonesia dapat mengembangkan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada dan mencukupi dalam membangun kehidupan ekonomi nasional. Pengembangan sumber daya alam (kekayaan alam) dan sumber daya manusia yang melimpah dapat menjadi kekuatan ekonomi nasional. Di samping itu pengembangan industri perlu didukung oleh kemampuan teknologi yang dihasilkan oleh sumber daya manusia Indonesia, disamping pemenuhan kebutuhan teknologoi dari luar.
Sehingga ketergantungan bagsa Indonesia terhadap luar negeri dapat secara bertahap dikurangi dan kemudian dihentikan. Dengan sinergi dan kemitraan ekonomi konglemarat, ekonomi masyarakat (termasuk kekuatan ekonomi pesantren) dan koperasi ekonomi nasional tidak akan tergantung pada luar negeri terutama di bidang pangan.
Bila selama ini Jokowi memfokuskan pembangunan infrastruktur hampir di seluruh wilayah Indonesia. fokus pembangunan pada sektro infrastruktur itu tidak boleh melupakan sektor pembangunan ekonomi lain, terutama sektor pengembangan ekonomi rakyat (ekonomi umat) pada skala kecil (misalnya ekonomi rumahan), atau skala besar. Pembangunan infrastruktur tentu saja sangat penting untuk menjadi fondasi pembangunan ekonomi bangsa, tetapi pembangunan sektor ekonomi masyarakat dan koperasi tentu juga sangat penting karena kegiatan ekonomi mereka ini berkaitan langsung dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi rakyat, seperti pangan.
Arus Baru Ekonomi KH. Ma’ruf Amin sepertinya ingin menguatkan kinerja pembangunan ekonomi Jokowi yang sudah berjalan saat ini, yang menggenjot pembangunan insfrastruktur. Dengan Arus Baru Ekonomi itu, pembangunan infrastruktur saat ini dapat dimanfaatkan secara efektif dan optimal nantinya bagi pengembangan sektor ekonomi nasional yang berkait langsung dengan pemenuhan kebutuhan rakyat dan peningkatan daya beli rakyat. Sebab apalah artinya pembangunan infrastruktur kalau hanya menjadi karpet merah bagi ekonomi konglomerat, sementara rakyat ekonomi lemah hanya jadi penonton. Harapan besarnya adalah pembangunan infrastruktur itu menjadi tulang punggung bagi peningkatan ekonomi rakyat lemah, sehingga kemampuan ekonominya menjadi kuat.
Dosen UBK Alumni S2 UNUSIA Jakarta