SERIKATNEWS.COM – Sudah tidak diragukan lagi, Kawasan Konservasi Taman Pulau Kecil Gugusan Gili Balu Poto Tano di perairan Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), memiliki daya tarik sendiri karena keindahannya. Namun, keindahan tersebut semakin terancam akibat kerusakan terumbu karang dan biota laut.
Dikutip dari Berita Satu, pemanfaatan sumber daya di Kawasan Konservasi Taman Pulau Kecil Gugusan Gili Balu Poto Tano (disingkat KK TPK Gili Balu) oleh masyarakat belum berkelanjutan. Hal itu mengancam sumber daya perairan yang ada, mulai dari terumbu karang, padang lamun, mangrove dan berbagai biota laut.
“Masih sering terjadi penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak rakitan,” ujar Arif Hasim, petugas pengawas Dinas Kelautan dan Perikanan (KKP) Kabupaten Sumbawa Barat, NTB.
Arif Hasim menjelaskan bahwa dalam enam bulan terakhir setidaknya ada dua kejadian penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak. Kedua kasus itu sudah ditangani pihak kepolisian dengan sejumlah tersangka. Selain dua kelompok yang ditangkap terpisah oleh petugas, aktivitas sejenis ditengarai masih banyak terjadi.
“Penggunaan bahan peledak itulah yang bakal merusak keindahan KK TPK Gili Balu. Ancaman itu harus dicegah sedini mungkin melalui upaya berbagai pihak,” kata Hasim.
Dia mengakui pihaknya masih kewalahan dalam meningkatkan pengawasan karena minimnya sumber daya dan fasilitas. Padahal, kawasan yang dipantau cukup luas dan para pelaku tindak kriminal tersebut juga beroperasi secara acak.
Seperti diketahui, sekalipun belum banyak dikenal luas, KK TPK Gili Balu memiliki magnet dan daya tarik yang cukup bagus. Gili Balu adalah gugusan pulau yang terdapat di Pulau Sumbawa, tepatnya di Kecamatan Poto Tano, Sumbawa Barat.
Gugusan ini terkenal dengan panorama bawah lautnya yang indah, pantai berpasir putih yang jernih, dan padang rumput serta perbukitan yang menghijau. Dalam bahasa setempat, Gili Balu berarti Pulau Delapan. Jadi, gugusan ini terdiri dari delapan pulau kecil yang bagus menjadi destinasi wisata.
Sukmaraharja yang juga Program Monitoring Wildlife Conservation Society (WCS) Wilayah NTB mengatakan pihaknya merupakan salah satu yang sangat mendorong perlunya pelestarian konservasi perairan di NTB. Hal itu termasuk dengan KK TPK Gili Balu yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan.
“Potensi yang ada cukup bagus dan bisa dioptimalkan, tetapi perlu upaya serius agar ada upaya pelestarian,” ujarnya.
Sejak tahun 2016 yang lalu, Pemerintah Provinsi NTB dan WCS sudah menandatangani nota kesepahaman pengelolaan kawasan konservasi di NTB untuk mendorong peningkatan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi dan sumber daya ikan yang berkelanjutan. Tujuan dari kerja sama itu mengedepankan keberlangsungan sumber daya dan kesejahteraan masyarakat melalui program perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya.
Sukmaraharja menjelaskan WCS terus mengembangkan sejumlah program bersama Pokwasmas (kelompok pengawas masyarakat) untuk meningkatkan pengawasan. Namun, masih ada beberapa kendala yang dihadapi oleh Pokwasmas dan membutuhkan dukungan dari brbagai pihak.
KK TPK Gili Balu menjadi bagian dalam program Coral Reef Rehabilitation Management Program-Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI). Pemerintah melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sedang menggarap COREMAP-CTI untuk menjaga ekosistem terumbu karang. Indonesia sebagai negara maritim yang besar, bisa berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon dengan menjaga ekosistem terumbu karang.
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.
Menyukai ini:
Suka Memuat...