SERIKATNEWS.COM – Indonesia membutuhkan setidaknya sembilan satelit untuk bisa meningkatkan deteksi dini bencana secara akurat, cepat dan tepat. Oleh karena itu, Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengusulkan agar dibangun satelit khusus untuk kebencanaan.
“BMKG mengusulkan agar misalnya BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) ataupun LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) agar membuat satelit khusus terkait kebencanaan,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, Jumat 27 Mei 2022.
Menurutnya, dahulu LAPAN sudah pernah membuat satelit, namun risetnya tentu harus diteruskan karena Indonesia membutuhkan satelit yang khusus untuk bencana. Satelit menjadi alternatif tepat untuk berkomunikasi saat terjadi bencana.
“Agar kalau semua infrastruktur rusak, satelit itu kan ada di atas langit jadi masih tetap tangguh dan dapat berfungsi sehingga informasi bisa tersampaikan. Harus ada satelit yang bisa digunakan untuk komunikasi pada saat terjadi bencana,” ujar Dwikorita.
Deputi Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa dan Jaringan Komunikasi BMKG, Muhamad Sadly, sempat mengatakan bahwa Indonesia belum memiliki satelit operasional indera jarak jauh (inderaja) yang melakukan pemantauan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sangat luas.
Ia juga memaparkan alasan Indonesia membutuhkan minimal 9 satelit agar tidak ada informasi peringatan dini yang terlambat disampaikan kepada otoritas terkait dan masyarakat.
“Kita memerlukan 9 satelit untuk melakukan orbital dan tanpa jeda. Kalau hanya satu satelit kita butuh 100 menit jeda sehingga tidak bisa dipakai untuk peringatan dini bencana. Itu sudah direncanakan ada 9 satelit mengorbit pada 2024 dan itu tidak ada jeda,” kata Sadly.
Menurut Sadly, akan sangat sulit memantau Indonesia dengan melakukan patroli dengan pesawat terbang atau piranti terbang nirawak secara terus menerus di wilayah yang sangat luas karena akan menguras sumber daya manusia dan biaya.
“Tidak mungkin kita melakukan ‘air borne’ yang sangat mahal jatuhnya. Kita butuh satelit untuk monitoring secara berkelanjutan. Itu sudah waktunya kita wujudkan untuk memantau kondisi sumber daya alam dan kebencanaan di Tanah Air kita yang sangat membutuhkan, karena memiliki cakupan wilayah yang sangat luas sekali,” katanya.
Sadly mengatakan Indonesia memiliki ancaman bencana kompleks, misalnya banjir, longsor, erupsi, gempa dan tsunami. Dalam melakukan pencegahan dan mitigasi multibencana tersebut tidak bisa ditangani dengan cara biasa harus ada terobosan, salah satunya lewat satelit pemantauan.
“Salah satu teknologi yang perlu kita akslerasi, diimplementasikan di Indonesia adalah bagaimana memiliki satelit inderaja untuk kebencanaan. Saya pikir ini tidak terlalu sulit jika kita ingin bersatu. Kita bersatu wujudkan cita-cita ini, dan semua sudah ada tinggal kita bersinergi melakukan koordinasi dan sama-sama menyiapkan alokasi anggaran untuk digunakan secara bersama guna menanggulangi bencana-bencana yang ada di Tanah Air yang semakin meningkat,” katanya.
Ia mengatakan jika tidak menggunakan satelit maka deteksi dini bencana akan sangat lama. Belum lagi saat bencana terjadi terdapat potensi sejumlah infrastruktur di permukaan bumi seperti listrik dan telekomunikasi lumpuh. Hanya dengan satelit segala kendala telekomunikasi dapat diatasi sehingga mitigasi bencana dapat dilakukan secara seksama sehingga mampu menekan munculnya korban.
“Terkait kebencanaan, perlu diketahui bahwa saat bencana terjadi baik bencana gempa bumi, tsunami, bencana-bencana hidrometeorologi lainnya, sistem telekomunikasi elektrik itu akan kolaps atau mati. Kita tidak bisa menggunakan komunikasi berbasis handphone dan sebagainya karena kolaps apalagi terjadi gempa besar seperti di Palu, tidak ada komunikasi yang bisa dilakukan. Bagaimana masyarakat bisa menyelamatkan diri kalau tidak ada komunikasi andal, sehingga diperlukan satelit berbasis komunikasi yang bisa digunakan saat terjadi gempa yang sangat kuat sekali, sehingga masyarakat bisa mendapat informasi untuk menyelamatkan diri,” kata Sadly.