Pada 22 Desember ini dirayakan sebagai hari Ibu dan hari perempuan di Indonesia. Setiap dari diri kita akan mencari serpihan kenangan bersama Ibu kita masing-masing, lalu tiba-tiba merasa menjadi orang baik dan anak yang paling berbakti pada orang tua terutama Ibu. Refleksi sikap yang seharusnya tak harus menunggu satu tahun sekali, tetapi bagaimana setiap hari sepanjang tahun kita tetap menghormati Ibu bagi yang punya ibu. Jika sudah tiada maka sepantasnya selalu mendoakan agar Ibu mendapatkan tempat yang layak disisiNya.
Kasih sayang Ibu yang terus melekat dibenak kita semua, adalah pertama sosok yang mengandung dan melahirkan kita muka bumi, sehingga dalam proses dari kehamilan hingga kelahiran Ibu akan menjaga dengan sepenuh hati. Meski nampak payah dan kesulitan Ibu akan berusaha sebisa mungkin bertahan hingga waku persalinan tiba. Dalam masa-masa menunggu, tentu banyak hal yang telah dialami seorang Ibu. Ada yang dipermudah proses persalinannya, namun tidak sedikit pula yang harus melewati semua itu di kamar operasi.
Paska itu hari-hari panjang Ibu akan diwarnai dengan kehadiran kita anak-anaknya. Lagi-lagi tanpa pamrih dan mengharap balas jasa. Benar jika ada yang mengatakan jika kasih ibu sepanjang masa, kasih anak seujung galah. Karena memang kebaikan tulus yang kita berikan pada orang tua, terutama dalam hal ini Ibu, tidak akan pernah bisa menggantikan apa yang sudah Ibu berikan untuk kita. Semua yang telah dilakukan Ibu tak bisa diukur dengan materi, dan hitung-hitungan matematis.
Secara lebih luas bagaimana kita sebagai individu yang mandiri mewujudkan kasih Ibu dalam kehidupan nyata. Caranya selain penghormatan terhadap ibu, juga menghargai dan menghormati setiap perempuan yang kita temui. Kemudian tidak melakukan kekerasan terhadap perempuan, baik secara verbal maupun perbuatan. Sebab anak yang dibesarkan dengan kasih sayang Ibu, kelak juga akan memiliki cinta kasih terhadap sesama.
Karena berdasarkan hasil survei pengalaman hidup perempuan tahun 2016, 1 dari 3 perempuan pada rentang usia 15-64 tahun, atau sekitar 28 juta orang pernah mengalami kekerasan fisik atau seksual. Selaras dengan catatan tahunan Komnas Perempuan yang merangkum terdapat 11.207 kasus kekerasan dalam rumah tangga pada 2015. Selain itu, catatan kepolisian juga menurunkan tentang jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan pada periode sama yaitu 321.757 kasus. Sekitar 72, 15 persen atau 225.654 kasus adalah tindak pidana pemerkosaan.
Pada catatan lain ditemukan pula perempuan mengalami kekerasan ekonomi dan psikologi yang dilakukan pasangannya. Berdasarkan survei yang sama, 1 dari 4 perempuan yang sudah menikah mengalami kekerasan ekonomi, seperti pemaksaan tak boleh bekerja. Tidak diberi uang belanja atau perampasan uang pribadi. 1 dari 6 perempuan juga mengalami kekerasan emosional atau psikis seperti dihina, diintimidasi dan dipermalukan didepan orang lain.
Jika melihat catatan dan hasil survei itu, seperti berbanding terbalik dengan ajaran kasih dan cinta Ibu kepada anak-anaknya. Atau bagaimana seorang anak bisa menghormati dan menjaga kemuliaan ibunya apabila kekerasan masih saja menjadi solusi masalah, atau sering terjadi dan menimpa banyak perempuan. Jadi dalam moment hari Ibu ini, siapapun kalian, dari manapun kalian berasal jika mengaku mencintai Ibu maka hentikan kekerasan terhadap perempuan sekarang juga. Akhir kata, selamat hari Ibu untuk kita semua.
Penulis Adalah Aktivis Perempuan, Penggila Baca, Penyuka Sastra dan Hobi Menulis. Tinggal di Indramayu
Menyukai ini:
Suka Memuat...