Oleh: Wasanti*
Masalah pangan adalah hidup matinya bangsa ini adalah petikan pidato Bung Karno pada tahun 1952 saat acara peletakan batu pertama pembangunan gedung Fakultas Pertanian Universitas Indonesia yang kemudian menjadi Institut Pertanian Bogor. Begitu pentingnya masalah pangan sehingga sangat menarik sekali untuk diulas lebih lanjut. Masalah pangan akan tidak lepas dari masalah pertanian karena pertanianlah sebagai dasar kegiatan ekonomi suatu bangsa.
Pertanian menurut ahli dijabarkan sebagai berikut, pertanian adalah suatu bentuk produksi yang khas, yang didasarkan pada proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Petani mengelola dan merangsang pertumbuhan tanaman dan hewan dalam suatu usaha tani, dimana kegiatan produksi merupakan bisnis, sehinggga pengeluaran dan pendapatan sangat penting (Mosher 1966), sedangkan menurut David Ray Grif f in Pertanian adalah masalah yang paling disalapahami, rumit, terabaikan, dan tidak diinginkan. Artinya secara mendalam pertanian dapat diartikan sebagai sebuah usaha produksi tetapi karena sangatlah rumit sehingga sering diabaikan padahal pertanian adalah basic ekonomi rakyat.
Pada perjalanannya sisistem pertanian harus ditopang dengan faktor-faktor produksi yang kuat agar mendapat hasil-hasil pertanian yang baik secara kualitas maupun kuantias.
Faktor-faktor produksi tersebut antara lain : akses permodalan yang kuat, sumberdaya manusia yang handal, tanah air yang dikolaborasikan menjadi lahan dan sistem irigasi yang baik, yang keempat ketersedian benih dan pupuk yang baik dan yang terakhir adalah teknologi yang tepat guna.
Tetapi faktor-faktor produksi pada sistem pertanian di I ndonesia kiranya masih kurang diperhatikan hal ini dapat dilihat dari permasalahan-permasalahan yang muncul. Mulai dari benih dan pupuk yang langka saat musim tanam, sumberdaya manusia yang masih kurang dengan banyaknya sarjana-sarjana pertanian kita lebih memilih untuk bekerja dikantoran daripada turun keladang atau sawah untuk berproduksi.
Minimnya teknologi yang tepat guna menjadi permasalahan yang di hadapi oleh para petani sehingga mereka masih sangat tergantung sekali pada teknologi yang masih tradisional dan konvensional.
Permasalahan sistem pertanian di Indonesia juga diperparah orientasi pembangnunan. Dimana pembangunan tersebut hanya diarahkan pada pembangunan-pembangunan yang bermuara pada industri sehingga menggerus ketersedian lahan yang ada di I ndonesia. Ditambah dengan banyaknya berdiri pabrik-pabrik tentunya menjadi permasalahan terkait limbah yang mencemari kesuburan tanah dan air yang digunakan sebagai faktor penunjang produksi pertanian. Fenomena yang terjadi terkait pembangunan industri dan khususnya pembangunan industri pabrik semen di wilayah kendeng Utara adalah bentuk cerminan bahwa sektor pertanian di negara masih kurang di perhatikan.
Wilayah Pegunungan Kendeng utara ini mencangkup Kabupaten Pati, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Rembang, dan Kabupaten Blora di J awa Tengah, hingga ke Kabupaten Bojonegoro, dan Kabupaten Lamongan di J awa Timur.
Kawasan ini kaya akan batugamping dan tanah liat yang merupakan bahan baku utama semen; dan berlimpah sumber daya air bawah tanah untuk pertanian.
Karakter manfaat sumber daya alam karst ini nyaris bersif at mutually exclusive. Bila batugamping dan tanah liat dieksploitasi sebagai bahan tambang, maka sumber daya air bawah tanah yang menjadi penopang penting bagi kehidupanpertanian dan kebutuhan rumah tangga warga sekitar menjadi terancam.
Demikian pula sebaliknya, bila sumber daya air bawah tanah dikonservasi maka batugamping dan tanah liat tidak dapat dieksploitasi sebagai bahan tambang. Perbedaan cara pandang dan kepentingan ini memicu timbulnya konflik yang berkepanjangan di Pegunungan Kendeng Utara. (Data Kajian Lingkungan Hidup Strategis). Pembangunan pabrik semen di pegunungan kendeng ini akan berdampak pada sektor pertanian yang ada di wilayah tersebut. Pembangunan pabrik semen di Rembang akan meyebabkan berkurangnya lahan dan ketersedian air untuk irigasi pertanian. Dengan dibangunnya pabrik semen ini maka lahan pertanian di daerah kendeng menyempit dan ketersedian air menjadi berkurang bahkan jika ada pasti tercemas oleh limbah pabrik. Perlu diketehuin bahwa air merupakan faktor kunci keberlanjutan pertanian apabila air tidak tersedia atau tercermar maka pangan yang dihasilkan dari produksi pertanian akan terhenti.
Rusaknya ekosistem alam didaerah pegunungan kendeng pasti berimbas pada hasil produksi pertanian masyakat kendeng dan pendapatan para petani di daerah tersebut. Hal ini menjadi permasalahan karena para petani pasti mencari mata pencaharian baru untuk menopang ekonomi keluarga karena hasil dari panen pertanian mereka sudah tidak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga mereka. Ada 2 pemasalahan besar yang muncul akibat dari rusaknya ekosistem alam yang berimbas pada gagal panen pertanian pertama berkurangnya ketersedian sumber pangan khususnya Jawa Tengah dan yang kedua adalah banyak masyarakat tani meninggalkan lahan mereka dan mencari mata pencaharian yang dapat mencukupi kebutuhan ekonomi mereka.
Masalah mata pencaharian biasanya masyarakat tani mengalihkan pekerjaannya pada pekerjaan – pekerjaan kasar seperti buruh pabrik, buruh bangunan, pembantu rumah tangga dan buruh migran TKI atau TKW akibat rendahnya tingkat pendidikan mereka. Masalah lain yang muncul akibat dari melimpahnya tenaga kerja dan masih kecilnya lapangan kerja maka pilihan yang banyak diambil adalah buruh pada sektor – sektor infomal seperti menjadi buruh bangunan lepas menjadi pembantu rumah tangga atau bahkan mengadu nasib menjadi TKI atau TKW .
Bagi kaum perempuan didalam masyarakat tani pilihan yang diambil dalam menjadi pembantu rumah tangga atau menjadi TKW . Padahal pilihan untuk menjadi buruh pada sektor – sektor inf ormal tersebut masih minim perlindungan. Mulai dari perlindungan keselamatan kerja, perlindungan kesehatan (cuti haid dan melahirkan), tunjangan keluarga, dan waktu kerja yang tidak terbatas bahkan jika pilihan mereka menjadi TKW tentu harus menginap dirumah majikan dan jauh meninggalkan keluarga dapat dipastikan kaum perempuan yang berjuang untuk menghidupi kebutuhan ekonomi rumah tangga mereka teraleniasi dari kehidupan sosialnya. Untuk itu kiranya harus berf ikir ulang tentang kebijakan pembangunan pabrik semen di Rembang.
Karena kebijakan tersebut dapat berimbas langsung pada sumber–sumber kehidupan masyarakat tani di pegunungan kendeng . Dampak yang terbesar dari pembangunan pabrik semen kendeng adalah hilangannya sumber pangan negara dan menjauhkan masyarakat tani dari sumber kehidupan kaum perempuan. Di tengah mayarakat yang heydonis.
Kapitalime selalu menempatkan perempuan sebagai objek eksploitasi untuk kepentingan bisnis. Hal tidak bisa dilepaskan dengan ideologi seksisme yang berkembang dalam masyarakat kapitalistik. Seksisme merupakan ideologi yang dikembangkan kapitalisme untuk mencapai pembenaran atas tindakan mengeksploitasi perempuan, baik sebagai tenaga kerja murah, sebagai pasar, maupun sebagai komoditas.
Pembangunan pabrik semen di pegunungan kendeng semakin menjauhkan perempuan dari alat produksinya dan membangun kesenjangan sosial pada masyarakat. Sehingga investasi sebesar 4 triliun ini tidaklah sebanding dengan akibat yang akan ditimbulkan.
Seharusnya pemerintah hadir dan berpihak kepada masyarakat dengan mencabut izin serta menutup pabrik semen yang ada di Rembang. Biarkan masyarakat memilih cara penghidupan yang layak buat mereka sebagaimana amanah Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 A setiap orang berhak untuk hidup, mepertahankan hidup dan kehidupannya, demi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
*Presidium GMNI Komite Pergerakan Sarinah.
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.
Menyukai ini:
Suka Memuat...