SERIKATNEWS.COM – Pada Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional yang jatuh setiap 26 April mengajak masyarakat untuk selalu waspada terhadap bencana yang terjadi. Semua komponen masyarakat berperan dalam kesiapsiagaan bencana ini. Tidak terkecuali media penyiaran yang memiliki peran penting.
“Berdasarkan data bahwa penonton televisi masih pada urutan pertama dalam daftar konsumsi media masyarakat. Baru urutan berikutnya media sosial dan internet. Begitu juga dengan radio yang memiliki jangkauan luas di masyarakat. Untuk itu peran media penyiaran dalam penyiaran kebencanaan baik prabencana, tanggap darurat maupun pascabencana masih sangat berperan penting dibutuhkan masyarakat. Terutama dalam memberikan edukasi kebencanaan,” jelas Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jakarta, Rizky Wahyuni dalam memperingati HKB tahun 2021 di Jakarta, Senin, 26 April 2021.
Adapun peran penting media penyiaran baik televisi dan radio, Rizky membaginya menjadi 5 bagian. Sebagai sumber informasi cepat dan akurat, sebagai media early warning system (EWS) terintegrasi, sebagai media edukasi dan mitigasi, sebagai media trauma healing dan sebagai media fundraising.
“Kelima peran ini dapat dilakukan oleh media penyiaran sekaligus. Hal ini menunjukkan media penyiaran menjadi mitra strategis pemerintah dalam menghadapi potensi dan penanggulangan bencana di Indonesia,” ungkap Rizky.
Lanjut dia, karena Indonesia merupakan daerah yang rawan bencana, maka masyarakat harus terus dibiasakan memahami potensi bahaya dan mitigasinya agar tetap dapat harmoni tinggal di wilayah yang rentan bencana ini. Untuk itu peran edukasi dan mitigasi harus tidak henti-hentinya dilakukan oleh media penyiaran.
“Salah satu cara dapat dilakukan dengan membangun budaya sadar bencana. Media penyiaran mengangkat budaya sadar bencana ini melalui program-program yang digemari masyarakat dengan menyelipkan edukasi kebencanaan seperti pada program sinetron, varity show, budaya, jalan-jalan maupun program hiburan lainnya selain melalui program berita atau siaran jurnalistik. Lembaga penyiaran harus dapat memacu para sineas, content creator, production house mengangkat tema-tema penanggulangan bencana, melalui sinetron, film maupun lagu-lagu yang dapat mengedukasi terutama anak-anak,” urainya.
Rizky melanjutkan, media penyiaran menjadi salah satu bagian dari mata rantai sistem penanggulangan bencana di Indonesia. Terlebih wilayah Indonesia berada pada Cincin Api Pasifik (ring of fire) keberadaan tersebut menjadikan Indonesia menghadapi risiko bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, banjir dan gempa bumi.
“Antisipasi dan penanggulangan risiko bencana-bencana ini tidak akan dapat dicapai tanpa dilakukannya edukasi masyarakat agar memiliki kesadaran kesiapsiagaan bencana. Edukasi itu adalah sebuah proses panjang, tidak instan dan perlu konsistensi semua pihak untuk mendukungnya termasuk peran lembaga penyiaran,” ujarnya.
Rizky mengatakan Peran media penyiaran efektif dalam penyampaian penyebaran informasi kebencanaan. Dengan kekuatan 728 jumlah lembaga penyiaran swasta (LPS)televisi, serta lebih dari 3000 radio yang tersebar di Indonesia. Ditambah dengan Biro maupun kontributor di setiap daerah. Menjadikan media penyiaran sebagai media yang dapat dengan cepat dan sistematis menyampaikan informasi menjangkau hingga ke pelosok desa di Indonesia.
Namun mantan jurnalis ini mengingatkan, Kecepatan informasi sampai ke masyarakat tentu harus dibarengi dengan akurasi atau kebenaran sumber informasi. Selain cepat dan akurat, tidak kalah penting adalah pemahaman kebencanaan oleh awak media atau tim liputan di lapangan maupun di studio dalam penyiaran kebencanaan.
“Tingkat pemahaman awak media akan sebuah bencana menjadikan informasi yang disampaikan tidak hanya sekadar benar tapi juga memiliki rasa empati terhadap sebuah bencana yang terjadi,” pungkas Rizky. (*)
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.
Menyukai ini:
Suka Memuat...