Sore itu mendung menggantung di langit Karanganyar. Warga dusun Mogol, kecamatan Tawangmangu masih shocked dengan longsor yang menimpa kampung halaman mereka. 26 Desember 2007, sebanyak 58 orang tewas tertimbun. Lokasi kejadian yang berada di antara dua bukit di lereng gunung Lawu dengan jalan yang sempit, berkelok dan curam mempersulit pencarian korban. Eskavator baru bisa didatangkan 2 hari pasca kejadian. Duka terus menyelimuti. Tangis dan sedu-sedan pecah mengiringi satu persatu jasad yang berhasil diangkat ke permukaan.
Ada jasad yang sulit dikenali akibat tertimbun lumpur tebal dan reruntuhan bangunan, ada jasad yang masih utuh, bahkan tim SAR gabungan menemukan jasad kaku seorang ibu yang tengah memeluk anak balitanya. Sebuah pemandangan yang mengundang haru bagi siapapun yang melihat. Tak terbayang ketakutan mereka ketika lumpur setinggi 7 meter datang, seketika, tanpa tanda-tanda. 12 keluarga terkubur hidup-hidup.
Malam hingga dini hari itu, longsor terjadi di tujuh titik di seputaran lereng Gunung Lawu. Hujan deras menjadi penyebab utama. Korban terbanyak di dusun Mogol, sekitar 4 kilometer dari obyek wisata Grojogan Sewu. Di sini warga hidup guyup dengan menanam sayur-sayuran. Warga mengganti pola bercocok tanam dari sebelumnya tanaman berakar keras. Bagaimanapun, sayur-sayuran lebih cepat dipanen. Tak satupun orang diluar kampung yang memperingatkan jika hal itu berbahaya. Akar tanaman yang kurang kuat mengikat butir tanah membuat tanah menjadi lembek serta jenuh dengan air sehingga mudah longsor. Belum lagi kemiringan lerengnya yang terjal memperbesar gaya pendorong.
Sepuluh tahun kemudian, masih di bulan Desember longsor kembali terjadi di kecamatan Tawangmangu. Hujan deras mengakibatkan tebing setinggi 5 meter ambrol dan menimbun jalan penghubung desa sepanjang 30 meter. Tak ada korban jiwa. Warga telah mengenali daerahnya. Di saat hujan dengan intensitas tinggi, mereka mengungsi dan menghindari lereng bukit.
Beberapa hari yang lalu, berita mengejutkan datang dari Sukabumi. Longsor menyapu sedikitnya 30 rumah warga di desa Sirnaresmi, kecamatan Cisolok. 33 orang diperkirakan tewas tertimbun. Lagi-lagi sulitnya akses jalan menuju lokasi bencana membuat evakuasi sulit untuk dilakukan. Keterbatasan lahan dan desakan kebutuhan hidup warga mendorong maraknya pemanfaatan lereng terjal menjadi areal persawahan. Tingginya debit air di musim hujan memicu longsor.
Dan seperti biasa, ketika bencana telah terjadi, instansi terkait berbicara di depan media bak seorang pakar yang kecolongan. Apa artinya keahlian dan penguasaan tanah jika semuanya telah terlambat? PVMBG telah memetakan, Sirnaresmi berada di ketinggian 300-600 mdpl, dengan permukaan berbukit dan tingkat kemiringan lereng hingga 25 persen. Kondisi kemiringan ini rawan longsor jika dijadikan areal sawah atau tanaman lunak. Tapi apakah hasil kajian ini sampai ke perkampungan adat yang sehari-hari hidup dengan mengutamakan kearifan lokal dan menjaga keseimbangan alam itu?
Berdasarkan peta potensi gerakan tanah, sebagian besar wilayah Kabupaten Sukabumi masuk dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah hingga tinggi. Artinya, daerah tersebut dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal. Terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai dan daerah lereng. Potensi longsor yang dapat menimpa permukiman warga sangat besar.
Bagaimana kondisi lereng gunung Slamet yang telah beralih fungsi dari hutan lindung menjadi lahan pertanian? Apa tindak lanjut dari kajian untuk Garut, daerah yang dikepung bencana longsor dan tanah bergerak? Di website PVMBG bisa diketahui peta wilayah bencana bahkan hingga data kecamatan per-kabupaten/kota. Apakah sudah ada perlakuan khusus? Tentu saja, lereng Slamet yang merupakan daerah utama penghasil sayur mayur karena letaknya di dataran tinggi serta Kabupaten Garut hanyalah contoh kecil. Menurut BNPB, 441 kabupaten/kota di Indonesia adalah daerah bahaya longsor tingkat sedang hingga tinggi. Semoga ini tidak menjadi deretan angka semata. Hujan deras dan potensi angin kencang masih akan terus terjadi hingga February.
Penulis adalah News Presenter BeritaSatuTV dan Tenaga Ahli DPR RI, Jakarta
Mahasiswi Program Doktor Ilmu Kriminologi UI
Baru-baru ini meluncurkan buku Kumpulan Cerpen; Apple Strudel
Chat Nastiti untuk informasi lebih lanjut melalui Twitter/Instagram @nastitislestari
Menyukai ini:
Suka Memuat...