Oleh: Saiful Huda Ems (SHE).
Felix Siauw dalam acara debat di ILC TV One tadi malam tidak bisa membedakan mana kepemimpinan Khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali dan mana konsepsi politik Daulah Khilafah Islamiyah yang diusung HTI. Jadi dia seolah mengarahkan orang seolah kalau kita anti konsepsi Daulah Khilafah Islamiyah HTI berarti kita anti kekhalifahan Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Ini konyol sekali. Dan disisi inilah sebenarnya argumentasi Felix Siauw bisa diserang habis-habisan. Makanya saya gemes banget lihat suasana perdebatan seperti ini.
Daulah Khilafah Islamiyah dalam konsepsi HTI itu sangat anti demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM). Dan celakanya Daulah Khilafah Islamiyah itu dijadikan oleh HTI sebagai ideologi politiknya, hingga prilaku politik mereka menjadi ekstrim atau radikal. Kenapa konsepsi ideologi politik HTI yang dikemas menjadi konsepsi teologi itu menjadikan prilaku politik mereka menjadi ekstrim dan radikal? Itu karena teologi baginya hanya dijadikan alat pembenaran dari konsepsi ideologi politiknya yang keliru tsb. Mereka berpikiran bahwa semua negara saat ini dianggapnya sebagai dar al-kufur (rumah orang-orang kafir) dan da al-harb (rumah yang bisa diperangi) karena dianggapnya tidak menerapkan bentuk pemerintahan Islam. Jika demikian apakah bapak, ibu dan semua saudara-saudaranya tidak dianggapnya kafir dan bisa diperangi karena bapak, ibu dan saudara-saudaranya masih menjadikan Pancasila sebagai dasar negara? Dan UUD ’45 sebagai konstitusinya dan bukan lagi Al-Qur’an, Al-Sunnah atau Al-Hadits?.
Pernyataan Felix Siauw yang berbahaya itu sayang sekali tidak bisa digempur oleh lawan-lawan debatnya, dan yang ada Denny Siregar dan Abu Janda hanya menyerang dari hal-hal yang tidak subatantif, seperti mempertanyakan dana Rp. 4 Milyar dan jumlah peserta aksi 212 yang digelembungkan. Bagi saya menyerang dari sisi remeh temeh itu boleh saja dilakukan, namun itu cukup jadi bunga-bunga argumentasi saja gak perlu untuk dijadikan ujung runcing tombak serangan argumentasinya. Harusnya Denny dan Abu Janda fokus untuk menghantam hal-hal yang substantif dalam tiap pernyataan kubu lawan debatnya. Saya maklumi memang sorot kamera tv kerap kali membuat orang yang tak terbiasa menghadapinya akan gerogi dalam bicara, tetapi bagi yang memiliki metode berpikir yang benar hati dan pikirannya akan tersentak mendengar lawan debatnya menampakkan kerancuan berpikirnya, disaat itulah sorot kamera bisa kalian hindari dan pikiran serta ucapan tajam dilepaskan untuk menghajar argumentasi lawan ! Baiklah, anggap ini pengalaman buruk kalian berdua, di masa depan jangan diulangi lagi karena itu akan mempermalukan kami. Jutaan rakyat penonton acara ILC Tv One memperhatikan debat kalian, begitu argumentasi kalian dengan gampang dijatuhkan pihak lawan, maka yang rendah pemahaman politiknya akan mudah mereka giring menjadi pendukung Aksi 212.
Malid Nabi Muhammad saw. bagi kami, Maulid Agung bagi mereka. Agung yang mana? Agung Kuncoro? Agung Tarmizi? Atau Agung Keselek? Sekali lagi amunisi argumentasi sebenarnya tersimpan banyak bagi kalian, gunakan semua itu disaat yang sangat menentukan. Kapan? Ya nanti menjelang 2019. Salam dua periode kawan, perbanyak baca, mendengar dan berdiskusi, jangan asyik mengkritik saja jika kalian ingin menjadi Prajurit Semesta yang berjuang dengan kegagahan nalar sehatnya ! Aku masih bersama kalian ! Medeka !
*Penulis Adalah Advokat dan Petarung Politik.
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.
Menyukai ini:
Suka Memuat...