Saat ini banyak berita dan tulisan yang membicarakan tentang perayaan Natal 2017 umat Kristiani, yang akan dilaksanakan di Monas. Pertanyaan mendasar sehubungan dengan perayaan Natal tersebut adalah: apa yang hendak dicapai dengan sebuah perayaan Natal yang sedianya akan dilaksanakan di monumen nasional Monas ?
Mendengar lokasi tempat perayaan di Monas dan merupakan salah satu tempat yang strategis, monumen nasional, banyak pengunjung dan wisatawan, tempat yang wilayahnya luas, salah satu tempat bersejarah di DKI, pasti merupakan perayaan yang monumental. Begitu spektakuler
Padahal kedalaman hikmahnya sebuah perayaan Natal tidak ada yang monumental. Begitu sederhana! Peristiwa, fakta, realitas, Yesus Kristus lahir, mendunia! memanusia, begitu berarti.
Yesus lahir bukan di Yerusalem , melainkan Betlehem. Bukan istana, melainkan kandang. Bukan singgasana melainkan palungan. Bukan raja dengan jubah kebesaran, melainkan bayi berbedung kain lampin.Tidak ada yang spektakuler! Tidak ada yang monumental
Peristiwa yang sederhana dan penuh kerendahan. Tetapi di dalam kerendahannya itulah justru terletak kemuliaanNya!
Sering Natal adalah sebuah perayaan selebrasi! sebatas perayaan yang memamerkan kemeriahan sesaat. Membuat kita lupa kepada dunia disekitar kita.
Kemeriahan dan perayaan selebrasi membuat kita lupa akan saudara-saudara kita korban banjir, bencana alam lainnya yang perlu dibantu. Kita menjadi lupa begitu sulitnya saudara-saudara kita seiman memperoleh sebuah tempat yang layak untuk beribadah.
Kita lupa bahwa ada saudara- saudara kita yang setiap minggu beribadah di jalan raya, ditengah terik matahari, maupun di bawah derasnya curah hujan, tepat di depan istana raja karena penolakan untuk mereka memperoleh tempat beribadah. Dan seterusnya! Pembiaran ini tetap terjadi. Kita lupa dengan dosa politisasi sara. Lupa dan lupa terlena dalam perayaan selebrasi di Monas.
Natal adalah ketika Allah begitu prihatin dan ingat akan dunia. Oleh karena itu tidak ada pelanggaran yang lebih besar, daripada ketika kita terjebak dan tergiur sesaat dengan pemahaman tentang Natal sebagai perayaan selebrasi. Kehilangan makna yang sesungguhnya.
Sekedar sebagai perayaan tanpa makna dan substansi. Dan lebih parah lagi apabila perayaan Natal sebagai selebrasi, dimanfaatkan untuk dipolitisasi.
Bukankah inspirasi para tokoh Herodes, Pilatus, Imam Besar, Para Saduki menjadikan agama sebagai tunggangan dalam meraih kekuatan serta kekuasaan??
Jangan sampai kita terjebak kedalam peran mereka. Peran Herodes, Pilatus, Imam Besar, para Saduki Jaman Now, membunuh secara perlahan dengan strategi yang tepat dan halus dalam konsep perayaan Natal Selebrasi.
Hakiki perayaan Natal yang sesungguhnya bukan sebuah Selebrasi. Sebab Natal adalah ketika Allah menyatakan solidaritasnya yang penuh terhadap penderitaan manusia. Bukan pesta! Bukan pamer
Perayaan Natal yang sesungguhnya, ingin melepaskan manusia dari penjara megalomaniaknya selebrasi ke hakekat perayaan Natal yang sesungguhnya yaitu komemorasi.
Manusia yang tidak terpedaya oleh tipuan-tipuan visual, dimana agama dijadikan tunggangan dalam meraih kekuasaan. Tipuan visual yang serba wah dan menarik hati sesaat.
Natal mengajak manusia untuk mencintai yang kecil, lemah dan sederhana. Tidak tergiur oleh penawaran pesta sesaat yang sarat dengan kemunafikan.
Yesus yang lahir sebagai Juruselamat dunia, membenci kemunafikan. Kalau berceramah wah! tetapi tindakan seperti langit dan bumi. Sebab yang dikatakan tidak keluar dari hati. Semua sebatas pamer! kepingin dilihat! dipuji orang! disanjung rakyat
Natal yang komemorasi, kembali pada substansi yang hakiki. Bukan pesta! tetapi kesederhanaan dan kerendahan. Yesus membenci religiositas yang formal, tetapi tidak fungsional dan eksistensial. Ia sangat membenci semboyan- semboyan kosong tanpa arti.
Dihadapan manusia kita dapat melindungi kejahatan di balik kekuasaan! Menyembunyikan tipu muslihat kita! tetapi dihadapanNya semuanya terbuka!
Terkadang manusia berusaha menyulap Natal dari perayaan yang sederhana menjadi pesta yang mewah. Makna Natal yang sejatinya Komemorasi diubah menjadi Selebrasi. Yang sederhana diubah menjadi perayaan yang meriah dan pamer. Bukankah hal seperti ini masih terjadi?
Makna Natal tidak terletak pada kekayaan dan kemampuan kita mengumpulkan dana. Tidak terletak pada kesanggupan kita mengorganisir pesta-pesta yang meriah. Tidak terletak pada kemampuan kita mengerahkan ribuan atau jutaan massa, dilaksanakan pada tempat yang luas dan sentral seperti di Monas. Terlebih lagi jika benar menggunakan dana APBD, yang seharusnya dipergunakan untuk mengangkat dan memperbaiki harkat hidup rakyat. Tentunya digunakan bukan untuk sebuah pesta pora yang menjauh dari makna keselamatan.
Sebab betapa seringnya peringatan Natal menjadi sebuah pesta, sebuah perayaan meriah diantara kita sendiri ! pesta untuk kita ! Namun tanpa kehadiran Yesus.
Natal yang sesungguhnya bukan selebrasi tetapi komemorasi! Temukan Yesus dalam kesederhanaan. Bukan pesta. Temukan di jalan kasih. Temukan Yesus dalam solidaritas dengan mereka yang lemah, miskin, hina, tertindas! Temukan dalam semangat ketaatan dan penyerahan diri yang penuh kepada Allah.
Walaupun dimana-mana kita melihat orang-orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan dan jabatan. Mempertahankan kekuasaan sebesar-besarnya dengan segala macam cara, menghalalkan cara untuk mencapai tujuan, korupsi dll. Tanpa nurani mematikan karakter orang lain dengan politisasi sara yang memalukan. Tidak mau berbagi. Bertindak tanpa mempedulikan mana yang benar dan mana yang salah.
Kita diingatkan bahwa peristiwa Natal adalah komemorasi bukan selebrasi! Sebab Natal yang merupakan Syalom harus kita perjuangkan! Natal bukan sebatas perayaan. Bukan pamer! Bukan pesta! tetapi kenyataan. Pengharapan! membuat kita sadar bagaimana hidup diisi dan diarahkan!
Apa yang kita cari?
Apa yang kita lakukan?
Temukan dalam solidaritas dengan mereka yang lemah, miskin, hina, tertindas!
Tidak di Monas! Apalagi mempergunakan dana dari APBD.
Dengan demikian maka menjadi jalan terang dalam mengikuti arahan cahaya Bintang Timur pada Natal 2017 untuk hadir ditengah kehidupan yang nyata masyarakat! yaitu bersama umat di gereja masing-masing dalam kesederhanaan hiasan palungan sebagaimana keseharian kehidupan kita.
Selamat Natal 2017.
Menyukai ini:
Suka Memuat...