“Tapi ini hanya setara NU dan Muhammadiyah, PPP belum kan? Jadi, HMI itu setara dengan NU dan Muhammadiyah yang pahlawan nasional,” begitulah kira-kira peryataan Wakil Presiden RI, bapak Jusuf Kalla saat memberi sambutan dalam acara pelantikan pengurus Korps Alumni HMI (KAHMI) 2017-2022 di Hotel Grand Sahid, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Minggu (11/3/2018) (Sumber : detik.com)
Sesungguhnya, apa yang dikatakan oleh bapak Jusuf Kalla adalah sebuah persepsi yang menurut saya keliru.
Bukan tanpa sebab, tetapi apa yang saya tangkap, tolak ukurnya ialah berdasarkan diangkatnya pendiri HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Prof. Lafran Pane sebagai Pahlawan Nasional sehingga menyatarakan dengan Nahdlatul Ulama yang juga sebelumnya para pendirinya telah di anugerahi Pahlawan Nasional.
Jika benar demikian, maka apa yang menjadi dasar Wakil Presiden 2014 – 2019 yang juga pernah berkecimpung dalam HMI yang kemudian mengatakan bahwa NU dan HMI setara adalah sebuah opini dengan dasar yang menurut saya secara pribadi sebagai salah satu warga Nahdyin yang hanya mempunyai Ilmu dan Pengetahuan bagaikan butiran debu menganggap lemah, mengapa demikian?
Antara Ulama dan Mahasiswa
Dari segi bahasa yang dicantumkan dalam nama kedua lembaga tersebut saya mencoba membandingkan apakah akan setara atau tidak. Nama HMI dengan kepanjangan Himpunan Mahasiswa Islam, ada kata “Mahasiswa”, sebagaimana kita ketahui Mahasiswa adalah “pelajar” yang sedang menuntut Ilmu ditingkat Perguruan Tinggi.
Menurut Sarwono (1978), Mahasiswa merupakan setiap orang yang secara resmi telah terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar antara 18 – 30 tahun. Setahu saya, HMI adalah lembaga eksternal kampus, tempat bernaung para Mahasiswa sedangkan NU (Nahdlatul Ulama) yang memiliki arti “Kebangkitan Ulama”, ada kata “Ulama” yang berarti orang yang ahli dalam hal atau dalam pengetahuan agama Islam.
Kata ulama berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari kata ‘aalim. ‘Aalim adalah isim fa’il dari kata dasar: ’ilmu. Jadi ‘aalim adalah orang yang berilmu dan ‘ulama adalah orang-orang yang punya ilmu sehingga dengan memberikan statment bahwa kedua lembaga tersebut setara sama saja mensetarakan “Ulama” dengan “Mahasiswa”.
Menurut saya kurang elok rasanya membandingkan lembaga tempat berkumpulnya para pemuka agama, Kiai, Habaib, atau pemimpin agama yang bertugas untuk mengayomi, membina dan membimbing umat Islam baik dalam masalah-masalah agama maupun masalah sehari hari yang diperlukan baik dari sisi keagamaan maupun sosial kemasyarakatan dengan lembaga tempat berkumpulnya para pelajar yang sedang menempuh pendidikan ditingkat perguruan tinggi.
NU Lahir 21 Tahun Sebelum HMI Lahir
Selajutnya adalah melihat dari sejarah kelahiran kedua lembaga tersebut, NU terbentuk pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926) di Kota Surabaya Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasjim Asy’ari sebagai Rais Akbar.
HMI lahir di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947, atas prakarsa Lafran Pane beserta 14 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam yang saat ini bernama Universitas Islam Indonesia.
Jenjang waktu yang sangat jauh yaitu 21 tahun sebelumnya kelahiran HMI, NU telah ada, secara kelembagaan tentu saja NU lebih besar dan berkembang di Nusantara buktinya salah satu kadernya yaitu K.H Abdul Wahid Hasjim menduduki beberapa jabatan strategis seperti anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), hingga Menteri Agama pada tiga kabinet.
Oleh karenanya, menyandingkan kedua lembaga tersebut tidak elok sebab, NU punya sejarah, tujuan, pergerakan yang berbeda dengan HMI.
Banyak kader jebolan HMI masuk dalam NU, misalnya pak calon gubernur Jawa Timur, Saifulah Yusuf, dan lain sebagainya sehingga tak patutlah kita menyatarakan kedua lembaga tersebut, NU punya catatan sejarah yang luar biasa dan HMI punya kelebihan tersendiri.
Yang saya hormati, Bapak Wakil Presiden RI dan Saudara-saudara sekalian, maaf sebelumnya, tulisan ini saya buat bukan untuk menggurui atau mencari popularitas melainkan setiap malam saya ketika akan tidur pikiran saya selalu dihantui oleh pernyataan bapak Wakil Presiden.
Ilmu dan Pengetahuan saya tentang kedua lembaga tersebut masih sangat dangkal tetapi saya akan sedikit mencoba mengulasnya kepada khalayak agar di masa mendatang anak cucu kita bisa lebih memahami dan tidak salah persepsi.
Saya harus menyalurkan sedikit pengetahuan saya yang kemudian bayang-bayang terhadap ketidak setujuan saya terhadap pernyataan bapak agar tidak lagi menghantui saya dalam pikiran, sekali lagi saya sampaikan dengan hormat bahwa menurut saya, NU dan HMI tidaklah setara dan tidak akan pernah setara.
Penulis Pengurus Cabang PMII Kabupaten Konawe
Menyukai ini:
Suka Memuat...