SERIKATNEWS.COM – Tepat satu minggu setelah Idulfitri, khususnya masyarakat di daerah Jawa, merayakan Lebaran Ketupat. Tradisi ini tak hanya soal ketupat yang lezat, namun memiliki sejarah dan makna yang mendalam.
Sejarah Lebaran Ketupat diyakini tak lepas dari peran Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo yang berjasa dalam penyebaran Islam di tanah Jawa. Kala itu, masyarakat Jawa masih kental dengan kepercayaan animisme dan dinamisme. Sunan Kalijaga memperkenalkan konsep “puasa” yang sebelumnya belum familiar.
Untuk memudahkan masyarakat memahami dan menjalankan ibadah puasa, Sunan Kalijaga mengajarkan puasa sunah selama enam hari di bulan Syawal. Puasa ini melengkapi ibadah puasa wajib di bulan Ramadhan, sehingga total menjadi puasa selama satu tahun.
Pengenalan puasa Syawal ini kemudian diiringi dengan tradisi Lebaran Ketupat. Istilah “ba’da” atau “bakda” Lebaran yang berarti “sesudah Lebaran” digunakan Sunan Kalijaga untuk menandakan selesainya rangkaian puasa tersebut. Istilah inilah yang kemudian berkembang menjadi Lebaran Ketupat.
Makna Filosofis Ketupat
Lebaran Ketupat tak bisa dilepaskan dari sajian ketupat yang terbuat dari anyaman janur (daun kelapa muda) yang di dalamnya berisi beras. Bentuk anyaman ketupat yang menyerupai bujur sangkar memiliki makna filosofis tersendiri.
Menurut beberapa sumber, anyaman ketupat melambangkan “laku papat” yang dalam bahasa Jawa berarti “empat tindakan.” Empat tindakan ini merujuk pada menahan diri dari ucapan buruk, nafsu, hawa nafsu, dan perbuatan yang merugikan.
Selain itu, anyaman ketupat yang rapat juga dimaknai sebagai “ngaku lepat” yang berarti “mengakui kesalahan.” Ini menjadi simbol untuk saling memaafkan setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa. Makna ini diperkuat dengan tradisi silaturahmi dan saling bermaafan yang kerap dilakukan saat Lebaran Ketupat.
Nasi yang menjadi isian ketupat kerap dimaknai sebagai lambang nafsu. Sementara janur, pembungkus ketupat, diartikan sebagai “jati ning nur” yang berarti “hati nurani.” Filosofi ini menjadi harapan agar manusia mampu mengendalikan nafsu duniawi dengan hati nurani yang bersih.
Lebaran Ketupat: Perayaan Lebaran Kedua
Lebaran Ketupat dirayakan semarak oleh masyarakat, khususnya di daerah Jawa. Ketupat yang sudah matang dihidangkan bersama opor dan berbagai hidangan lainnya. Silaturahmi dan saling bermaafan menjadi tradisi yang tak boleh dilewatkan.
Di beberapa daerah, Lebaran Ketupat juga diwarnai dengan tradisi khusus. Di Betawi misalnya, terdapat tradisi “Lebaran Betawi” yang diisi dengan pawai budaya dan perlombaan. Lebaran Ketupat juga menjadi momen mudik bagi sebagian perantau untuk kembali ke kampung halaman dan berkumpul bersama keluarga.
Lebaran Ketupat tak hanya sekedar perayaan menikmati ketupat yang lezat. Lebih dari itu, tradisi ini sarat dengan makna filosofis dan nilai-nilai luhur. Melalui Lebaran Ketupat, umat Islam diajak untuk terus meningkatkan ketakwaan, saling memaafkan, dan mempererat tali persaudaraan. (*)
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.
Menyukai ini:
Suka Memuat...