Oleh: M. Aminullah
Akhir-akhir ini Cak imin mendapat banyak dukungan maju di pemilu 2019 untuk menjadi Cawapres. Dukungan ini tidak saja terjadi didunia nyata, dukungan pun merembet ke media-media sosial seperti di Twitter, banyak twit yang memberikan dukungannya kepada Cak Imin menjadi cawapres. Anggapan bahwa Cak Imin adalah represenatsi pemimpin zaman now pun hadir dari mulai twit sampai beragam opini, tapi arahnya menjadi seragam yaitu dukungan menjadi Cawapres.
Cak Imin yang hari ini memimpin partai Kebangkitan Bangsa atau disingkat PKB itu, mulai disorot oleh berbagai media maupun pengamat yang memberikan pandangannya terhadap fenomena dukungan terhadap Cak Imin menjadi Cawapres. Dukungan ini melahirkan banyak asumsi seperti Cak Imin akan mendampingi Jokowi pada Pemilu 2019 dan tidak saja mengarah kepada Jokowi, AHY pun muncul menjadi nama yang akan didampingi oleh Cak Imi. Selain menjadi pimpinan PKB, Cak Imin juga menjadi representasi dari tokoh NU hari ini.
Lahir pro-kontra dari berbagai kalangan terkait fenomena dukungan Cak Imin menjadi Cawapres, pada golongan kontra terhadap dukungan cak imin menjadi Cawapres ini bukan sesuatu asumsi dan tak berdasar. Melihat Elektabilitas Cak Imin sebagai tokoh nasional masih dianggap terlampau jauh dari tokoh nasional lainnya seperti Jokowi, AHY, Prabowo, Susi Puji Astuti, Sri Mulyani dan Gatot Numantiyo. Beberapa suvei elektabilitas menyembutkan bahwa Cak Imin mendapat 1% pada tingkat elektabilitas.
Sedangkan bagi para pendukung cak imin menjadi cawapres mendasari dukunganya adalah kekuatan PKB yang juga menjadi salah satu partai kunci bagi siapapun yang menginginkan kursi presiden Republik Indonesia. selain itu, Cak Imin sebagai bagian dari warga NU pun menjadi dasar kuat bahwa cak Imin layak menjadi orang nomer 2 bangsa Indonesia. Kekuatan massa NU yang dianggap paling banyak ini adalah kekuatan yang bisa mengantarkan Cak Imin menjadi orang nomer dua atau bahkan orang nomer satu bangsa Indonesia sebenarnya.
Pada problem pro-kontra ini penulis pun menyepakati bahwa cak Imin memiliki kesempatan lebih untuk menjadi orang nomer dua di Indonesia. Akan tetapi penulis pun tidak menyepakati dukungan cak Imin menjadi cawapres, jika melihat kekuatan yang dimiliki oleh cak Imin sebenarnya mampu mengantarkan cak Imin menjadi orang nomer satu bangsa ini. Selain memiliki kendaraan politik, cak Imin juga memiliki suara akar rumput seperti massa NU yang perlu disolidkan untuk kemudian mendukung Cak Imin.
Soal Elektabilitas jika benar-benar diamati, tidak cukup menjadi pertimbangan bagi siapapun untuk mencalonkan diri pada pemilu, sebab elektabilitas dapat didongkrak jika mesin politik PKB difungsikan secara massif dan bekerja keras. Elektabilitas adalah mereka yang memiliki panggung (jabatan, kekuasaan menduduki struktur penting di negara), melalui panggung itulah elektabilitas dapat didongkrak. Cak Imin pada dasarnya tidak seperti AHY yang mendapatkan panggung menaikkan elektabilitas pada pilgub DKI 2017, Sri Mulyani dengan elektabilitas tinggi pun disebabkan panggung politik sebagai menteri keuangan begitupun dengan Jenderal Gatot Nurmantiyo adalah tokoh dengan elektabilitas tingga sebagai Jenderal TNI republik Indonesia. Artinya seluruh tokoh yang mulai meningkat elektabilitasnya adalah orang-orang yang memiliki panggung di jabatan masing-masing.
Membaca Kekuatan; Cak Imin For RI 1
Hadirnya Cak Imin sebagai salah satu tokoh yang dijagokan oleh para pendukungan untuk menjadi cawapres mulai banyak dibicarakan oleh banyak kalangan. Melihat ini setidaknya cak Imin memiliki dua kekuatan besar yang dapat membawa cak Imin menduduki kursi penting pemerintahan yaitu PKB sebagai partai kunci di pemilu 2019 dan kekuatan massa NU yang menduduki sebagian besar penduduk Indonesia. dua kekuatan ini menjadi modal awal cak Imin untuk menduduki kursi penting pemerintahan.
PKB dengan meraih kursi DPR yaitu 47 kursi atau 8,4% menjadikan partai ini menduduki posisi ke enam ditingkat nasional. Melalui 47 kursi dengan 9.481.621 suara, artinya PKB setidaknya memiliki sumbangsaih 50% dari persyarakat minimum pencalonan presiden. Hal ini diungkapkan oleh pengamat politik Universitas Jayabaya Lely Arrianie pada media Jawa Pos, jika berdasarkan pada Undang-undang Pemilu serentak 2019, pada rapat DPR menyepakati paket A yaitu ambang batas pencalonan presiden 20%, inilah yang membuat PKB memiliki posisi tawar kuat bagi siapapun yang mencalonkan diri sebagai presiden nantinya.
Kekuatan yang dimiliki oleh PKB ini tidak bisa dibilang sebagai kekuatan yang tidak mempengaruhi kemenangan pada Pilpres 2019 nanti, kekuatan PKB akan mampu memberikan sumbangsih suara yang cukup signifikan. Tugas selanjutnya yang harus di lakukan oleh Cak Imin adalah memasifkan seluruh mesin partai yang dimiliki oleh PKB untuk bekerja menyambut Pilpres 2019, apalagi Cak Imin sebagai ketua umum menargetkan minimal 100 kursi di DPR pada tahun 2019 nanti. Maka perlu memaksimalkan seluruh kekuatan yang dimiliki oleh PKB dan kekuatan Cak Imin sendiri sebagai tokoh nasional sekaligus warga NU.
Modal ini dapat mengantarkan cak Imin menuju RI 1 (satu) dengan syarat memaksimalkan mesin partai dan mengharapkan manuver lebih dari Cak Imin sendiri, seluruh pendukung jika berhasil menokohkan Cak Imin sebagaimana yang dilakukan oleh pendukung Jokowi sehingga mampu mengantarkan Jokowi menjadi orang nomer satu bangsa Indonesia. Untuk menjelaskan kerja-kerja politik Jokowi, para pendukung serta mesin partai PDIP juga tak perlu dilakukan oleh penulis, sebab Cak Imin serta para simpatisannya lebih paham mengenai cara-cara memenangkan Jokowi pada 2014 lalu.
Untuk selanjutnya, Cak Imin jika mampu mengunci suara-suara kaum Nahdiyyin untuk satu suara mendukung Cak Imin, maka sudah saatn ya Cak Imin dan seluruh pendukungnya menaikkan target mendukung Cak Imin menuju RI 1. Kekuatan massa NU siapapun tahu seberapa besar kekuatan massa Nahdiyyin yang jelas mampu mengantarkan siapapun menjadi presiden RI. Melihat sejarah Mbah Hasyim juga pernah ditawarkan oleh Jepang menjadi presiden, saat Jepang menjajah Indonesia. artinya Jepang melihat potensi mbah Hasyim dengan massa ormas NU, ini manuver politik Jepang untuk meredam perlawanan masyarakat Indonesia yang banyak lahir dari tradisi NU, menjadi volentir NU.
Selain itu juga politik nasional yang cair juga dapat menjadi landasan untuk Cak Imin dan pendukungnya menargetkan kursi RI 1 untuk Cak Imin, dengan syarat yang telah saya ulas diatas. Bukan hal yang mudah memaksimalkan mesin partai untuk bekerja serta menyatukan massa NU menjadi satu suara pada pemilu, akan tetapi jika hal yang sulit itu berhasil dilakukan oleh Cak Imin maka bukan mimpi belaka untuk menjadi presiden Republik Indonesia. “Bermimpilah setinggi langit, jika pun kamu jatuh, diantara bintang bintang” (Ir. Soekarno).
*Penulis Adalah Putra Nusa Tenggara Barat (NTB).
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.
Menyukai ini:
Suka Memuat...