Oleh: Moh. Ariyanto Ridwan
Ada satu fenomena menarik yang belakangan mencuat pasca terlewatnya beragam peristiwa politik di negeri ini. Sosok A. Muhaimin Iskandar tiba-tiba menggelembung menjadi figur muda yang digadang-gadang sebagai pemimpin paling siap melaju dalam perhelatan Pilpres 2019 mendatang. Beragam dukungan terhadap sosok yang akrab disapa Cak Imin ini lahir dari proses panjang yang melatarbelakangi semenanjung karir kepemimpinannya dalam banyak sektor.
Rupanya kerinduan anak bangsa pada pemimpin muda bagi negeri Indonesia hendak sampai pada cita-citanya. Cak Imin mencuat sebagai alternatif dari krisis kepemimpinan yang menimpa dalam setiap perhelatan politik bangsa ini. Berada dalam lingkungan salah satu keluarga pendiri Nahdhatul Ulama (NU) mengantarkannya sebagai figur yang memiliki basis dukungan tetap dan besar. Posisi Cak Imin sebagai ketua Partai Kebangkitan Bangsa juga telah memberinya peluang besar memimpin bangsa ini dan dapat dijadikan indikator utama atas alasan terpilihnya menjadi pemimpin di masa akan datang.
Beragam gelar telah disematkan kepada Cak Imin, tanda bahwa ia makin dirindukan sebagai penglima nusantara. Anugrah Sayyidul Imam Surya Negara dari penasehat kota Lubuklinggau, Panglima Santri dari seluruh santri se-kabupaten Jember dan penyematan gelar Honoris Causa (HC) bidang sosial politik dari Universitas Airlangga Surabaya memperteguh idealnya figur muda dalam usia dan panjang dalam pengalaman di dalam diri Cak Imin.
Matang dalam Usia Muda
Cak Imin lahir di Jombang, 24 September 1966 silam dan besar dalam masyarakat multi etnis, agama dan budaya. Sejak menjadi mahasiswa telah aktif sebagai pemimpin organisasi yang lahir dari tradisi pesantren. Walau dalam usia muda, keberpihakannya dalam multi etnis, agama dan budaya Indonesia telah direkam dalam banyak karyanya. Prinsip yang dijalaninya tak jauh dari apa yang telah disampaikan panutan sekaligus penggembleng teguhnya karir kepemimpinanya yakni Gus Dur (K.H. Abdurrahman Wahid) bahwa kepemimpinan dalam politik harus berlandaskan persaudaraan dalam agama dan kemananusiaan.
Kamatangannya dalam usia muda ditempa dalam jangka waktu yang lama dan proses yang berat. Sejak mahasiswa Cak Imin telah banyak menempuh perjuangan dengan teguh di garda depan mendampingi masyarakat pinggiran dan tertindas. Melawan setiap ketidak-adilan dan memperjuangkan kesejahteraan. Keterlibatannya dalam dunia politik sejak orde baru hingga reformasi menjadi satu identitas kedewasaan Cak Imin berpolitik.
Dalam sosok Cak Imin tercermin satu identitas yang mewakili seorang santri, menjadi bagian dari intelektual organik yang berorientasi pada perubahan yang dinamis dan maju. Konsistensinya pada masyarakat pinggiran termaktub dalam jati dirinya sebagai seorang santri yakni dapat memberi solusi atas ekonomi kerakyatan di antara pasar lokal dan modern. Penghapusan PPN 10% bagi petani tebu menjadi satu bukti nyata bahwa Cak Imin memiliki visi kepemimpinan yang konsisten sejak usia muda.
Spiritualis Berwibawa
Di tengah keberagaman konflik dan persoalaan kebangsaan lainnya, Cak Imin menyadari ada satu identitas yang kian pudar dalam jati diri generasi bangsa yakni iman. Cak Imin dengan cerdas dan peka melihat fenomena kebangsaan yang bekembang dari ritus demografi yang berjalan. Tidak salah bila Cak Imin mendapat gelar pejuang dan panglima santri sebab ia adalah seorang visioner-spritualis yakni utuh dalam beriman, tajam menghadapi dan mewujudkan perubahan.
Spritualitas Cak Imin tercermin dalam setiap keputusannya mendamaikan negeri. Nusantara mengaji adalah bukti dialektis-aplikatif untuk mengisi dahaga iman setiap jati diri anak bangsa. Kesadaran akan beridirnya negara Indonesia yang tidak terlepas dari kebesaran dan ke-Esa-an Tuhan kembali dikampanyekan tanpa harus saling senggol. Identitas kebangsaan dari sila pertama yang kian pudar diselami sebagai bagian dari jawaban atas setiap problematika kebangsaan di tengah kemajuan pengetahuan dan nalar yang kritis tapi tak kunjung menjadi solusi.
Demikianlah soerang A. Muhaimin Iskandar yang sangat mencintai sholawat nariyah, dimana maksud dari gerakan jutaan sholawat tersebut sebagai wujud doa dari iman seorang muslim bahwa panasnya konflik identitas dalam negeri mesti didamaikan dengan damai dan doa, dimana dalam hal yang sama telah dilakukan oleh kelompok lain dalam peribadatannya. Saatnya semua pihak menyadari bahwa membangun bangsa tidak boleh congkak; hanya dengan nalar dan kejeniusan pengetahuan, tetapi ada unsur utama yakni kebesaran Tuhan yang musti kembali disadari.
Kewibawaan suami dari Rustini Murtadho tercermin dalam kepemimpinan sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Tramsmigrasi (2009-2014) serta Wakil Ketua DPR RI (1999-2009). Cak Imin selalu memandang bahwa menjadi pribadi yang baik dan terus lebih baik adalah modal manusia hidup di bumi. Menurut Cak Imin, kesederhanaan, moderat dan santun telah mempersatukan semua bangsa menjadi Indonesia.
Tangguh dalam Berpolitik
Kiprah Cak Imin dalam dunia politik dimulai pada tahun 1990. Sebagai soerang aktivis dan politisi muda yang dekat dengan Gus Dur, tentu memberikannya kesempatan dalam menjalankan berbagai strategi khusus waktu itu. Ketangguhan Cak Imin dalam berpolitik dapat dicatat prosesnya dari elemen paling dasar yakni Ketua BPM UGM, Ketua PMII Cabang Yogyakarta, Ketua Umum PB PMII, Sekjen DPP PKB, Ketua PKB dan Ketua Umum DPP PKB hingga saat ini.
Kecerdasan, kesabaran dan kesantunan memainkan peran di internal partai telah memberi cukup pengaruh atas harmonisnya hubungan politik di tubuh PKB dan NU. Saat banyak pihak menudingnya bersenggolan dengan Gus Dur, justru Cak Imin dengan matang memandang ia sedang diuji oleh gurunya seberapa pantas ia menjadi pemimpin di masa depan. Dan terbukti ujian tersebut menempa dirinya menjadi politisi tangguh yang berjiwa Gus Dur.
Ketangguhan, kematangan, kecerdasan dan kesantunannya berpolitik membangun negeri telah mengantarkan Cak Imin menjadi satu-satunya dari generasinya yang layak menjadi bagian dari pemimpin negeri. Mengingat figur pemuda dalam dunia politik telah banyak gugur digeser dan dijebloskan ke dalam dinginnya sel tahanan negara, Cak Imin justru terbukti tangguh dan matang dalam memainkan peran santun ke banyak generasi (tua). Kali ini Cak Imin telah ideal menjadi sorang pemimpin yang siap berdampingan dengan siapapun guna membangun Indonesia yang spritualis dan berkemajuan.
*Penulis Penggagas Padepokan Jokotole (Lingkar Kajian Strategis Kedaerahan Mahasiswa Sumenep Yogyakarta), saat ini aktif sebagai Pimpinan Redakasi Majalah Nusantara Disdikpora.
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.
Menyukai ini:
Suka Memuat...