Seiring dari perkembangan zaman serta kemajuan teknologi yang kian cepat adalah sebuah tuntutan zaman yang tidak bisa kita tolak bersama. Teknologi adalah bagian dari kehendak zaman yang tak terhindarkan, kadang sesuatu yang diciptakan tergantung pada pemaknaan yang menggunakan atau memanfaatkan. Begitu pun dengan hari ini, teknologi yang kita ciptakan akan ternilai negatif apabila kita gunakan dengan hal-hal yang negatif seperti menyebarkan fitnah, hoax lewat media sosial yang kini tersedia di Smartphone kita masing-masing, begitu sebaliknya bahwa jika kita menggunakan kemajuan teknologi dengan melakukan hal-hal positif menebarkan cinta, maka dalam kehidupan diera digitalisasi ini kebaikan akan kita dapatkan bersama.
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan beragama ini kita perlu pula memanfatkan teknologi sebagai sebuah instrumen yang dapat memajukan kehidupan berbangsa dan dapat bermanfaat bagi keberlangsungan dakwah keagamaan. Patut dicontoh salah satu elemen bangsa yaitu dua Ormas terbesar yaitu Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah juga turut memanfaatkan digital sebagai salah satu media dakwah Islam. NU-Muhammadiyah turut memanfaatkan digital bukan saja sebagai media dakwah akan tetapi menjadi media yang dapat mendidik masyarakat akan pemahaman Islam yang utuh dan ramah.
Kini kita mulai merasakan dan melihat era baru dari dakwah sebagai sebuah transformasi dakwah di era digital. Di mana masyarakat dapat mendalami ilmu-ilmu alat melalui layanan digital yang telah dikeluarkan oleh NU yaitu seperti arab pegon, kitab-kitab referensi sebagai rujukan dalam mendalami Islam yang utuh. Kita juga dimudahkan melalui layanan digital, pengikut dua Ormas ini dapat mengabdi kepada para pengikut atau kadernya melalui layanan yang dapat mendidik masyarakat secara luas.
Tak perlu ragu akan pemaknaan Islam yang ramah dan toleran kepada NU dan Muhammadiyah, sejak didirikan oleh masing-masing tokohnya dua Ormas ini telah hidup dan berkembang mangajarkan mendalami Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Artinya ajaran keagamaan dua Ormas ini tidak bertentangan dengan bangsa dan negara. Melalui program layanan digital, pemerintah sangat terbantu oleh dua Ormas ini sebab layanan digital menyerukan kepada kebaikan agama, cinta tanah air dan jelas dengan cara-cara yang santun tanpa membuat umat terpecah belah.
Wajah Islam Dalam Bingkai Digital.
Penggunaan media konvensional hari ini mulai terganti oleh dunia digital, penyebaran informasi yang mulai cepat, bahkan merambat pada pemanfaatan digital pada bidang jual-beli pun mulai mendapatkan pasarnya di Indonesia. sebagai bangsa dengan mayoritas konsumen teknologi seperti Smartphone, Indonesia sangat berpeluang memanfaatkan teknologi untuk mendorong ekonomi bangsa serta dapat dimanfaatkan untuk mendakwahkan Islam yang ramah sebagai bagian dari wajah Islam Nusantara yang telah ditunjukkan oleh ulama-ulama terdahulu.
Umat Islam membuktikan diri tidak pernah menutup diri dengan kemajuan jaman hari ini, melalui NU-Muhammadiyah yang melakukan perubahan dakwah yang memanfaatkan digital adalah bukti nyata. Apalagi dengan NU yang dikenal sebagai orang-orang kolot, kaum sarungan, kaum tradisionalis itu. Wajah serta identitas yang ditunjukkan oleh orang-orang NU bukan berarti membuktikan bahwa sikap dan pemikrannya juga kolot, tidak maju.
Hari ini, melalui era digital bahwa gagasan besar tentang Islam Nusantara dapat dibingkai melalui pemanfaatan terhadap kemajuan teknologi. Islam Nusantara dapat dibingkai melalui media-media online, bisa berbentuk e-book atau bahkan bisa dalam bentuk aplikasi. Layanan digital dua ormas ini diharapkan mampu meng-counter gagasan Islam dengan wajah yang marah, menepis pemahaman radikal dalam Islam melalui kelompok yang bahkan ingin mendirikan negara Islam di Indonesia. dengan banyaknya yang menggunakan teknologi smartphone ini, dakwah Islam yang ramah dapat tersampaikan kepada masyarakat melalui pemanfaatan digital.
Keberlangsungan Dakwah.
Perkembangan jaman tidak bisa kita tolak ataupun kita hindari, bahwa setiap tuntutan jaman harus kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan jaman tanpa terbawa oleh arus jaman. Ini adalah salah satu prinsip dakwah Islam awal di nusantara yang pernah ditunjukkan oleh Walisongo. Kehadiran Islam di nusantara adalah sebuah proses yang unik dibanding dengan penyebaran Islam dibeberapa negara. Kecondongan mendakwahkan Islam tanpa merubah atau bahkan merusak tradisi masyarakat nusantara yang telah menyejarah, bahkan walisongo berhasil meng-islamisasikan budaya lokal masyarakat pribumi, seperti wayang digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk memperkenalkan tokoh serta cerita dari agama Islam.
Keramahan dan sikap toleran dalam mendakwahkan Islam menjadi sangat besar ditunjukkan oleh walisongo seperti sejarah dakwah Sunan Kudus yang menghormati salah satu agama yang menyucikan Sapi. Dengan adanya salah satu agama yang menghormati Sapi, maka Sunan Kudus menyarankan pengikutnya untuk menyembelih Kerbau pada hari raya kurban. Prinsip ini tidak akan pernah berubah walau jaman semakin pesat berkembang maju, instrumen berdakwah boleh saja berubah seperti menggunakan teknologi digital akan tetapi prinsip mendakwahkan atau menyebarkan Islam tetaplah ramah serta penuh toleran. Ini adalah prinsip yang tidak bisa kita ubah sebab manfaatnya sangat besar bagi pandangan masyarakat terhadap Islam itu sendiri.
Di NU pun memiliki hal yang serupa denga prinsip “ Menjaga Tradisi Lama Yang Baik dan Mengambil Tradisi Baru Yang Lebih Baik “, ini adalah prinsip yang dimiliki oleh NU. Maka sah-sah saja menfaatkan era digital dalam berdakwah. Jaman boleh berubah, akan tetapi tugas kita untuk berdakwah menyerukan kepada kebaikan harus tetap kita lakukan. Dalam keberlangsungan berdakwah memanfaatkan digital adalah langkah yang tepat serta inovatif yang dilakukan oleh NU dan Muhammadiyah.
*Penulis Anggota LAKPESDAM PCNU Kota Yogyakarta
Wakil Ketua Lakspesdam NU Kota Yogyakarta, Kader PMII Jogja
Menyukai ini:
Suka Memuat...