SERIKATNEWS.COM – Dalam acara yang dikemas menarik via Zoom dan streaming YouTube oleh PUSPPA dalam program ngaji bareng PUSPPA, banyak khasanah keilmuan yang baru dan seru untuk dimunculkan, diolah, dan dikembangkan.
Seperti halnya melihat fenomena santri virtual ataupun santri YouTube yang marak di era milenial ini. Gus Izzul sebagai narasumber secara sederhana melihat santri adalah orang yang pernah mondok, tetapi dalam perspektif dikotomis santri bisa dibagi menjadi dua, yaitu santri kalong (santri yang menuntut ilmu di pesantren tanpa menginap atau tinggal di pondokan) dan santri mukim yaitu santri yang tinggal menginap di pesantren dan 24 jam menimba ilmu pada sang kiai di pesantren tersebut.
Secara umum, saat ini santri dimaknai sebagai sebuah totalitas ghirah atau semangat dalam menuntut ilmu agama juga sikap taat pada dhawuh atau perintah kiai. Sehingga untuk disebut santri, sekarang tidak harus mondok di pesantren secara langsung. Cukup dengan istiqomah belajar dan menerapkan ilmu agama yang didapatkan via pengajian online oleh kiai di YouTube atau media internet lain pun sudah cukup disebut santri.
Meskipun tentu saja masih tidak dipandang ideal karena ada aspek kehilangan esensi tatap muka dalam pembelajaran dan ngalap barokahnya pada sang kiai. Dalam kalimat lain, ada ungkapan nadzrul alim ngibadatun melihat orang alim adalah ibadah, hal demikian yang membuat banyak yang menekankan pentingnya secara langsung ngaji di pondok pesantren karena itu lebih baik.
Apa pun medianya, menjadi seorang santri baik virtual atau langsung tidak sembarangan, harus memahami sanad keilmuan kiai yang diikutinya, harus tahu bahwa sanad keilmuan kiainya terhubung kepada Baginda Rasulullah Saw. Sanad ini penting karena sanad merupakan sandaran, urutan dalam memahami agama secara benar dan tidak menyimpang.
Adanya sanad menunjukkan kebertanggungjawaban, kepercayaan, dan sesuatu yang bisa jadi pegangan. Dengan melihat perkembangan di dunia digital saat ini, di mana muncul istilah sematan pada santri seperti santri YouTube, santri virtual, santri Google dan sebagainya, maka memastikan bahwa guru ataupun kiai yang diikuti dari media di atas memiliki sanad keilmuan yang menjadi ikatan ketersambungan ilmu agama yang disampaikan pada risalah yang dibawa oleh Rasulullah Saw. menjadi sangat relevan.
Hal tersebut diperlukan, sehingga siapa pun yang ingin nyantri secara online, tidak asal ngaji di YouTube dengan sembarang orang tanpa tahu profilnya sebagai santri ataupun kiai. Gus Baha adalah contoh santri dan kiai yang sanad keilmuannya jelas hingga bersambung pada Baginda Rasulullah Saw.
Gus Izzul sebagai narasumber juga memberi penekanan bahwa mayoritas masyarakat memahami bahwa yang dikatakan santri ya harus pernah menuntut ilmu di pondok, tetapi pengertian lebih luas menunjukkan bahwa santri itu merupakan perilaku, sebuah totalitas untuk setia pada pembelajaran agama, menjunjung nilai agama dan menerapkan akhlak mulia.
Contoh kecil perilaku santri bisa dilihat dari takdzim juga sopannya saat bertemu dengan orang yang lebih tua apalagi dengan orang yang berilmu atau guru-gurunya.
Santri lebih kepada lelaku, perilaku, bukan sekedar simbol atau bahkan profesi. Santri bukan tentara, bukan dokter bukan guru, bukan petani, dll. Namun, banyak tentara, guru, petani, dan banyak lainnya yang berperilaku santri.
Artinya santri bukan profesi apalagi sebatas simbol bukti seseorang pernah belajar di pesantren, tetapi lebih dari itu, santri adalah cerminan perilaku saleh yang berlandaskan nilai agama, yang menjadi sikap dan dipraktikkan di sekitar kita.
Dosen UIN Sunan Kalijaga dan Divisi Media LPA Klaten