SERIKATNEWS.COM – Wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar mengumpulkan para ahli dan praktisi pangan untuk menyusun renca kerja atau sebuah blue print untuk pemerintahan yang akan datang. Dalam acara “Simposium Panel Ahli Pangan: Krisis Pangan dan Skenario Masa Depan Indonesia” tersebut, Muhaimin berharap setidaknya akan terjawab beberapa persoalan mengenai tantangan Indonesia dalam ancaman krisis pangan.
“Sebagai gambaran, kita harus mampu menjawab beberapa pertanyaan pokok berikut ini. Mengapa Indonesia dengan lahan pertanian yang relative luas, masih belum mandiri dalam hal pangan? Mengapa harga daging sapi kita masih mahal? Mengapa kita masih mengimpor kedelai?” ujar Muhaimin dalam keynote speech-nya di Jakarta, Selasa 30 Agustus 2022.
Adapun pakar yang hadir dalam symposium tersebut adalah Rektor IPB Arif Satria, Pendiri Core Indonesia Hendri Saparini, Guru Besar Ekonomi Pertanian UniversitasBengkulu Andi Irawan, Thomas Darmawan dari Apindo dan Jurnalis Kompas Andreas Maryoto.
Muhaimin atau akrab disapa Cak Imin itu menuturkan, tantangan selanjutnya adalah produktivitas pertanian Indonesia yang masih belum maksimal menjaga ketahanan pangan nasional. Angka prevalensi ketidakcukupan pangan (Prevalence of Undernourishment/PoU) dari BPS tahun 2021 sebesar 8,49%. Angka tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Meski ada perbaikan pada 2018 dan 2019, tetapi ketidakcukupan pangan meningkat kembali pada 2020, akibat efek pandemi.
Menurutnya, peningkatan kekurangan pangan akan sejalan dengan peningkatan angka kemiskinan. “Sejauh mana dan teknologi apa yang harus kita dopsi agar produktivitas pangan kita semakin tinggi? Sejauh mana reforma agraria sudah berjalan? Apa saja kendala kendala kunci bagi akses dan pemilikan lahan bagi petani-petani Indonesia?” ungkapnya.
Lebih lanjut, Muhaimin pun menyoroti masalah efektifitas subsidi yang diberikan oleh pemerintah selama ini. “Sudah tepatkah subsidi pangan dan pertanian selama ini? Mana yang lebih baik antara subsidi produsen atau subsidi konsumen? Sejauh mana besaran subsidi pangan kita dibandingkan negara G20 dan OECD? Apakah petani mudah memproleh pupuk dan bibit? tuturnya.
Muhaimin juga menyampaikan, simposium kali ini diharapkan ada evaluasi terhadap kerja-kerja aparatur negara dalam menjaga ketahanan pangan. “Apakah data-data yang ada sudah kredibel dan dapat dipercaya? Apakah pilihan-pilihan kebijakan yang selama ini digunakan efektif dan mencukupi? Apakah intitusi-intitusi pangan kita sudah bekerja dengan baik efektif?” ujarnya. (*)
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.
Menyukai ini:
Suka Memuat...