AMBON,SERIKATNEWS.COM- Kegiatan International Interfaith Dialogue dan Pertemuan Nasional Senior GMKI akan membahas hal-hal strategis dalam menjaga nilai-nilai toleransi dan perdamaian dunia.
Ketua Umum Pengurus Pusat GMKI, Sahat Martin Philip Sinurat menyampaikan bahwa kita harus mewujudkan masyarakat yang toleran dan damai agar kita bisa maju membangun peradaban bersama.
“Pentingnya kita sebagai anak bangsa untuk menjaga toleransi, kerukunan dan keharmonisan bangsa. Salah satu caranya adalah dengan mengenal dan memahami satu sama lain. Dengan kondisi bangsa yang majemuk dan dinamis ini saya ingin menekankan bahwa pemahaman lintas budaya adalah kemampuan yang dibutuhkan pemuda saat ini,” kata Sahat pada saat pembukaan di Taman Budaya, Ambon pada hari Kamis (16/11).
Menurut Sahat, dialog merupakan salah satu cara efektif dalam mewujudkan toleransi di dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Tapi sebelumnya penting untuk mengetahui bagaimana kebudayaan dan kebiasaan dari setiap orang sehingga komunikasi tidak berbenturan dengan budaya di setiap negara atau daerah.
“Kita harus mampu mengatasi permasalahan intoleransi dengan pendekatan budaya lokal, mengedepankan dialog dan menerima kondisi bangsa yang majemuk sehingga mampu merawat ke-Bhineka Tunggal Ika-annya. Semua itu demi Indonesia yang dicita-citakan, Indonesia yang mampu menghadirkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya,” kata dia.
Sementara itu, Wakil Ketua Federasi Mahasiswa Kristen Dunia Regional Asia Pacific (WSCF Asia Pasific) Saman Jayasuriya dari Sri Lanka menyampaikan bahwa kegiatan dialog lintas agama yang dilakukan oleh GMKI perlu dilakukan mengingat kondisi intoleransi merajarela bukan hanya di Indonesia tetapi di berbagai negara lainnya.
“Dialog seperti ini perlu dilakukan sehingga pemuda dari berbagai negara dapat berbagi pengalaman bagaimana nilai toleransi dan perdamaian dapat diwujudkan di seluruh dunia,” kata dia.
Menteri Agama yang diwakilkan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Kementerian Agama RI, Prof. Thomas Pentury mengatakan bahwa beberapa tahun terakhir ini persoalan-persoalan yang terkait umat beragama dan antar agama menjadi perhatian berbagai kalangan termasuk pemerintah.
“Munculnya gejala-gejala dan kondisi harmonisasi kerukunan beragama. Berbagai bentuk dan varian diskriminasi sosial yang terjadi atas nama agama kemudian coba diselesaikan melalui kebijakan dan program pemerintah atau setidaknya kebijakan ini menjadi pendorong bagi terciptanya suatu kehidupan umat beragama yang harmonis dan membangun jaringan kerja sama antar umat beragama di seluruh Indonesia,” kata dia.
Menurut mantan Rektor Universitas Pattimura ini, perbedaan di antara masyarakat dapat mengakibatkan gesekan seperti konflik agama, etnis, ataupun karena kesenjangan ekonomi.
“Gerakan pemuda atau mahasiswa khususnya GMKI harus berperan menjaga keberagaman dan menjalin persatuan. Kami juga mengingatkan kepada pemuda dan mahasiswa bahwa agama apapun di dunia ini pada hakikatnya mengajarkan tentang kasih dan perdamaian. Pemuda menjadi generasi penerus yang harus selalu mengingat pentingnya perdamaian bagi peradaban Indonesia dan dunia,” tutup Dirjen Bimas Kristen dilanjutkan dengan membuka International Interfaith Dialogue dan Pertemuan Nasional Senior di Ambon didampingi Ketua Panitia dan Ketua Umum Pengurus Pusat GMKI.
“Hadir dalam kegiatan ini, 24 peserta internasional yang berasal dari 19 negara, 115 peserta dari berbagai daerah dan organisasi kepemudaan dari seluruh Indonesia, serta 130 senior GMKI dari seluruh Indonesia”, tutup Sahat. (MKR)
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.
Menyukai ini:
Suka Memuat...