Ponpes Lirboyo Kediri: Pesantren Yang Mengajarkan Kebencian, Bukan Pesantren Khas Indonesia
Penulis: Serikat News
Jumat, 6 Oktober 2017 - 02:46 WIB
Foto: kunjungan Parade Kebangsaan di Kediri, selain diterima oleh Pengurus Pondok Pesantren Lirboyo
SERIKATNEWS.COM-Negara ini adalah NKRI, bukan negara Islam. Maka NU ataupun Pondok Pesantren Lirboyo tidak akan menolak perbedaan yang ada di Indonesia. Perbedaan adalah sunatullah, fitrah. Dengan itu juga, seluruh umat beragama di Indonesia haruslah bersatu menciptakan kebaikan bersama, ujar Ibrahim Ahmad Hafidz, cicit Alm KH. Abdul Karim, pendiri Pesantren Lirboyo, saat menerima rombongan GMKI pada hari Rabu, 4 Oktober 2017.
Gus Ibrahim yang ditemani para pengurus Ponpes menyampaikan keterbukaan dan sukacitanya atas kedatangan GMKI ke salah satu pondok pesantren ‘salafi’ yang saat ini memiliki 19 ribu santri. Pondok ini sendiri telah berdiri sejak 1910.
“Para santri yang mondok di sini berasal dari daerah di seluruh Indonesia, mulai dari Aceh sampai Papua, bahkan ada juga dari luar negeri. Di sini mereka belajar memahami dan menghargai keberagaman. Di Lirboyo, para santri belajar tentang sejarah NU yang turut andil mendirikan Indonesia, sehingga para santri pasti berpikiran moderat dan toleran. Jika ada pesantren di luar sana yang justru mengajarkan sekat-sekat perbedaan dan kebencian, itu pasti bukan pesantren khas Indonesia,” kata Gus Ibrahim.
Selain berkeliling dan berinteraksi dengan para santri, GMKI dan Pengurus Pesantren berdialog tentang pesoalan kebangsaan serta isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI).
“Kami tetap waspada dengan isu ini namun tidak akan mudah terpancing dengan gorengan elit. Apalagi satu-dua tahun ke depan adalah tahun politik, bisa jadi isu kebangkitan PKI ini juga hanya mainan kelompok tertentu. Karena agama sekarang ini sering digunakan oleh elit untuk kepentingan politik,” ujar Adibussholeh Anwar yang juga merupakan cicit dari KH. Abdul Karim.
Ketua Umum Pengurus Pusat GMKI, Sahat Martin Philip Sinurat mengapresiasi komitmen Pesantren Lirboyo dalam menjunjung tinggi nilai-nilai ke-Indonesiaan dan Pancasila. Apalagi para santri yang selesai dari Pesantren Lirboyo akan kembali ke daerahnya masing-masing di seluruh Indonesia.
“Kami berharap para pimpinan pesantren dapat terus memberikan didikan dan teladan kepada kami semua. Sehingga para santri, anggota-anggota GMKI, dan para pemuda dan mahasiswa Indonesia lainnya akan dapat bergotong-royong membangun Indonesia di masa depan,” ujar Sahat.
Sekretaris Umum GMKI, Alan Christian Singkali menambahkan, “apapun perkara yang mendera bangsa saat ini dan di masa depan, itu adalah tanggung jawab bersama. Karena negara ini adalah konsensus antara tokoh-tokoh pendiri negara, termasuk tokoh agama saat itu. Maka konsep Hubbul Wathon Minal Iman yang diyakini oleh sahabat NU boleh kami kaji sehingga menjadi nilai hidup yang perlu diejawantahkan di Indonesia”.
Pada kunjungan Parade Kebangsaan di Kediri, selain diterima oleh Pengurus Pondok Pesantren Lirboyo, rombongan GMKI juga disambut oleh Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kediri. Setelah menginap semalam di Ponpes, rombongan juga berziarah ke Makam Bung Karno di Blitar, kemudian melanjutkan kunjungan ke Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. (SMH)
JAKARTA – Transformasi digital menjadi penggerak utama ekonomi nasional, menciptakan peluang kerja baru, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Fondasi utama untuk
JAKARTA – Kementerian Koperasi (Kemenkop) meluncurkan logo baru setelah berpisah nomenklatur dengan Kementerian UMKM. Logo ini sebagai simbol transformasi dan
SURABAYA – Aliansi Pemuda Optimis Indonesia (APOI), sebuah organisasi kepemudaan baru, resmi dideklarasikan pada Kamis (12/12/2024) di Rumah Bhineka, Surabaya.
YOGYAKARTA – Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta masuk dalam jajaran 25 universitas terbaik di Asia untuk bidang Theology/Divinity/Religious
JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto memberikan apresiasi tinggi terhadap mekanisme pengendalian inflasi. Dinilainya sebagai inovasi besar dalam tata kelola ekonomi