Oleh: Luqman Hakim (Kader Aktif HMI Komisariat Istiqlal UIM)
SEBAGAI organisasi mahasiswa Islam tertua di Indonesia, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) memiliki pengaruh besar dalam sejarah pergerakan nasional. Sejarah telah mencatat bahwa latar belakang berdirinya HMI tidak lepas dari perjalanan bangsa Indonesia, dan sampai saat ini HMI masih eksis di Indonesia. Sejak didirikannya pada tahun 1947, HMI telah berperan dalam berbagai momen penting dalam sejarah Indonesia, seperti perlawanan terhadap kolonialisme, reformasi, dan berbagai gerakan sosial lainnya.
Refleksi panjang akan eksistensi HMI dalam diskursus keislaman dan keindonesiaan tidak lepas dari semangat juang kader dalam menjaga perkaderannya. Sebagai wadah pembinaan intelektual dan moral bagi mahasiswa Islam, HMI memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk kader-kader yang kritis, peduli terhadap sosial, serta berkomitmen terhadap nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Kualitas lima insan cita harus mampu diaplikasikan dari transformasi diri ke transformasi sosial, dari insan cita ke masyarakat cita, dan HMI harus mampu menjawab tantangan zaman.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, penting bagi kader HMI untuk melakukan otokritik terhadap dirinya sendiri. Refleksi ini diperlukan untuk memastikan bahwa HMI tetap relevan dan mampu menjawab tantangan zaman.
Menghadapi Tantangan Internal
Dalam beberapa dekade terakhir, HMI sering menghadapi masalah terkait fragmentasi dan perpecahan internal, baik karena perbedaan ideologis maupun kepentingan politik. Persaingan antar faksi dan konflik kepentingan di antara anggota terkadang menghambat efektivitas organisasi dalam menjalankan perannya. Contohnya terkait pengajuan SK Kepengurusan Cabang yang tidak kunjung selesai yang berakibat pada vakumnya kegiatan HMI yang terus merembet pada persoalan komisariat-komisariat yang ada. Hal ini tentunya sangat merugikan, mengingat tujuan awal HMI adalah membangun solidaritas di antara mahasiswa Islam untuk memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
Dalam konteks otokritik, HMI perlu mengakui bahwa permasalahan internal ini berpotensi melemahkan daya gerak organisasi. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan upaya serius untuk memperkuat kembali semangat kolektivitas dan memperjelas tujuan bersama. Butuh ketegasan dan kebijakan yang jelas dari institusi terkait utamanya PB HMI dalam merespons persoalan ini. Penekanan pada nilai-nilai persatuan dan kesadaran kritis di kalangan anggota sangat penting agar organisasi ini dapat kembali menjadi kekuatan yang solid dalam memperjuangkan isu-isu sosial dan keagamaan.
Kaderisasi dan Penurunan Kualitas Intelektual
Selain masalah internal, tantangan lain yang dihadapi HMI adalah penurunan kualitas intelektual kader-kadernya. Sebagai organisasi yang didirikan untuk membentuk mahasiswa intelektual yang kritis, HMI memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kualitas kaderisasi. Namun, seiring berjalannya waktu, muncul kritik bahwa HMI mengalami penurunan dalam hal kualitas kaderisasi intelektual. Sebagaimana yang disampaikan oleh Arif Rasyid bahwa degradasi intelektualitas dan progresifitas organisasi tampak mulai mengkhawatirkan. Rumitnya permasalahan yang sedang HMI alami mengharuskan kita lebih sabar untuk mengurainya sedikit demi sedikit. Otokritik terhadap kualitas kaderisasi ini menjadi penting, karena masa depan HMI sangat bergantung pada kemampuan organisasi dalam menghasilkan pemimpin-pemimpin yang cerdas, berintegritas, dan memiliki visi sosial yang kuat.
Menurut penulis buku Pergolakan Pemikiran Umat Islam, Ach. Wahib, kegagalan HMI adalah kegagalan satu generasi. Keberhasilan HMI, juga keberhasilan satu generasi. HMI yang lahir masa kini, buat nanti. HMI harus mendesakkan perubahan-perubahan dan menjelaskan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi bagi sebuah senyum peradaban masa depan. Dalam era globalisasi dan digitalisasi saat ini, HMI perlu beradaptasi dengan cepat dan memastikan bahwa kader-kadernya tidak hanya cakap dalam memahami isu-isu sosial lokal, tetapi juga isu-isu global yang memengaruhi umat Islam dan masyarakat secara umum.
Netralitas Politik yang Dipertanyakan
Sudah kita ketahui bersama, bahwa banyak dari kader HMI nafsu kekuasaannya lebih dominan daripada nafsu kecerdasan intelektual. Hubungan HMI dengan dunia politik, sering menjadi sorotan. Meskipun HMI secara historis memiliki peran penting dalam pergerakan politik nasional, ada kekhawatiran bahwa keterlibatan HMI dalam politik praktis dapat merusak integritas organisasi.
Dalam beberapa kasus, HMI dinilai terlalu dekat dengan kepentingan politik tertentu, yang pada akhirnya mengaburkan fokus organisasi dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat luas. Cak Nur pernah berpesan bahwasanya HMI harus bersih dari ular dan telurnya. Dalam hal ini Cak Nur mengingatkan kepada kita semua bahwasanya HMI harus menjadi wadah yang murni dan berintegritas, dan berkontribusi kepada masyarakat luas. Anggota HMI harus menjaga nilai-nilai Islam dan berkomitmen pada kebenaran dan transparansi.
Sebagai organisasi mahasiswa, HMI seharusnya tetap independen dan menjaga jarak dari politik praktis yang bisa merusak objektivitas dan netralitasnya. Otokritik ini penting agar HMI dapat merefleksikan kembali posisinya dalam konteks politik kontemporer. Terlalu terlibat dalam politik praktis tanpa menjaga independensi akan membuat HMI kehilangan identitas dan nilai-nilai perjuangan awalnya sebagai organisasi yang mengedepankan keadilan dan kebenaran.
Menghadapi Tantangan Sosial dan Ekonomi Kontemporer
Selain tantangan internal dan politik, HMI juga perlu merefleksikan perannya dalam menghadapi berbagai tantangan sosial dan ekonomi yang dihadapi masyarakat saat ini. Kemiskinan, ketimpangan ekonomi, ketidakadilan sosial, serta masalah-masalah seperti radikalisme dan intoleransi adalah isu-isu yang terus mendominasi kehidupan sosial di Indonesia. HMI, sebagai organisasi mahasiswa yang berakar pada nilai-nilai Islam yang adil dan rahmatan lil ‘alamin, memiliki tanggung jawab besar untuk terlibat secara aktif dalam memberikan solusi terhadap masalah-masalah ini.
Namun, otokritik terhadap peran HMI dalam isu-isu sosial juga perlu dilakukan. Dalam beberapa kasus, HMI dinilai kurang responsif terhadap perkembangan isu-isu sosial dan ekonomi kontemporer. Fokus yang terlalu banyak pada isu-isu internal atau kepentingan politik sering kali membuat HMI terlambat dalam merespons kebutuhan masyarakat. Padahal, HMI memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak perubahan sosial yang lebih luas, terutama dengan basis massa mahasiswa yang kritis dan peduli terhadap lingkungan sosialnya.
Kesimpulan
Otokritik terhadap HMI adalah langkah penting untuk memastikan organisasi ini tetap relevan dan efektif dalam menjalankan misinya. Tantangan-tantangan internal seperti fragmentasi, penurunan kualitas intelektual kader, serta keterlibatan politik praktis perlu diatasi dengan refleksi yang mendalam dan upaya perbaikan yang nyata. Selain itu, HMI juga harus lebih responsif terhadap isu-isu sosial dan ekonomi yang berkembang di masyarakat, serta mengambil peran aktif dalam menyuarakan keadilan dan kebenaran, sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Pengkaderan harus didasarkan pada aspek spiritual, intelektual, dan tanggung jawab sosial. Karena kemajuan akan direalisasikan oleh kader-kader yang memahami tujuan, serta punya militansi mental dan moral dalam perjuangan. Sebagai mukmin, kita harus berpikir positif dan punya harapan. Kita masih punya kesempatan, mesin pengkaderan masih hidup, dan relasi masih juga cukup kuat untuk mewujudkan itu semua.
Di atas itu semua, kita punya idealisme Islam untuk diwujudkan, sebuah “cita-cita kenabian” untuk Indonesia masa depan. Yaitu, cita-cita untuk menumbuhkan kesadaran diri dan saudara-saudara sebangsa untuk menjadi “pejuang paripurna” (insan cita) yang bekerja untuk men-transform Indonesia menjadi “negeri impian” (masyarakat cita). Inilah cita-cita yang membuat kita masih layak hidup, dan menempatkan HMI sebagai organisasi yang masih wajib dijaga. Hanya dengan refleksi kritis dan upaya perbaikan yang konsisten, HMI dapat terus berkembang dan menghadapi tantangan zaman dengan lebih tangguh dan relevan.
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.
Menyukai ini:
Suka Memuat...