Penulis: Serikat News
Minggu, 20 Agustus 2017 - 00:11 WIB
Foto Dokumen Pribadi
Oleh: Yerry Tawalujan
Flyover Simpang Semanggi rampung dibangun dan telah diresmikan Presiden Jokowi bertepatan pada HUT RI Ke-72.
Dengan sumringah Jokowi membanggakan cepatnya pembangunan Simpang Susun Semanggi itu diselesaikan. “Hanya setahun. Cepat sekali pembangunannya satu tahun saja”, kata Jokowi sambil tersenyum cerah ke reporter TV yang mewawancarainya.
*Bukti pengabdian Ahok*
Simpang Susun Semanggi adalah monumen pembuktian pengabdian seorang Ahok. Pembangunan proyek yang diinisiasi Basuki Tjahaja Purnama ini tidak memakai dana APBD atau APBN. Bukan dana dari kas negara.
Pembangunan simpang susun yang menelan biaya 360 milyar rupiah itu dananya berasal dari kompensasi perusahaan pengembang. Jadi tidak memberatkan keuangan negara sama sekali.
Hal ini menunjukkan kreatifnya seorang Ahok mencari sumber-sumber pendanaan diluar anggaran pemerintah untuk membangun infrastruktur demi kepentingan negara.
Simpang Susun Semanggi hanya salah satu dari sekian banyak proyek yang dilakukan Ahok tanpa memakai dana pemerintah.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) yang menghiasi setiap sudut kota Jakarta adalah beberapa contoh pembangunan fasilitas publik yang disediakan Ahok tanpa memakai uang negara.
*Ahok adalah antitesis dari pejabat negara yang korup*
Sudah menjadi rahasia umum banyak pejabat negara tertangkap KPK karena korupsi. Uang negara yang seharusnya dipakai utuh buat pembangunan dikebiri untuk kepentingan pribadi.
Ahok adalah antitesisnya. Bukan hanya uang negara seutuhnya dimaksimalkan untuk pembangunan, Ahok malah melipat gandakannya dengan mencari pendanaan dari luar anggaran pemerintah.
Bukannya menilep uang negara, Ahok malah rela merogoh kantong sendiri membiayai proyek perbaikan air mancur menari di Monas.
*Ahok adalah sintesisnya Jokowi, bagai pinang dibelah dua*
Ahok dan Jokowi memiliki kesamaan mendasar. Keduanya telah selesai dengan dirinya sendiri. Kekuasaan yang diemban tidak dipakai untuk kepentingan diri sendiri, apalagi untuk memperkaya diri.
Sama seperti Jokowi, yang ada di pikiran Ahok adalah kerja, kerja, kerja. Membangun dan terus membangun. Kesejahteraan rakyat menjadi fokus utama.
Sama seperti Jokowi, Ahok cepat menyelesaikan pekerjaannya. Tidak ada yang ditunda. Pembangunan lebih cepat selesai rakyat lebih cepat sejahtera.
Sama seperti Jokowi, Ahok tegas berantas mafia penyalahgunaan anggaran. Jika Jokowi memberantas mafia minyak, mafia pencuri ikan sampai mafia narkoba, Ahok memberantas mafia anggaran di DPRD sampai mafia konglomerasi yang berupaya mengkadali proyek di DKI.
Sama seperti Jokowi, rakyat membutuhkan Ahok. Jika satu Jokowi saja rakyat Indonesia sudah makin sejahtera karena dampak pembangunan yang cepat, bagaimana kalau ada “dua Jokowi”?
Pada saat yang tepat nanti, ibu pertiwi akan memanggil seorang putra terbaiknya untuk keluar dari belenggu penjara dan kembali membangun persada demi makmurnya nusantara.
DALAM era digital yang berkembang pesat, industri ekspedisi menghadapi tantangan dan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dengan pertumbuhan bisnis
PILKADA merupakan momentum krusial dalam sistem demokrasi Indonesia. Masyarakat memiliki kesempatan untuk memilih pemimpin lokal yang akan mempengaruhi arah dan
Oleh: Mauzun Visioner (Pegiat Literasi) PEMILIHAN Gubernur Jawa Timur sedang mencuri perhatian publik. Pasalnya, Pilgub kali ini menampilkan tiga figur
FIGUR kyai masih menarik untuk dilibatkan atau terlibat pada kontestasi pilkada 2024. Pernyataan tersebut setidaknya sesuai dengan kondisi proses pilkada